Tiga

278 43 3
                                    

Vote & Comment

Naufal berjalan ke arah kantor guru dengan membawa beberapa tumpukan buku di hadapannya. Ketika ia sudah hampir sampai ke ruangan guru, Naufal merasa tumpukan buku yang berada di tangannya hampir terjatuh. Untung saja ada seseorang yang lewat di dekatnya.

Naufal pun kemudian langsung menarik lengan seseorang yang berjalan di sampingnya tanpa melihat siapa orang tersebut, karena terhalang oleh tumpukan buku yang tingginya sudah sampai kepalanya.

Ternyata seseorang itu adalah Azila, Azila merasa kaget saat lengan kanannya ditarik oleh lengan kiri Naufal secara tiba-tiba.

"Buku tiga dari atas mau jatuh, tolong benerin." ujar Naufal dengan nada dingin.

Azila melepas lengan Naufal dengan kasar, Naufal tersentak ketika lengannya terhempas begitu saja. Kemudian, Azila mengambil beberapa buku dari pegangan Naufal. Naufal sekarang dapat melihat siapa orang yang membantunya itu.

Naufal tidak kaget melihat Azila, ia sebenarnya sudah menduga siapa orang yang membantunya itu. Karena selama di sekolah ini belum ada satu orang pun yang mengabaikannya dan tidak peduli kepadanya kecuali Azila.

Naufal kemudian berjalan memasuki ruangan guru.

Azila kemudian mengikuti langkah Naufal yang memasuki ruangan guru pula.

Setelah mereka sudah memberikan tumpukan buku tersebut kepada guru mata pelajarannya, mereka pun bergegas untuk keluar dari ruangan guru itu.

Azila sama sekali tidak peduli dengan Naufal yang berjalan di sebelahnya. Berbeda dengan Naufal yang memperhatikan Azila dari awal kehadirannya hingga ia benar-benar menghilang dari pandangan Naufal. 

***

Setelah keluar dari ruangan guru, Azila pun berjalan menuju ruangan kelasnya. Ini masih jam istirahat, akan tetapi ia lebih memilih untuk menyendiri di dalam kelas dari pada harus ke kantin.

Ia berjalan melewati lapangan basket yang sedang ramai karena ada pertandingan basket antara anak IPA dan IPS.

Azila berjalan santai dengan wajah yang tertunduk, beberapa yang duduk di daerah lapangan menatap Azila dengan serius.

Tiba-tiba saja sebuah lemparan kuat dilakukan oleh salah satu pemain hingga bola keluar dari lapangan. Bola itu pun kemudian melayang ke arah Azila hingga,

Dbuk...

Suara keras menggema di lapangan, beberapa orang sempat berteriak histeris namun beberapanya lagi melihatnya dengan malas atau bahkan ada yang tidak percaya.

Azila menangkap bola yang hampir mengenai wajahnya, sepertinya tangannya sudah perih akibat menahan bola yang datang ke arahanya dengan cukup kuat. Kemudian ia menatap lapangan dengan tajam lalu melangkah ke lapangan.

Semua pemain menatap Azila tidak percaya, bahkan beberapa pemain takut dengan wajah kejam Azila. Azila kemudian melemparkan bola basket yang berada di tangannya dengan kuat di lapangan, lalu ia pun pergi dengan wajah marah yang tertahan.

"Break!!!" teriak pelatih basket.

Mereka pun bergegas kembali ke tempat istirahat, kemudian salah satu pemain dari mereka berlari keluar dari lapangan.

"Eh bro, lo mau kemana!?"

"Kesana sebentar," ujarnya kemudian berlari.

Hingga pada akhirnya pemain itu berdiri di hadapan Azila, ia menghadang jalan Azila dengan nafas yang terengah-engah.

Pemain itu sedikit membungkuk menatap wajah Azila yang memerah karena menahan amarah.

"Jadi lo sekolah disini juga?" tanyanya, yang ternyata itu Rangga.

Azila dan RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang