Tujuh

217 39 0
                                    

Vote & Comment

Azila berjalan menyusuri koridor sekolah dengan tatapan seperti biasanya. Ia juga mengabaikan seluruh tatapan siswa yang menatapnya dengan tatapan tidak suka.

"Pagi-pagi udah liat orang gila,"

"Bener, males banget asli."

Begitulah ucapan banyak orang setiap harinya kepada Azila. Ini bukanlah hal baru lagi bagi seorang Azila.

Tiba-tiba saja langkah Azila terhenti ketika seorang Naufal berdiri di hadapannya. Azila menatap Naufal yang juga menatapnya.

Mendapati Azila yang menatap Naufal dengan tatapan sinisnya, Naufal pun langsung meghentikan pergerakan Azila. "Udah?" tanya Naufal.

Azila menatap Naufal dengan mengerutkan dahinya. "Minggir!" ucap Azila.

Naufal melangkah mendekati Azila. "Siapa pengganti lo?" tanya Naufal lagi, kali ini dengan nada tegas namun pelan. 

Azila menatap Naufal dengan tatapan tajam namun penuh arti. Naufal juga menatap Azila dengan lekat.

"Lo nggak lupakan?" tanya Naufal lagi.

Azila menghela napasnya pelan. Akhir-akhir ini hidupnya terus saja selalu berurusan dengan Naufal dan juga Rangga. Ia tidak mengerti mengapa semesta mendatangkan mereka ke dalam ke hidupannya yang sudah cukup rumit ini.

"Kalau lo nggak bisa cari pengganti, maka lo harus ikut olimpiadenya!" ucap Naufal.

Azila menatap Naufal. "Nggak mau," 

Naufal tersenyum miring. "Mau nggak mau, lo harus tetep ikut!" Naufal kemudian menatap Azila dengan datar. "Nanti siang jam dua, dateng ke lab!" ucap Naufal. "Kalau lo nggak dateng, gue yang bakal dateng ke rumah lo!" ucap Naufal dengan santai namun penuh penekanan. Ia tersenyum tipis dan kemudian berlalu dari hadapan Azila.

Azila menatap kepergian Naufal dengan tatapan datar. Ia lagi-lagi menghela napasnya ketika Naufal sudah menjauh darinya.

Azila melanjutkan langkahnya dan berjalan ke arah kelasnya. Akan tetapi, lagi - lagi langkahnya terhenti. Ia menatap empu yang berdiri di hadapannya sekarang.

"Pagi ... orang dalam gangguan jiwa, ups." ucap Repita.

Azila tidak menggubris sapaan dari seorang Repita. 

"Ooo iya gue lupa, selain gila lo kan juga bisu, ya nggak guys?"

"Alright," sahut dua wanita yang berdiri di samping Repita.

"Minggir!" ucap Azila.

Repita tersenyum. "Gue rasa dari lo lahir, lo cuma bisa bilang minggir doang kali ya?"

Azila kini menatap Repita dengan tatapan seperti biasa ia menatap seorang Repita.

Repita juga tidak mau kalah, ia menatap Azila dengan tatapan kebenciannya. "Denger ya... Gue, nggak suka kalau ada orang yang nyaingin gue. Apa lagi, kalau orangnya elo. Gue paling benci banget." ucap Repita.

Repita kemudian mendekatkan jaraknya dengan Azila. "Jadi, sebelum hal yang nggak lo inginkan terjadi sama lo, mendingan lo mundur aja dari sekarang!"

Azila dan RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang