09 (Basket)

1.7K 203 30
                                    

"Iya, maaf. Intinya sekarang aku kurang tahu masalah perasaan kaya gimana sama Ustadz Fahri tapi yang pasti dia itu juga teman aku, dan masalah jodoh siapa yang tahu sih. Maunya dekat tapi dapat yang jauh. Maunya yang ustadz tapi malah dapat yang mu'allaf kayak Ka Ustadzah Oki. Siapa yang tahu jalannya bakal gimana."

Deg

"Iya ngerti. Gue cabut duluan. Bye," pamit Ali tiba-tiba.

"Hah? Iya Ali."

"Kenapa tu orang?" Ucap Ariska begitu Ali sudah berlalu.

***

Cintanya masih berkelana. Berjalan kemana-mana.
Entah sudah menetap tapi masih menunggu hati yang menyadari keberadaannya, atau memang tidak akan ada cinta. We will see.

❤❤

***

Malam ini begitu indah dengan taburan bintang kerlap-kerlip menghias langit. Suasana cerah malam seharusnya bisa membuat lelaki yang duduk termenung itu beranjak dari rumah, mengambil motor lalu menuju tempat tongkrongan atau mungkin club seperti biasa. Namun malam ini cukup berbeda, lelaki itu hanya diam duduk di sofa balkon kamar sambil sesekali menghela napas. Ali. Dialah lelaki yang sedari tadi sedang asyik melamun.

"Iya, maaf. Intinya sekarang aku kurang tahu masalah perasaan kaya gimana sama Ustadz Fahri tapi yang pasti dia itu juga teman aku, dan masalah jodoh siapa yang tahu sih. Maunya dekat tapi dapat yang jauh. Maunya yang ustadz tapi malah dapat yang mu'allaf kayak Ka Ustadzah Oki. Siapa yang tahu jalannya bakal gimana."

Kenapa kata-kata gadis itu cukup mengganggu pikirannya sedari tadi. Bagaimana mungkin hanya karena Ali tahu sahabatnya menyukai seseorang dia bisa semelow ini. Dia lelaki bebas dan terkesan tidak peduli apalagi jika menyangkut tentang perasaan. Baginya masalah perasaan adalah sesuatu yang harus dihindari dari sekian masalah lainnya. Ali hanya tidak ingin jika nantinya merasa terjebak di dalam lingkaran yang sudah terlanjur dia buat.

"Tadi dia bilang maunya yang ustadz? Tanpa sadar dia mengakui kalau lebih berharap sama seorang ustadz," ucap Ali pelan.

"Beda banget kaya gue yang masa depan aja masih gak jelas," lanjut Ali lagi.

Ali bingung. Dia seperti ini karena merasa tersaingi keberadaannya oleh seorang ustadz atau karena ada sesuatu yang lain tanpa dia sadari sudah berhasil menyelinap masuk ke dalam hati. Ali tidak tahu pasti. Intinya dia tidak ingin Ily pergi darinya. Dia tidak ingin mereka semakin berjarak.

"Bego, kenapa mikir hal aneh kaya tadi. Mending gue tidur biar fokus buat pertandingan besok lawan sekolah si Max."

***

Sebentar lagi akan berlangsung pertandingan basket antara SMA Afsana Balangan dengan SMA Starrfixo Barabai. Pertandingan persahabatan antar sekolah terjadi setiap tahunnya dengan tiap sekolah membawa Tim Basket Putra dan Tim Basket Putri, dan tahun ini SMA Afsana Balangan berkesempatan bertanding dengan SMA Starrfixo Barabai, tim basket yang diketuai oleh Max. Sekarang di tempat para tim basket putra Afsana Balangan sedang terjadi sedikit diskusi antar pemain dan Pak Salam selaku pembina kegiatan Ekstrakurikuler basket.

"Bagaimana, ada yang mau disampaikan mengenai strategi untuk melawan tim basket mereka?" Ucap Pak Salam memulai pembicaraan.

"Si Martin hari ini ikut main gak?" Tanya Baja.

"Ikut, tadi gue sempat lihat dia sama Max," sahut Madun.

"Dia lumayan jago hook shot. Hati-hati kalian."

Hijrah untuk Mencinta (HuM) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang