Bagian 13

16.1K 1.7K 119
                                    

"Rana cariin kamu, Ram."

Namanya Soni. Lengkapnya Soni Febrian. Teman karib Rama sejak kelas satu. Soni sama sepertinya, mengenakan kacamata. Sedikit beda, punya Soni lebih tebal minusnya. Kesamaan lainnya, mereka juga murid beasiswa. Soni acap kali jadi sasaran empuk rundungan 'mereka yang katanya anak donatur terbesar'.
Jika bukan mengejar cita-cita, Soni sudah pasti angkat kaki dari Pusaka dari dulu.
"Siapa?"

"Rana, Ram."

Rama mengangkat wajah. "Iya. Dia ini siapa?"

"Oh, hahaha ..." Soni tertawa pelan. Meneguk air mineralnya kemudian berkata, "Itu loh yang sekelas ama kita di Bio. Lupa ya?"

"Mau apa katanya?"

Soni mengedik tak tahu. "PDKT kali? Dia kan sohor suka sama kamu."

"Ngelantur."

Lawan bicaranya terkekeh. "Ck, serius, Ram. Coba aja kamu tanya tuh anaknya."

"Diem, Son. Saya lagi pusing sama matematikanya Pak Ferdi."

"Ya siapa suruh deh kerjain pas jam istirahat? Kan bisa entar."

"Ditunda-tunda entar males."

Soni berdecak. Mengangkat dua tangan ke udara. "Nyerah udah. Nanti aku juga yang disemprot."

Rama senyum tipis. Namun belum satu menit, temannya itu kembali bersuara, "Tapi, Ram, mau tanya nih seriusan."

"Hm."

Soni berdeham, mencondongkan badan. "Kamu gak ikut audisi pemeran FTV itu, ya?"

"Yang mana?" Alis Rama menukik tajam.

"Buset. Yang waktu kita belanja ke pasar buat keperluan anak Seni, trus ada yang kasih kartu nama ke kamu. Katanya muka-muka kamu cocok buat jadi bintang sinetron, masa lupa juga?!" Soni ini Rama perhatikan gemar sekali membujuknya ikut audisi iklan lah, FTV lah, bahkan model.

Mungkin bila Rama betul ikutan audisi dan jadi bintang sinetron terkenal, Soni pasti menawarkan diri jadi managernya.

"Enggak, Son. Gak usah bahas gituan lagi. Saya tertarik aja nggak." Ucapnya. Soni berdecak.

"Tapi nih ya, seribu rius deh, kamu itu Ram punya kharisma-kharisma nya. Tampang kamu juga ganteng, mirip Al Ghazali. Cuma agak item dikit. Badan kamu juga, beuh-"

"Son,"

"Eh, denger dulu. Sebagai teman baik aku itu kasih masukan, Ram. Sans aja, rileks."

"Nggak bisa sans sans Son, kamu ngoceh terus."

Soni menyengir menatap Rama yang tampak bosan"Saya berasa kayak punya pasangan sesama jenis kamu perhatiin gitu." Sambungnya.

Soni kontan melotot. "Ngawur! Culun begini aku masih doyan cewek ya, Ram. Asuu."

"Ya makanya."

"Apa coba? Makanya a-"

"Numpang duduk."

"-pa." Bila Soni masih mengunyah nasi seratus persen nasinya seketika berterbangan ke atas meja.

Dan jika Rama juga sedang makan-untungnya dia hanya pesan jus karena lebih fokus dengan PR-nya-nasibnya mungkin persis Soni kurang lebih.

Untunglah pula Rama tidak sedang minum. Soni baru akan menyuapkan lagi nasi, tetapi tidak jadi. Ia langsung melihat kaget orang di samping Rama.

"Why?" Quinsha bertanya tajam.

Soni gelagapan. "Anu ... itu ..."

Mengabaikannya, Quinsha tanpa beban membuka bekal yang dibawanya sendiri. Gadis yang surainya dibiarkan berkibar indah itu menyantap makanannya anggun.

ABS [1]: Princess In 24 Hours [Sudah Terbit]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora