dua puluh dua

7.2K 206 8
                                    

  Steve menghempus nafasnya perlahan-lahan, agar ia lebih bisa mengontrol emosinya. Namun permintaan adiknya kembali membuatnya tak terkendalikan.
Seakan-akan ia ingin menampar alice saat itu juga, tapi ia masih punya akal sehat yang mampu menahan emosinya... Jika tidak mungkin ia sudah melakukannya.

"Steve" ucap tito berjalan mendekati sosok pria berdiri menatap datar di luar jendela.

Namun steve sama sekali tidak memperdulikan tito yang sedari tadi memanggil dirinya, pikirannya saja kacau. Ditambah alice merengek-rengek ingin dirayakan partynya dimansion, lalu muncul lagi masalah lain.

"Steve" panggil tito mulai geram.

Berbalik menghadap tito dengan tatapan datar tanpa senyum menghiasi wajah tampannya.

"What" sambil melipat tangannya didada.

"Steve aku ingin bertanya kepadamu" ujar tito berjalan lebih mendekati steve.

"Aku lagi sibuk, lain kali saja" ucap steve santai.

"Ini penting steve, luangkan waktumu untuk ku.. Sebentar saja, setelah selesai aku akan pergi" ucap tito.

Mengangguk "baik"

"Aku.. Emm, aku" gugup tito.

"Jangan membuang waktumu tito, cepat..  apa yang mau kau katakan" tak sabaran steve.

"Aku ingin tau,, kali ini kau harus jawab dengan jujur steve. Aku tidak mau lagi mendengar kebohonganmu.." sela tito mulai serius.

Steve terdiam sejenak.

"Apa yang ingin kau tau dariku tito, berbicara dengan jelas. Aku tidak menyukai ketika berbicara denganku harus berputar-putar seperti ini,, yang aku mau langsung dengan intinya" seru steve tak kalah seriusnya.

"Kenapa kau marah ketika alice ingin merayakan partynya, apakah ada yang salah dari keinginanya. Lalu kenapa kau harus marah steve, itu wajar dia ingin merayakan disini. Bukankah ini mansionnya juga" jelas tito.

"Aku tidak masalah dia ingin merayakan partynya. Tapi yang membuat ku tidak menyukainya dia ingin merayakan partynya disini" jawab steve santai.

"Tapi kenapa, apa salahnya untuk itu. Steve dia pasti merasa bosan harus merayakan di luar, padahal dia sendiri punya rumah" ucap tito masih belum puas.

"Cukup tito, jangan berdebat dengan ku lagi. Kalau kau sudah selesai dengan omong kosongmu pergi dari sini sekarang" sergahnya membalik badannya tanpa melihat tito lagi.

"Tidak, aku tidak akan pergi sebelum aku menemukan jawaban yang jelas. " tolak tito.

Berbalik menghadap tito "apa lagi yang harus aku jelaskan tito, semuanya sudah jelas bukan. Aku tidak suka kalau alice merayakan partynya disini"

"Baiklah, aku paham untuk itu. Tapi kenapa kau tidak menyukai partynya dimansionmu. Apa masalahnya untuk itu, jelaskan untuk ku yang satu itu." keingin tahu tito

"Karena aku tidak menyukai keramayan, kebisingin, kesenangan atau pun hal menyangkut musik yang membuat telinga ku sakit ketika mendengarnya.. Puas" jelas steve seperti layaknya berteriak.

Tito diam.

"Oh yeah, hanya itu saja.. Aku rasa bukan itu masalahnya" ujar tito menyelidik.

"Tito itu yang sebenarnya"

"Bukan"

"Lalu apa..."

"Steve sampai kapan kau hidup dengan egomu, lupakan masa lalumu. Hanya gara-gara wanita itu kau sampai seperti ini, kau tau hidupmu sekarang begitu gelap tanpa cahaya" ralat tito marah.

Two Handsome Men (REVISI)Where stories live. Discover now