LIMA BELAS

75 13 3
                                    

Sheila terbangun akibat gerakan di sampingnya. Samar-samar, seseorang itu bergerak dengan langkah lesu ke arah toilet yang bersebelahan dengan walk in closet. Suara gemericik air semakin membuat gadis itu tersadar dari tidurnya.

Seseorang tadi kini tersenyum kemudian berjalan ke luar kamar tanpa benar-benar menatap dirinya. Sheila mengernyit heran. Tidak biasanya Chrisa seperti itu.

Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 06.30, itu artinya tiga puluh menit lagi menjelang sarapan mereka. Maka, dengan gerakan cepat Sheila turun dari ranjang dan merapikan kembali selimut beserta bed cover-nya.

Suasana di ruang makan kali ini terasa berbeda. Baik Miko, Chrisa, Sheila, maupun Dino menyadarinya, tapi, mereka memilih diam.

Setelah sarapan selesai Chrisa buru-buru meninggalkan meja makan, bedanya kali ini sang ayah tidak melarangnya. Dino tahu ada yang berbeda, tapi ia sendiri membiarkan semua yang telah terjadi. Karna dia sendiri tahu ini ada hubungannya dengan kepergiaannya dan Sheila kemarin hingga larut malam. Dino ingat malam itu ....

***

Flashback

"Chris, kayaknya gue jatuh cinta."

Chrisa menoleh cepat, didapatinya sang saudara kembar duduk di sampingnya sambil tersenyum. Gadis itu merasakan kebahagiaan yang sama. Ia ikut tersenyum.

Dino balas menatapnya. Pemuda itu mengusap wajah Chrisa lembut. Dia tidak ingat pernah sedekat ini lagi dengan adik sekaligus saudara kembarnya itu. Apalagi setelah mereka pindah ke sini. Hubungan mereka memang tidak buruk, hanya saja mereka menyimpan cerita mereka masing-masing. Cerita yang berbeda.

"Really? Siapa cewek beruntung itu?" tanya Chrisa ingin tahu.

"Lo tau kok. Lo tau banget siapa dia."

"Gue tau? Siapa? Temen SMP kita ya?"

"Bukan. Lo nggak pernah satu sekolah sama dia. Tapi jelas lo deket banget sama dia."

Chrisa menepuk dahinya pelan sambil berkata histeris, "Ya ampun! Lo suka sama Aubrey?"

Satu alis Dino terangkat, "Aubrey? Siapa tuh? Gue nggak kenal."

"Aubrey tetangga sebelah kita, besties gue. Lo suka kan sama dia. Iya kan, Din?"

Dino menggeleng bingung. Dia tidak tahu Chrisa sering main dengan tetangga mereka. Setahunya gadis itu tidak pernah keluar rumah kecuali sekolah, pemotretan, dan belanja. Tapi dia bilang dia punya sahabat yang merupakan tetangga mereka. Apa ia salah dengar?

"Apaan sih Chris, gue kan udah bilang nggak kenal sama dia. Bukan dia yang gue suka ...," ucapnya kemudian berbisik, "tapi Sheila."

Kening gadis itu berkerut. Satu detik. Dua detik. Chrisa seperti kehilangan cara berpikir.

"Sheila?" katanya menggumamkan nama itu.

Dilihatnya pemuda itu mengangguk, "Gue jatuh cinta sama Sheila."

Sedetik kemudian gadis itu tertawa. Dia menggeleng. "Nggak mungkin lo suka sama Sheila."

"Sure. Why not?" ucap Dino yakin.

Wajah Chrisa mengeras. Dia membuang napas kasar. "Nggak mungkin Deano yang gue kenal jatuh cinta sama Sheila."

Tidak ada senyum atau antusiasme lagi mendengar kelanjutan cerita Dino. Dia berjalan menuju tepi balkon sambil memandang bintang-bintang di atas mereka.

The Way Too Far [End | Belum Revisi]Where stories live. Discover now