03 What's wrong with me?

12 2 0
                                    

Buntu ?

Oh Tuhan .. kesialan apa lagi ini, jalannya buntu. Bagaimana ? Tidak mungkin aku memanjat tembok atau berbalik arah, itu sama saja bunuh diri.

Tap.. tap.. tap..

Aku sangat ketakutan ketika ku mendengar langkah kaki yang kian mendekat. Otak ku buntu aku tak dapat berfikir, ok sepertinya aku harus bersembunyi tapi dimana? Seketika aku melihat tempat persembunyian yang pas yah dibalik tempat sampah. Aku meringkuk disana, berharap ia tak dapat menemukanku. Aku terus memanjatkan doa semoga ia pergi, semoga ia tak menemukanku disini. Aku tak mau mati muda ya tuhan. Jantungku seolah berpacu dengan cepat seiring langkah kakinya yang kian dekat, dan seketika ia menarik pergelangan tanganku. Aku menjerit dengan keras namun ia dengan sigap menutup mulutku. Ia memojokkanku hingga tubuhku rapat dengan tembok, ia juga menahan pergerakan ku. Oh tidak ia mulai mengeluarkan pisau. Pisau yang kuperkirakan sangat tajam hingga bisa mengoyak daging dengan begitu mudah. Air mata meluncur dari mataku, tangisku pecah tak tertahankan lagi. Aku sunggu takut. Ingin ku teriak namun tak bisa ia masih membungkam mulutku dengan tangannya.
Ia mulai mengarahkan pisaunya kepipiku, aku hanya bisa menggeleng berharap ia tak melakukannya. Perlahan namun pasti benda dingin itu menyentuh kulitku. Tak kuasa melihatnya aku pun memejamkan mata. Aku hanya berharap ada seseorang yang tiba-tiba lewat lalu menolongku.

"Sshh.. " desah ku. Ku rasakan perih dipipiku. Ya pisau itu menggores pipiku. Perih memang tapi entah apa yang salah pada diriku, aku seperti ... menyukainya? Lagi, ia menggoresnya lagi dan pipiku sudah basah akan darahku. Tapi aku semakin menikmatinya, entahlah rasa sakit ini membuatku senang. Mungkin aku sudah tak waras menyukai penyiksaan seperti ini, tapi inilah adanya. Lamat-lamat ku dengar ia berbisik.

"Menjeritlah sayang, menjeritlah untukku" kata-katanya membuatku membuka mata sekaligus membuatku merinding. Ia memindahkan pisaunya, dan kali ini ia menyayat tangan ku, sakit .. tapi aku suka. Aku tak menangis bahkan aku tak menjerit. Ku tahan suaraku, jika aku menjerit atau menangis itu hanya kan membuatnya semakin senang menyiksaku.

"Kenapa? Kenapa kau hanya diam? Ayolah menjerit, menangis. Aku suka suara jerit tersiksamu. Buat aku senang" aku hanya diam menanggapinya. Sudah kuduga ia akan semakin senang menyiksaku jika aku menurutinya. Kudengar ia berdecak dan sedetik kemudian ia mencekikku. Uh rasanya aku tak bisa bernafas.

"Kau .. kenapa kau hanya diam saja? Apa kau bisu hah?" Kilat matanya tajam sekali. Jelas ia marah. Ia semakin kencang mencekikku. Aku mencengkeram tangannya mencoba melepaskan diri.

"Si .. siapa k ..kau?" Ucapku dengan susah payah. Sungguh ini sangat menyiksaku. Aku bisa kehabisan nafas. Kalau begini aku bisa mati.
Sial dia menyeringai, dan ia tertawa? Oh ya ampun dia benar-benar gila.

"Aku? Aku dewa kematian mu aster"

"K-kalau begitu b-bu.. nuh a..ku"

"Aku tak akan membunuhmu dengan mudah aster, aku ingin kau mati per-la-han" aku semakin tak dapat bernafas akibat cekikannya, mungkin wajahku sudah membiru sekarang akibat kekurangan oksigen. Namun tiba-tiba ia melepaskan cekikannya, seketika itu juga aku terjatuh dan terbatuk batuk.

"Uhuk uhuk.. " dasar sinting. Bisa putus leherku kalo gitu.

AUTHOR POV

Aster terus memegangi lehernya yang terasa sakit, sedangkan lelaki itu hanha berlalu meninggalkan aster. Melihat itu aster bersyukir dalam hati dan bernapas lega.

"Terima kasih Tuhan kau masih memberikanku hidup walau aku bukan anak baik" 😂 setelah dirasa lelaki itu pergi cukup jauh, aster memutuskan untuk pulang kerumah.

Sementara itu..

Lelaki itu kehilangan hasrat membunuhnya dan pergi meuju bar untuk bersenang senag.

"Cih sial awas kau nanti, lihatlah apa yang akan ku perbuat padamu nona. Tunggulah kejutan dariku"

Upatnya tak lupa dengan menunjukkan smirk yang menakutkan.

TBC

Your My DestinyWhere stories live. Discover now