Bab 2 (Bertemu)

157 6 0
                                    

Jam pelajaran pun usai. Semuanya mulai tertidur kembali pulas di kelas. Terkecuali Nayla yang lebih memilih untuk keluar kelas. Bersiap untuk sholat dzuhur.

Sesampainya dimasjid. Nayla menangkap sesosok yang ia sukai dalam diam. Dia menunduk beberapa detik kemudian, menghindari zina. Begitupun yang ia lihat. Faiz, dia menunduk dan berjalan cepat menuju tempat wudhu yang sebelumnya membalas senyum Nayla yang singkat tadi. Nayla membuka pintu masjid bagian wanita dan masuk. Meraba dada kirinya yang tak beraturan detakkannya.

"Mau putus keknya ni jantung." gumamnya. Tak sadar ada yang menguntitnya dari belakang pun menyahut.

"Sok-sok mau putus ae." Nayla agak meloncat kaget. Menatap kesal adik-adiknya di pesantren.

"Azzah kalau mau negur itu assalamualaikum." mendengus sabar.

"Sok alim kamu kak."

"Aku kan emang alim."

"Pret alim orangnya ajah petakilan."

"Suttt... Wudhu geh.."

"Kakak juga."

"Iya ini lagi lepas kaos kaki."

"ucucu dedeq lupa."

"bisa gak bikin aku jijik?"

"disitu lebih membuatku eh salah kita semua jijik kak." Azzah terbirit lari ke tempat wudhu khusus wanita.

"Azzah nyebelin!!!" Nayla agak berteriak.

"Neng didalam masjid." salah seorang menegurnya.

SKAKMAT

"Upss...afwan (maaf)." Nayla menutup mulut malu lalu mengejar Azzah.

###

17:00 WITA

Tak terasa waktu cepat berlalu. Langit mulai berwarna jingga tua. Burung-burung bersama rombongannya berterbangan sana-sini mencari tempat untuk mendarat. Awan pun mulai berkamuflase mengikuti warna langit. Hembusan angin yang mulai semilir, berhembus dengan lembut menerpa tubuh Nayla yang sedang sendirian duduk diteras sisi masjid bagian kiri. Dedaunan pohon yang bergesek menambah kesan santai untuk gadis bermata agak sipit itu.

"Jangan suka sendirian Nay.." Nayla menoleh ke arah asal suara. Di lihat sesosok yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri.

"Sendiri itu lebih enak. Dimana tidak ada yang menyakiti dan tersakiti." jawab Nayla tersenyum tipis.

"Tapi, jika di lihat sendiri itu dimana keadaan seseorang terlihat menyedihkan." tambah Rosyad duduk agak jauh di ujung tangga. Memandang langit.

"Menyedihkan? Ku rasa itu adalah topeng kebahagiaan orang yang menyukai menyendiri." Nayla menunduk membuka buku diarynya.

"Sudah makan siang tadi?"

Nayla menggeleng.

"Kebiasaan. Nanti saja sakit terus pingsan ngerepotin orang."

Rosyad menatapnya nanar. Tanpa sadar jika kata-kata itu paling anti untuk Nayla.

NAYLA

Apa tak ada yang mengerti tentang diriku? Kalian merasa direpotkan akan kehadiranku yang memiliki kekurangan? Jika ia ku harap aku sakit tidak dihadapan kalian. Biar kalian tidak direpotkan karnaku.

"Kak.. Maaf jika aku merepotkanmu." aku sudah malas merespon apa yang dikatakan atau yang dipertanyakan Kak Rosyad. Memilih untuk pergi dari sana. Berjalan ke jalanan depan. Mencari hal yang baru yang ku harap bisa melupakan hal-hal yang menyedihkan di diriku.

NIKAH MUDAWhere stories live. Discover now