Bab 3 (Memilih)

156 5 2
                                    

Saat itulah Nayla merasakan ada sesuatu yang aneh didalam dirinya. Bahkan Nayla sudah beberapa kali memimpikan sosok Munir yang menikahinya disaat umurnya yang lumanyan masih muda, 16 tahun. Nayla dan Farah semakin dekat karna Nayla sendiri menganggap Farah seperti adiknya sendiri. Tak memungkinkan mereka selalu bersama dimana pun. Ya tidak mungkin sampai di kamar mandi bersama. Walaupun begitu rasa sayang kepada adik lebih kepada Azzah yang sudah lama bersamanya sejak kelas satu SMA.

Sore ini setelah sholat ashar berjamaah dilaksanakan. Nayla memilih menetap dimasjid. Seperti kebiasaanya. Kali ini dia tak sendiri, dia bersama Farah. Mereka duduk bersampingan di sudut masjid sambil membaca Al-Qur'an yang mereka letakkan tepat diatas meja yang ada didepan mereka.

Nayla melirik Farah. Bibirnya ingin sekali berucap dan bertanya tentang Munir. Rasa ragu merogotti pikiran dan hati. Takut salah berucap dan salah mengira.

Dengan berani dia memulai.

"Farah Kak Munir itu siapanya kamu?"

Farah berhenti membaca Qur'an menoleh ke arah Nayla lalu menggeleng pasti.

"Bukan siapa-siapa dia hanya guru ngajiku." Jawabnya. Nayla mengangguk pelan. Tanpa sadar rasa curiga Farah pun muncul. "Bukankah aku sudah beritahukanmu 2 bulan lalu?"

DEG

Nayla menelan ludahnya kasar. Kenapa dia bisa melupakan itu?

"Aaa.. Aku hanya-"

"Memastikan apa Kak Munir sudah mempunyai pasangan atau belum." potong Farah menyudutkan Nayla.

Nayla tersenyum kikuk sambil menggeleng.

"Ya gak lah.. Aku kan sudah ada." bantahnya gugup. Terlihat sekali itu tidak benar.

"Kalau tidak bisa ngeles bilang ajah." Farah meninju gemas pelan pundak Nayla.

"Apaan sih .. Dasar bocah." Nayla mencoba mengalihkan diri ke Qur'annya dan mulai membaca lagi.

"Sok alihin. Gak mau nanya lagi tentang Kak Munir?" goda Farah. Nayla menarik nafas lalu dihembusnya kasar dan menoleh.

"Ceritakan semuanya padaku." tanpa sadar Nayla meladeni apa yang dikatakan Farah.

"WOW... Aku terkejut.."

"Farahh..."

"Iya deh iya.. Jadi Kak Munir itu...."

###

Munir atau Faiz? Setiap malam Nayla selalu menjalankan sholat istikhoroh untuk menentukan pilihan hatinya. Memastikan mana yang akan ia jaga hatinya. Dia tidak malu membaluti hatinya dengan delima. Shalatnya tak membuahkan hasil. Sampai detik ini dimana bulan ke 3 setelah ia mengetahui tentang Munir, bertemu dengan Munir, mengobrol dichat yang seakan sebatas teman Farah (murid ngajinya) yang memberitahukan tentang keadaan gadis itu. Nayla mengetahui itu. Sakit tidak?

Selama kesakitan itu menghujamnya tapi, disisi lain Faiz selalu menghiasi, mengobati, hari dan hatinya dengan tingkah yang tanpa disangka perlahan memekakan perasaan Nayla ke Faiz. Faiz pemuda yang tak terlalu tinggi, pemilik senyum yang menawan hati, dan hafalan Qur'annya yang hampir menyaingi Munir. Maka dari itu pilihan yang berat bagi Nayla.

Dia sadar memilih itu sulit. Menentukan satu hati itu lebih sulit daripada menggali tanang dengan sendok.

"Ya Allah tentukanlah siapa yang kucintai." setiap waktu dia lantunkan sekalimat itu dengan hikmat dan pelan.

Matanya mengarah keatas. Tangan yang mengadah panjang. Menutup mata, menikmati setiap tetesan hujan yang tak terlalu deras. Tak memperdulikan seragamnya akan basah dan dilihat muslimin. Dia pun berpikir demikian. Hanya saja dia tahu jika jam segini semua orang, semua santri sedang beristirahat diasrama dan dirumah. Mana mungkin kelunyuran seperti dia.

"Liburan sudah hampir didepan mata. Ya Allah kenapa Kau selalu membuat hambanya terkadang delima?"

###

Sorry Part ini pendek :v Tunggu yah lanjutannya. VOTE AND COMENT.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 08, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

NIKAH MUDAWhere stories live. Discover now