After a Week

145 9 0
                                    

Dia menghilang. Ini benar-benar hampa, tepat satu minggu yang lalu terakhir aku melihat senyum dan lambaiannya. 3 hari yang lalu pesan terakhirnya memberitahuku bahwa Ia perlu mengurusi kepentingan sekolahnya dan adiknya. Setelah itu dia tak membalasnya hingga hari ini.

Aku masih berada di dalam kamar, sinar matahari telah merambat masuk sedari tadi. Tapi aku masih dalam keadaan duduk mematung di atas kasur enggan melepas selimut. Mungkin setengah jam yang lalu ketika aku membuka mata dengan harapan yang besar Alatan akan membalasnya. Namun ternyata harapanku terlalu besar hingga aku jatuh sedalam ini.

Tokk!..tok!..tok!..

"Vel ini ada Sery," Mama mengetuk pintu kamarku dan membukanya.

Mataku melebar, aku sama sekali belum menyentuh air dan sabun pagi ini.

"Hai putri tiduur!," Sery nyelonong masuk ke kamarku setelah beberapa detik Mama bilang akan kedatangan Sery.

Aku menghempaskan kembali tubuhku ke posisi tidur."Velany lagi ga mood apa-apa," kataku tegas sembari menarik selimut hingga menutupi kepala.

"Sekali kebo bener-bener ya kamu ini," Sery menarik selimutku. "Apa perlu aku pap ke Alatan yaa."

"Ga ngaruh gaakan di-read juga," jawabku tak peduli dari balik selimut.

"Vel! Vel! Vel! Alatan on!!!," Sery terus mengguncangkan kasurku.

"Serius??!!," aku membuka selimut dengan antusias.

Wajah Sery berubah ketika melihat responku Ia tersenyum licik melihatku terbangun. "Ayoolaah ga rame kalau kamu gaikut," bibirnya manyun.

Dengan langkah yang begitu berat aku menyambar handuk dan berjalan menuju kamar mandi. "Terimakasih telah memaksaku secara ga langsung Seryy," aku tersenyum tak ikhlas.

Beberapa menit kemudian aku telah duduk di depan kaca dengan wajah yang tak ingin tersenyum sama sekali. Sery memperlakukan wajah dan rambutku seperti boneka.

"Wajah kamu tuh udah ngedukung kaya gini Vel, kenapa kamu galirik dunia make-up sedikit ajaa," Sery masih memoles wajahku dengan hal-hal yang tidak aku ketahui.

"Percuma gaakan ada yang peduli," jawabku tak bersemangat.

"Alatan peduli," goda Sery.

"Ser, bisa ga? ga ngingetin aku tentang Alatan lagi hari ini?!," kataku dengan nada kesal.

"Nah selesaii!!," Sery bersamangat melihat penampilanku dan mengabaikan perkataanku. Menyebalkan memang, tapi 5 tahun bersama ini aku tahu persis apa yang dia maksud dengan tingkah laku seperti itu.

***

Keadaan untuk photo studio benar-benar ramai. Sery terlihat bersemangat mencari orang-orang dengan kaos yang sama dengan aku dan Sery kenakan, nein d'best tertera.

"Vel! Ser!," terdengar teriakan seorang laki-laki memanggil kami.

Mereka ada di sana hampir setengahnya telah berkumpul. Aku dan Sery menghampirinya dan aku masih memasang wajah tak bersemangat ini.

"Hey Vel baru jadian ya?," tiba-tiba Gina bertanya.

"Eh?," aku kaget mendengar pertanyaanya.

7 Hours for 717 DaysWhere stories live. Discover now