15

25 1 0
                                    

~Di tempat lain~

"Apaan sih. Narik-narik gue kayak gini? Kasar banget!" teriak Hani berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Milano

"Lo diam. Ikut gue!" Milano menghentakkan tanggan Hani agar Hani menghentikan usahanya untuk melepaskan cengkraman itu.

Milano terus mengeratkan cengkramannya pada tangan Hani tanpa ada rasa kasihhan. Ia menyeret Hani entah kemana. Hingga beberapa langkah setelah itu ia berhenti, melepas cengkramannya dan menatap Hani dengan tatapan tajam yang mengancam
“selagi gue ada. Jangan pernah lo sentuh Kemala!”

Hani diam, tidak berani membantah.

“Kemala itu tanggung jawab gue. Ngerti lo?,” bentak Milano

“iya,”

“apanya?!”

“iya gue ngerti,” jawab Hani sambil mengeluh

“bagus,”

Milano melangkahkan kakinya menjauh dari Hani.

“oh ya gue lupa bilang sama lo, Kemala itu jago beladiri dari kecil. Terkadang tanpa gue, Kemala akam bisa nanganin lo sendirian kok. Jadi lo jangan macam-macam sama dia, kalo lo masih pengen hidup.” jelas Milano tanpa menoleh ke Hani di belakang.

“No, gue gak takut mati. Gue Cuma takut kehilangan lo.” bantah Hani

“jangan pernah berharap gue akan balik ke lo setelah semua yang telah lo lakuin ke gue!” kata Milano masih dengan posisi membelakangi Hani.

Hani menangis “gue terpaksa ngelakuin itu semua,”

“keterpaksaan lo itu yang membuat gue hampir kehilangan kedua orang tua gue.” suara Milano merendah diakhir kalimatnya. Ia teringat kejadian beberapa bulan lalu disaat ia masih kelas 10. Dimana kedua orang tuanya (Dayana dan Alex) terbaring tidak sadar di salah satu ruangan rumah sakit singapure selama kurang lebih 3 setengah bulan dengan selang-selang panjang yang dihubungkan pada tubuh keduanya.

Flashback on

“aku gak mau om!” bantah Hani

“kamu harus mau. Om tidak akan segan-segan bunuh pacar kamu kalau kamu terus-menerus menolak kerjasama ini!”

“kalau aku melakukan ini, Tante Dayana sama OM Alex bisa celaka Om bahkan meninggal, Milano akan kehilangan orangtuanya,” Hani masih menolak untuk menuruti perintah Daniel.

(Daniel adalah saudara kandung mama Hani (Utri), berusia lebih tua 3 tahun dari mama Hani )

“bahkan itulah yang aku inginkan. Jika Alex tidak mengambil Dayana dari Om, ini semua tidak akan pernah Om rencanakan, jika Om tidak bisa memiliki Dayana maka Alex pun tidak bisa.”

“kenapa sekarang Om? Setelah belasan tahun berlalu dan kenapa Om suruh aku, Om sendiri kan bisa melakukan itu.”

“karna Utri melarang Om menjalin hubungan bersama Dayana. Utri memperkenalkan Alex pada Dayana hingga mereka dekat, membuat batin Om tersiksa sampai detik ini,” jelas Daniel

“move on dong Om. Lagian Om Daniel kan udah berkeluarga, kebayang gak Om gimana perasaan Tante Sabrina kalau semisalnya dia tau Om masih suka ingat mantan. Tante Sabrina bisa-bisa kecewa Om.”

“Om terpaksa menikahi Sabrina. Om tidak mencint--”

“Om tidak mencitai Tante Sabrina?”

“ya, Om tidak mencintainya. Om hanya mencintai Dayana sampai sekarang,”

“tidakkah Om mencoba belajar mencintai Tante Sabrina setelah 13 tahun Om menikah dengannya?”

“Om hanya mencintai Dayana sampai kapanpun Dayana adalah segalanya bagi Om. Sejak saat Dayana dengan Alex--” Daniel bercerita bahwa Alex menikahi Dayana lalu membawa Dayana kembali ke Padang (kampung halaman Dayana) setelah menyelesaikan acara nikahan mereka. “meninggalkan Om yang memperjuangkan cinta ini sendirian dan ini semua sia-sia. Om sudah tidak tahan lagi, apalagi setelah mereka kembali lagi dengan kebahagiaan yang masih sama seperti dulu. Bahkan mereka kembali tidak hanya berdua, mereka membawa buah cinta mereka yaitu Milano pacar kamu. Om iri pada Alex!” nada suara Daniel meninggi diakhir kalimatnya mengingat sebagian kenangan buruk dimasa lalu.

“sudahlah! Kamu lakukan saja semua yang Om perintahkan. Jangan banyak bertanya!”

“aku gak mau terlibat dalam masalah Om,”

“menyangkut kamu anak dari Utri mau tidak mau kamu sudah terlibat dalam masalah ini Hani. Karna Utri lah semua masalah ini ada.”

“itu kan perbuatan mama Om. Aku gak tau menau dengan masalah ini,”

“Om tidak peduli. Om beri kamu dua pilihan. Pertama, melaksanakan yang Om rencanakan, maka Milano akan selamat. Atau kedua, kehilangan Milano untuk selamanya. Terserah kamu mau pilih mana.”

Hani tidak terima dan terus-menerus mencari celah untuk beralasan agar ia tidak dilibatkan dalam masalah rumit itu. Tapi sia-sia. Daniel tidak pernah main-main dengan perkataannya. Semua kata yang telah keluar dari mulutnya takkan ditarik ulur begitu saja.

“dengan terpaksa, akan aku lakukan Om,” Hani menyerah.

***

Makasi untuk kalian yang setia dengan cerita ini❤
Semoga kalian suka dengan cerita abal-abal ini😅😫

Sedekat Nadi Sejauh TakdirWhere stories live. Discover now