18

20 1 0
                                    

“Mal, gue tadi gak sengaja dengar orang yang lagi rumpi ternyata ada kakel yang kemaren itu, aduh gue lupa namanya. Bentar gue ingat dulu.. Kak.. itu, aduh Kak apa ya..” Kimi mencoba mengingat nama kakak kelas yang akan di ceritakannya.

Kemala diam menunggu.

“Kak.. apa ya namanya?” Kimi masih mengingat-ingat nama kakak kelas itu.

“Hmm.. Kak.. apa ya?”

~An hour later~

“Kak itu, ah iya.. Kak.. Ihh Kak apa sih namanya..!”

~Two hours later~

“Kak apa ya? Susah ah bikin kzl..!”

~Three hours later~

“Oya gue tau, Kak.. gue lupa..! Bentar gue ingat-ingat lagi.”

~Four hours later~

“Susah kali lah nama Kakak ini. Kak apa lah namanya tu. Oya Kak Fira, benar Kak Fira, iya Kak Fira. Untung gue ingat.” Kimi tertawa bangga.

“GJLS.” umpat Kemala yang sedari tadi menunggu Kimi mengingat empat huruf itu.

“Sampai mana kita tadi?” tanya Kimi sambil garuk-garuk kepala salah tingkah.

“Sampai lo bilang ada ka--”

“Oh, iya-iya. Ternyata ada Kak Fira.” potong Kimi

“Uh..” Kemala mengendus. “Terus apa?”

“Terus gue dengar mereka menyebut nama Kak Hani.”

“Kak Hani? Yang ditarik Milano keluar kios jus itu?”

“Iya. Ternyata yang meninggal kemaren itu tu Kak Hani.”

“Ah masa? Gue gak percaya,”

“Benar kok Mala, Kak Andre juga bilang ke gue,” itu suara Seli. Seli dan Sifa lagi-lagi datang terlambat ke sekolah.

Kemala bingung, “Hubungannya sama gue apa coba?”

Kimi ikut bingung, “Hmm, apa ya? Gak ada sih..”

“Memang gak ada.”

‘Kak Milano..’ Sifa kesenangan dalam hati. “Hy kak..” sapa Sifa

Dibalas anggukan oleh Milano sambil menarik lembut Kemala keluar kelas.

“Dasar jones. Kasian ya dikacangin, ahahaha..” ledek Rangga.

“Apa sih lo. Siapa juga yang dikacangin, Kak Milano jawab kok pake anggukan!” Sifa membela diri sendiri.

“Jones teriak jones ya gitu jadinya.” Seli tidak lupa membela kemabarannya.

“Selalu kalian ini! Dua lawan satu, curang!” Rangga kesal.

“Salah lo, dasar biang ribut. Jones!” ucap Sifa dan Seli bersamaan tanpa terbata yang membuat Angga semakin geram.

Ridho ketua kelas mereka hanya bisa geleng kepala “Sudah ku duga..”

***

Diluar kelas Milano membawa Kemala ke satu ruang kosong. Beruntung pintunya ditutup, karna Kimi ingin menguping pembicaraan mereka, sejak kemaren-kemaren Kimi sudah curiga pada keduanya. Walau Kemala sudah mengatakan bahwa dia tidak berpacaran dengan Milano.

“Kenapa bawa gue kesini?” tanya Kemala.

“Jadi gini,” Milano terhenti. “Bentar.. Ada orang dipintu.”

Milano pergi melihat siapa diluar.

“Ternyata adeknya Mintra. Gapapa, sedikit banyak dia pasti tau seluk beluk gue dari cerita Mintra,” ucap Milano tanpa mengecikan suara.

Kemala hanya mengerutkan keninggnya tidak menerti dengan yang dikatakan Milano.

“Jadi gini, Hani memang gak ada hubungan sama lo. Lo juga gak tau apa-apa tentang dia. Mungkin teman lo bilang tentang Hani itu karna menyangkut kejadian di kios jus hari Minggu kemaren,”

“Hmm..” Kemala mulai mengerti, lalu bertanya “Oya, kenapa lo segitunya ke Kak Hani? Kasar banget,”

“Gue gak suka dia melakukan hal buruk ke orang yang gue sayang.” Milano jujur.

“Maksud lo orang yang lo sayang it--”

“Kemala.” Milano menggenggam tangan Kemala meyakinkan.

“Gue?” Kemala bergidik.

“Iya gue sayang sama lo,”

“Kenapa?” tanya Kemala memastikan.

“Gak tau, gue ngerasa dekat aja sama lo. Kayak gak asing gitu. Satu lagi, lo itu beda.”

Kemala yang terbawa perasaan mulai sadar dan melepaskan tangannya yang digenggam Milano, “Eh apa sih lo gak jelas banget.”

“Gue gak maksa lo buat percaya kok. Tapi perlu lo tau gue gak main-main kalo udah bilang sayang sama orang yang gue sayang.”

“Tau ah.” Kemala berlalu meninggalkan Milano.

Sepersekian detik sebelum Kemala membuka pintu, pintu itu telah dibuka terlebih dahulu oleh Kimi dengan ketidak sengajaannya.

“Terciduk deh lo ngupingin gue. Hahaha,” Kemala menertawai kelalaian yang dilakukan oleh temannya untuk kesekian kalinya. Lalu Kemala berjalan seperti biasa menuju kelasnya.

“Maaf kak,” pinta Kimi pada Milano.

“Gue tau lo ada di belakang pintu ini, gue udah lihat tadi. Tapi gue sengaja gak suruh lo pergi karna gue tau lo adik Mintra. Lain kali hati-hati jangan sampai ketahuan lagi. Satu lagi, bilang sama teman lo itu kalo gue serius sama dia,” pesan Milano sambil berlalu.

‘OMG. Mimpi buruk. Sifa harus tau.’ Kimi membatin.

***

Maafkan tulisan author yang banyak kurangnya ini :v
Jangan lupa pencet bintang ya😊

Sedekat Nadi Sejauh TakdirWhere stories live. Discover now