4. Kejutan

8.3K 906 59
                                    

Ernest bersantai sejenak di ruang tamu, sambil memainkan ponselnya dan menemani mbok Ipeh menonton drama korea.

"Den Ernest, liat deh mereka ciuman."teriak mbok Ipeh histeris.

"Astaga mereka menikmati banget! Den Ernest harus tutup mata, anak kecil ga boleh liat. Kalau si mbok sih gapapa."

"Den Ernest! Kapan si mbok di gituin sama ahjussi rasa oppa?!"

Ernest menghela nafas kasar mendengar teriakan tidak jelas dari mbok Ipeh. Lagi pula ia tidak ikut menonton, karena ia sibuk mengirim pesan kepada kedua saudara kembar nya yang tidak ada kabar. Hingga suara bel mengalihkan perhatiannya.

"Mbok, bukain pintu gih. Siapa tau ada yang kirim makanan gratis. Eh maksud nya tamu."

"Males ah! Lagi tanggung nih, mending den Ernest aja yang bukain pintu."suruh mbok Ipeh santai tanpa mengalihkan pandangan nya.

"Sebenernya yang jadi asisten rumah tangga disini siapa sih? Kok gue yang di suruh buka pintu."gerutu Ernest sebal.

Ernest beranjak dari duduk nya dan berjalan menuju pintu. Ia segera membuka pintu rumah nya dan melihat dua orang berdiri disana.

"Ngapain lo kesini?"tanya Ernest ketus.

"Numpang tidur."jawab seorang cewek tersenyum tipis.

Ernest menatap kedua saudara nya datar. Ternyata ini alasan mereka tidak membalas pesan dari nya.

"Dek, lo bawa ini ke dalem ya." Darwin menyerahkan dua koper ke Ernest dan menarik Fredella masuk ke dalam rumah.

"Oke fix gue yang jadi babu hari ini."

"Lo emang cocok jadi babu."celetuk seseorang.

Ernest menoleh ke samping dan melihat seorang gadis sedang menyiram tanaman sambil memakan pisang.

"Lo stalker gue ya?"tanya Ernest curiga.

Gadis itu memutar mata malas, lalu meleparkan kulit pisang ke wajah Ernest. "Sebelum lo disini, gue udah duluan tinggal disini. Jadi lebih tepat nya gue yang harus ngomong gitu sama lo! Dasar bego."ucapnya sinis.

"Bego tuh ada artinya tau!"

"Apaan emang?"

"B= berhati hello kitty, E = ernest namanya, G = ganteng orang nya, O-------"

"Oon kan orang nya."sela Elena memotong ucapan Ernest.

Ernest menghela nafas panjang. Sepertinya Elena tidak berkaca, jelas-jelas dia lebih oon dari pada dirinya.

"Kalau gue oon, lo apa dong?"

"Kalau gue sih kurang pinter di pelajaran doang. Tapi kalau makan pisang, pinter dong! Meski ga pinter di akademik, setidak nya gue pinter makan."jawab Elena tersenyum bangga.

"Akademik? Oh yang ini ya."

Ernest berpikir sejenak, ia harus mengubah lirik lagu dan semoga saja lucu.

"Mari adu pisang, adu gede adu panjang, di sini di Pisang Academy." Ernest bernyanyi sambil goyang tidak jelas.

Elena menatap datar kepada Ernest. Ia bosan dengan tingkah laku Ernest ini yang tidak berubah sama sekali, masih aja suka buat orang kesal.

"Itu dangdut academy, bukan pisang academy! Engga sekalian lo ganti jadi Pisang Idol?!" Elena benar-benar gemas ingin menjambak rambut Ernest.

"Gimana kalau jodoh wasiat pisang?"usul Ernest.

"Bodo amat! Mending juga gue tidur siang. Eh, satu lagi kalau ada adegan ciuman ga usah teriak-teriakan. Malu tau di denger sama tetangga."balas Elena, lalu meletakkannya selang  berjalan masuk ke dalam rumah.

Setelah itu Elena benar-benar menghilang dari pandangan Ernest.

"Yah malah masuk lagi tuh bocah. Pada hal gue masih mau buat dia kesel."

Ernest berjalan ke halaman rumah Elena, lalu mematikan keran air. Setelah itu saat Ernest berjalan ke rumahnya dan sialnya Ernest menginjak kulit pisang membuatnya kehilangan keseimbangan nya.

"Pantat gue tepos. Dasar Elena monkey!!" teriak Ernest kesal karena ia terpeleset saat menginjak kulit pisang yang tadinya dibuang oleh Elena.

"Abang kenapa?"tanya Fredella yang baru saja muncul di balik pintu.

"Lagi ngepel."jawab Ernest ngasal.

"Oh lagi ngepel. Ya udah kalau gitu lanjutin aja, Della lanjut main gaple sama mbok Ipeh ya." Fredella masuk lagi ke dalam rumah tanpa memperdulikan Ernest yang duduk di lantai.

"Engga adik, engga kulit pisang. Semua ngeselin!"

******

"Jadi kalian ikut pindah disini juga?"tanya Ernest memastikan.

Darwin menganggukkan kepala nya. "Lo sama kita ga bakalan sekelas itu syarat dari Omah . Karena emang harus nya cuma lo yang disini, tapi karena Della ngambek jadi kita di bolehin nyusul pindah."

"Bang, kenapa ga sekelas aja sih? pada hal wali kelas gue guru biologi lho."

Darwin menggelengkan kepala nya. Memangnya ia mudah tergoda untuk pindah kelas hanya karena guru biologi. Lagi pula semua sudah di atur oleh Nenek nya.

"Ayo lah bang di kelas gue juga ada monyet berbentuk cewek, kapan lagi liat doger monyet live kan."

Darwin menjitak kepala Ernest sedikit keras. "Gue tau dia Elena temen kita waktu SMP! Gue engga suka monyet, tapi suka nya si kuning mata dua."

"Si kuning mata dua? Spongebob?"

"Bukan, Minions mata dua dong."

"Bang, gue punya tebak-tebakan nih."

"Apaan?"

"Mandul apa yang tajem?"

"Mandul belah duren."

"Salah!"

"Terus apaan?"tanya Darwin males mikir.

"Mandul-mandul pacul cul, gembelengan."jawab nya terkekeh.

"Itu gundul bukan mandul! Ha lucu lu kutil undur-undur."ketus Darwin, lalu beranjak dari duduk nya dan berjalan menaiki tangga menuju kamar nya.

"Bang, emang undur-undur punya kutil?"teriak Ernest, namun tak di jawab oleh Darwin.

"Undur-undur punya kutil kok, Den Ernest."jawab mbok Ipeh yang berdiri tak jauh dari sofa ruang tamu.

Ernest menoleh ke belakang. "Mana, mbok? Liat dong."

"Den, lihat baik-baik ya jangan sampe ngedip."ucap mbok Ipeh mengingatkan.

"Iya, cepetan mbok!"

Mbok Ipeh melangkah mundur sambil bergaya genit. "Undur-undur kutil-kutil. Undur lagi undur lagi, ehh aing jatoh."

"Hahaha. Lucu banget sih mbok, jadi pengen nabok deh."

Crazy Couple [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang