9. Puisi

6K 700 26
                                    

Semua siswa sibuk mengerjakan tugas yang di beri Bu Iga Sapira. Semua tampak serius membuat puisi.

Sesekali Ernest menguap karena rasa kantuk dan bosan.

Apa lagi yang Ernest dengar, Bu Iga Sapira atau yang sering di sapa Bu Iga sering menyuruh membuat puisi.

Kata nya pemanasan agar murid tidak bosan di jam pelajaran nya mengajar.

"Udah ada yang selesai? Siapa yang mau bacain di depan?"

Tak ada yang menjawab pertanyaan dari Bu Iga. Ernest ingin mencoba membaca kan puisi walau ia sama sekali belum menulis apapun di buku.

Ernest langsung mengangkat tangan nya ke atas. "Saya dong, Bu."

Bu Iga menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas wajah lelaki itu, dan terasa asing.

"Kamu murid baru ya?"

"Iya, Bu. Saya murid dari khayangan, junior nya Mimi Teri." Ernest mengedipkan mata-matanya berkali-kali.

"Kamu cacingan ya?"tanya Bu Iga.

Elena tertawa pelan, namun Ernest masih dapat mendengarnya.

"Ini nama nya mata genit, Bu."jawab Ernest cemberut.

"Ya sudah. Cepat maju ke depan."

Ernest beranjak dari duduknya, dan berjalan maju mundur seperti syahrini.

"Maju mundur maju mundur ganteng-ganteng. Mundur lagi mundur lagi ganteng-ganteng."

Bu Iga mentap Ernest aneh. Baru kali ini dia bertemu murid yang memiliki kelakuan aneh.

"Buruan maju! Ga usah bergaya Princess."tegas Bu Iga.

Ernest mendengus sebal, guru nya ini ternyata tidak bisa di ajak bercanda. Ia melangkah maju ke depan dan berdiri di samping Bu Iga.

"Saya mulai ya, Bu."

Bu Iga menatap ke arah tangan Ernest. "Kamu ga bawa buku catatan kamu? Emang udah hafal?"

"Hafal dong, Bu! Puisi sih masalah gampang, sekali ngedip aja udah hafal kok."balas Ernest sombong.

"Ya sudah. Sok gera di mulai atuh."

Ernest menghirup nafas dalam-dalam lantas membuangnya lewat mulut, dan mulai membaca kan puisi buatan nya sendiri.

Warna mu yang kecoklatan.
Membuat semua mata melirik.
Di tambah dengan sambel cabe.
Tapi jangan cabe-cabean.
Jangan lupa di beri acar.
Oh Iga sapi.
Aku lapar.

Ernest mengakhiri membaca puisi buatan nya sendiri, dan memberikan tepuk tangan yang cukup keras untuk diri nya sendiri.

"Terimakasih telah mendengar puisi karya Ernest berjudul Aku Lapar."ucapnya tersenyum manis.

Bu Iga menatap Ernest datar. Ini murid pindahan dari mana sih pikir nya.

"Kamu bisa bedain tidak mana curhatan sama puisi?"tanya Bu Iga serius.

"Engga, Bu. Bedain yang naksir sama cuma perhatian php aja susah! Ernest kan masih polos." Ernest mengedipkan mata nya berkali-kali sambil tersenyum manis pada Bu Iga.

"Terus Ibu harus peduli gitu?"

"Harus dong, Bu! Emang nya Ibu pikir kita udah perhatian sama doi, eh si doi malah cuek ga peduli. Sakit hati para jomblovers di luar sana!"ucap Ernest mendramatisir.

Bu Iga hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Cukup lelah menghadapi sifat muridnya yang satu ini.

"Mending kamu duduk lagi aja deh."

"Engga mau, Bu! Saya masih mau bacain puisi satu lagi judulnya Aku Haus. Boleh kan, Bu?"

"Sekalian aja kamu bacain puisi aku ngantuk, aku cape, aku jomblo dan anteng anteknya?!"ucap Bu Iga sebal.

"Leh ugha tuh, saran dari Ibu."balas Ernest semangat.

"Elena, tolong maju ke depan."pinta Bu Iga.

Dengan malas Elena pun beranjak dari duduk nya, lalu melangkah maju ke depan dan berdiri di samping Ernest.

"Tolong, isiin spidol ke ruang tata usaha ya."

"Ibu, engga mau sekalian minta saya isiin hati Elena?"tanya Ernest sambil mengedipkan sebelah mata nya.

Elena menatap risih entah apa yang sedang direncakan oleh Ernest.

"Cie-cie kode tuh."celetuk Panji si ketua kelas.

"Bu, saya permisi ya."

Elena melangkah keluar kelas diikuti Ernest yang mengekor dari belakangnya.

Ernest sama sekali tidak memperdulikan panggilan Bu Iga dari dalam kelas.

"Lo ngapain ngikutin gue?"tanya Elena ketus.

"Mau baperin lo."canda Ernest.

"Ga mempan!"

"Tunggu aja tanggal main nya. Awas ntar malah baper." Ernest tersenyum miring, lalu mencubit pipi Elena dan berlari meninggalkan Elena.

"Jangan kangen ya, Elena monkey."

Elena menatap kepergian Ernest dengan tatapan malas. Hilang sudah kebebasan dia di sekolah ini.

"Dasar dedemit hello kitty."

Crazy Couple [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang