6. Hukuman Dari Pak Totong

7.6K 799 63
                                    

Pak Totong menatap intens dan dingin ke arah Ernest. Karena hanya Ernest yang tidak memakai baju olahraga dan telat di jam pelajaran nya.

"Kemana baju olahraga, kamu? Kok engga di pake. Pada hal udah tau hari ini jam pertama pelajaran olahraga, trus kenapa pake acara mampir ke kelas orang lain dan bikin rusuh?!"tanya Pak Totong selidik.

"Kemarin Ernest tabungin ke Bank, Pak. Karena kata Mamah rajin menabung pangkal kaya."jawab Ernest enteng sambil tersenyum polos.

"Kaya apa?"celetuk Elena tiba-tiba ikut dalam pembicaraan mereka.

"Kaya monyet." Ernest tertawa kecil sambil menunjuk ke arah Elena yang berdiri di samping nya.

"Heh enak aja! Gue bukan monyet, cuma suka pisang doang."protes Elena tak terima.

"Kamu lagi ngelucu?!"ucap Pak Totong dengan wajah datar.

Elena menepuk jidat nya, ia lupa bahwa Pak Totong tidak suka saat dia serius malah di bercandain. Pak Totong juga termasuk guru killer di sekolah nya tidak segan-segan memberi hukuman yang kadang tidak masuk akal.

"Bapak engga penasaran gitu? Apa yang kemarin Ernest lakuin pas nabung baju olahraga di Bank?"

"Engga peduli!"

Ernest menghela nafas kasar. Sepertinya Pak Totong berbeda dengan Bu Popong yang sangat mudah ia kerjain.

"Nah, karena Bapak engga peduli. Ernest bakal ceritain apa yang kemarin terjadi."ujar Ernest tersenyum tipis.

"Engga minta di ceritain."

Ernest rasa nya ingin melemparkan batu bata ke wajah Pak Totong. Karena ekspresi wajah Pak Totong masih saja datar ketika membalas ucapan nya.

"Kemarin saya abis di tolak, Pak."ucap Ernest dengan wajah yang sedih.

"Engga nanya."

"Setidaknya Bapak tanya kek! Abis di tolak siapa, Bapak tuh punya hati gak sih?!"protes Ernest yang mulai kesal dengan jawaban Pak Totong.

"Oh."jawab Pak Totong acuh.

Ernest melongo mendengar ucapan Pak Totong. Apakah ini yang nama nya karma karena ia selalu membuat orang kesal. Dan sekarang Ernest yang di buat kesal oleh Pak Totong.

Sementara Elena menahan tawa nya. Kali ini Ernest salah mencari target pikirnya.

"Tanya dong, Pak! Kan adegan nya saya mau cerita sama Bapak."pinta Ernest cemberut.

Pak Totong mengangguk-anggukkan kepala nya. Sebenar nya dia malas meladeni murid nya yang satu ini. Karena sudah mendengar cerita kelakuan Ernest dari guru lain.

"Ya udah. Kamu abis di tolak siapa?"

"Kok rasa nya udah jadi ga lucu ya, Pak. Keburu basi karena Bapak ngeselin!" Ernest menekukkan wajah nya bete.

"Oh." lagi-lagi kata itu yang keluar dari mulut Pak Totong.

Seketika tawa Elena pecah. Ia puas kali ini Ernest gagal membuat orang lain kesal.

"Diam, Elena! Jangan seneng dulu, Bapak belum kasih hukuman ke kalian berdua."ucap Pak Totong tegas.

Elena mengerutkan dahi nya bingung. "Loh kok saya di hukum, Pak? Kan saya engga telat di jam pelajaran Bapak, ini juga pake baju olahraga kok."protes nya tak terima.

"Tapi kamu makan pisang di pelajaran saya! Yang lain pada lari pemanasan, laj kamu malah asik makan pisang."balas Pak Totong ketus.

"Mampus, mangga mamam!" Ernest tersenyum puas, lalu menjulurkan lidah nya pada Elena.

Pak Totong memberikan bola basket pada Elena. "Nih ambil."

Elena dengan sedikit curiga dan ragu pun akhir nya mengambil bola basket tersebut.

"Karena kamu tadi makan pisang. Tolong kamu ubah bola basket itu jadi pisang."suruh Pak Totong dengan wajah serius.

Elena melotot tak percaya mendengar apa yang tadi diucapkan oleh guru nya itu.

"Yang bener aja dong, Pak! Sampe monyet kawin sama buaya terus melahirkan dinosaurus, bola basket ini ga bakalan jadi pisang. Saya bukan Pak Tarno yang bimsalabim jadi apa banana. Engga mungkin, Pak?!"ucap Elena panjang lebar agar Pak Totong mengubah hukuman nya.

"Bapak engga peduli."ujar Pak Totong santai.

Elena mengelus ngelus dada nya. Ia harus bersabar dua hari berturut-turut mendapatkan ke sialan.

"Nah buat kamu, Ernest. Tolong ke ruang guru terus temuin Bu Maya, bilang di suruh Pak Totong pinjem baju cadangan cheerleader."

"Trus buat apaan? Disini kan ga ada tanding basket, Pak."tanya Ernest bingung.

"Buat di pake sama kamu selama jam pelajaran pertama sebagai hukuman dari Bapak. Masa Bapak yang pake? Kan engga lucu."jawab Pak Totong tersenyum tipis.

"Astagfirullah. Seketika keperawanan yang udah Ernest jaga selama ini runtuh dengan ucapan manis mu, Pak."ucap Ernest mendramatisir.

"Bapak engga peduli. Cepet sana ke ruang guru!"suruh Pak Totong.

"Pak, saya lebih rela pake daster hello kitty dari pada baju cheerleader."ucap Ernest bersungguh-sungguh.

"Ga ada bantahan! Hukuman kamu ga bakalan Bapak ubah."kata Pak Totong tegas.

Ernest menghela nafas kasar. Ternyata Pak Totong sebelas duabelas dengan nenek nya yang memberikan hukuman kejam.

"Insyaflah wahai manusia, jika dirimu bernoda. Dunia hanya naungan, tuk makhluk ciptaan Tuhan." Ernest bernyanyi sambil melangkah pergi meninggalkan lapangan.

Pak Totong tersenyum tipis menatap kepergian Ernest yang menyanyi kan lagu seperti itu. Lalu menatap Elena yang masih berdiri di hadapannya.

"Ngapain kamu masih disini?"

"Hukuman saya Bapak ganti kan?"tanya Elena penuh harap.

"Engga! Mending kamu ke perpustakaan aja. Siapa tau di sana ada buku trik sulap kan."usul Pak Totong.

Elena melangkah pergi meninggalkan lapangan sambil menghentak-hentakkan kakinya.

Sementara Pak Totong mengeluarkan ponsel nya dari saku dan mengirim pesan kepada seseorang.

"Mission completed."ucap Pak Totong pelan.

Crazy Couple [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang