25. Iseng

1.6K 137 13
                                    

ERNEST berdiri di depan pintu kelas nya. Dia menatap Elena yang sedang membaca komik, ia sengaja datang pagi-pagi karena hari ini adalah hari special bagi nya.

Karena hari ini adalah hari pertama piket di kelas bersama Elena. Kekasih yang tak pernah diakui sampe sekarang oleh Elena statusnya.

"Selamat pagi pacarku yang laknat." Sambut Ernest ceria.

Tak ada respon sama sekali. Ernest mendengus kesal melihat Elena begitu, seketika dia tersenyum jahil. Ernest mengeluarkan sesuatu dari tas nya.

Ernest melihat barang yang dia pegang dan yakin. Pasti kali ini Elena akan merespon ucapan nya. Tak butuh waktu lama, Ernest pun langsung melempar nya sedikit keras ke arah Elena.

Bangsat! Pagi-pagi udah ngajak ribut aja nih anak.

Elena mengumpat dalam hatinya. Dia menatap kesal ke arah Ernest sambil melepas kan earphone nya. Sementara Ernest tertawa kecil melihat wajah Elena yang menurut dia gemesin.

"Sakit, lo pikir kepala gue ring apa?" Eluh Elena ketus.

"Tapi gapapa kan?"

"Ya sakit lah, BEGO!" Balas Elena sambil menekan kan kata bego.

"Bukan lo nya yang gue tanya! Gue nanyain  bola yang tadi engga sengaja tapi emang niat gue lemparin ke kepala lo." Ernest mengeluarkan senyum polos andalan nya.

Idiot!! Ketiban sial apa gue hari ini. Dasar dedemit hello kitty!

Elena menggelengkan kepala nya dan lagi lagi umpatan yang ada di hatinya. Bagaimana pertanyaan itu yang keluar dari mulut Ernest.

"Ini masih pagi! Tolong lah jangan ancurin mood gue yang lagi niat belajar."

Ernest mengangkat sebelah alisnya. "Niat belajar? Lo aja engga baca buku malah novel." Sambung Ernest bingung.

"Novel juga kan buku. Otak nya pake dikit kek biar engga jadi bodoh." Ejek Elena sambil menjulurkan lidah nya.

"Oh." Ernest membulatkan mulutnya. "Jadi lo belajar apa?" Tanya nya sekali lagi.

"Belajar baca." Jawab Elena tersenyum kalem.

Ernest langsung menjitak kepala Elena dan pergi beranjak meninggalkan kelas.

"Lo kemana?!" Teriak Elena yang tak di gubris oleh Ernest.

Elena terkekeh akhirnya dia berhasil mengusir Ernest dari kelas. Dia pun bisa melanjutkan kembali acara bermageran di kelas.

****

FREDELLA duduk di pinggir lapangan, menatap Darwin yang sedang bermain basket. Tapi pikiran nya kemana-mana, bahkan sejak kemarin pertemuan dengan Rolando. Dirinya tak bisa tidur.

Seketika Fredella tersadar dari lamunan nya saat seseorang menepuk pundaknya. Dia menoleh bingung kenapa cowok ini ada disini.

"Ngapain disini?" Tanya Fredella datar.

Cowok itu tak langsung menjawab pertanyaan Fredella dan langsung menyodorkan satu plastik besar kepada nya.

"Nih buat lo, btw gue kangen." Jawab cowok itu santai.

Tapi gue engga.

"Buat siapa?" Tanya Fredella sekali lagi.

Cowok itu hanya tersenyum tipis di abaikan oleh Fredella. Pada hal dia sengaja bolos agar bisa bertemu dengan Fredella.

"Buat mbok Ipeh."

"Oh.."

Seketika hening tak ada obrolan apa pun lagi. Tak lama Darwin menghampiri Fredella dan mengambil minuman di plastik yang di pegang oleh Fredella.

"Lo ngapain disini?" Pertanyaan yang sama keluar dari mulut Darwin.

Darwin langsung meneguk minuman nya hingga habis dan melemparkan botol ke tempat sampah.

"Gue ga sengaja lewat aja."

Bodoh. Satu kata itu yang terlintas di kepala Darwin. Bagaimana cowok ini beralasan seperti ini.

"Otak lu masih ada kan?" Ejek Darwin.

"Ada, otak gue lagi jongkok." Balas cowok itu seenak nya.

Darwin menggeleng kan kepala nya, entah pesona apa yang ditebarkan oleh adiknya ini. Hingga di kelilingi cowok-cowok idiot.

"Raka, lo bolos sekolah?" Tanya Darwin serius dan hanya dibalas anggukan oleh Raka.

Ya cowok itu adalah Raka. Kakak kelas mereka sebelum pindah sekolah. Tapi Darwin tak menyangka Rolando dan Raka bisa sampe menyusul ke Bandung hanya untuk bertemu adik nya.

"Tapi tenang aja, gue kesini juga ada urusan mau lihat calon kampus gue daerah sini."

"Calon kampus apa calon gebetan?" Darwin tertawa kecil dan dapat pandangan tajam dari Fredella.

"Calon bini! Ya udah gue pamit engga lama juga." Raka melambai kan tangan nya dan berjalan pergi meninggalkan mereka berdua.

Sementara Fredella menatap kepergian Raka datar seperti tidak peduli. Karena bagi nya Raka atau pun Rolando tak berarti apapun.

"Mereka pada kenapa ya." Gumam Fredella pelan.

Darwin tersenyum mendengar ucapan Fredella. Seperti ini saja Fredella tak paham pikirnya.

"Naksir kamu paling dek, nama nya juga lelaki liat bening dikit sosor."

Fredella memutar bola mata malas. "Kalau abang, liat bohay dikit langsung modus kan?!" Sindir Fredella sengaja.

"Ehe tau aja, jadi sayang. Besok kerja jadi babu abang nya."

"Engga mau. Fredella sibuk ah."

"Sibuk apa?" Tanya Darwin bingung.

Darwin sangat tau semua pekerjaan yang harus nya mereka bertiga lakukan sudah dipercaya kan pada orang-orang kepercayaan nenek nya.

"Sibuk bernafas." Jawab Fredella singkat.

Crazy Couple [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang