16 - Secret

3.7K 204 29
                                    

Aku terdiam dengan kepala yang masih berdenyut. Aku tahu otakku memang somplak tapi itu bukan berarti aku tak tahu bagaimana rasanya sakit hati. Terlebih dengan apa yang sudah terjadi di ruangan Nico.

Hidupku serasa jungkir balik 180 derajat beberapa hari ini. Setelah video itu menyebar, aku bukan hanya menanggung malu. Tapi Nico juga jadi merendahkanku.

Beberapa menit setelah Justin menyatakan hal di luar dugaan itu, Justin langsung menyeretku ke cafe di dekat kantor. Meninggalkan Jessica yang tersenyum bahagia dan Nico yang muram.

"Apa kamu bakal terus diam?" Justin mencodongkan tubuh dan menyingkirkan secangkir coffee latte di hadapannya. Aku hanya menatapnya sekilas.

"Bukan saya yang seharusnya bicara."

"I know. I am," Justin menunduk. Tampilan pria itu begitu kusut.

"Seharusnya saya gak melibatkan kamu."

"Benar. Seharusnya anda nggak sembarangan ngomong kalau anda mencintai saya."

Kepalaku berdenyut lagi. Aku migreeen. Stres karena ulah dua kakak beradik yang menjadi bosku ini.

"Saya terpaksa berbohong."

"Dengan melibatkan saya?"

"Ini demi nama baik kita-"

"Nggak ada yang perlu kita bicarakan lagi."

Aku meraih tasku lalu beranjak.

"Kita menikah saja..."

Aku menahan diri untuk tidak melempar tasku pada pria ini.

"Saya gak minta dinikahi!" aku melangkah cepat namun Justin menahan lenganku.

"Saya nggak punya solusi lain. Video itu sudah menyebar," Justin memohon.

"Anda pikir ini drama Korea? Bisa mengajak menikah seseorang seenaknya seperti itu?" aku mengoceh tanpa kontrol. Tak lagi peduli pada tatapan para pengunjung cafe.

"Tolong duduk dulu."

Dadaku kembang kempis menahan amarah. Namun aku akhirnya menurut. Aku berusaha untuk tidak terlihat dongkol namun semburat kemarahan tetap saja nampak di wajahku. Aku tak tahu harus memikirkan yang mana. Memikirkan Nico yang menuduhku tidur dengan kakaknya. Atau memikirkan ulah Justin yang semakin menjadi-jadi dalam memanfaatkanku.

"Kita harus menikah. Ini demi nama baik kamu dan saya," bujuk Justin.

"Bukannya supaya saya gak mendekati Nico lagi?" Telak.

Kali ini Justin yang memijit keningnya.

"Anda gak perlu melakukan itu karena seperti yang sudah saya katakan. Saya nggak tertarik merebut suami orang."

"Saya gak bermaksud begitu-"

"Iya, maksud anda begitu. Saya masih mengingat semua omongan anda waktu kita di Singapura."

"Hanny, kita menikah untuk menghindari fitnah."

"Nggak, anda mau menikahi saya karena anda ingin menghindari kenyataan bahwa anda mencintai istri adik anda sendiri."

Sopan santunku sudah menguap entah kemana. Aku tidak peduli lagi.

"Jangan sembarangan bicara," Justin menatapnya serius.

"Saya tahu semuanya sekarang. Jadi anda nggak usah menyangkal lagi."

"Apa yang kamu ketahui?" Justin menantang.

"Anda mencintai Jessica."

"Dan kamu mencintai dia."

Aku membuang wajah. "Saya nggak mencintai Nico."

I Love Your ManDonde viven las historias. Descúbrelo ahora