💔Prolog💔

48 3 0
                                    

                  "Jangan khawatir.
                   Gue bisa jaga diri"

                  --Ayla Anatasyah--

Katanya setiap orang punya kapasitas sendiri sendiri dalam menahan sakit.

Entah berada dibatas mana kapasitas itu didalam dirinya, tapi Ayla hampir tidak merasakan apapun selain rasa sakit.

Bersarang di satu titik tubuhnya.

Berdenyut tepat ditorehkan luka.

Ayla sedang duduk di bangku sebuah taman yang ada dirumah sakit ternama di Jakarta. Entah sudah berapa lama ia duduk disana.

"Sendiri ?"

Tanpa melihat pun Ayla sudah tau siapa yang telah duduk di sampingnya. Cowok yang akhir akhir ini selalu mengganggunya. Ayla hanya diam tanpa menjawab pertanyaan cowok itu, pertanyaan yang sering ia dengar.

"Lo kok belum pulang ?"

Tak gencar, cowok itu terus bertanya walaupun pertanyaannya nggak akan pernah dijawab dengan Ayla. Ayla bangkit dari duduknya. Ia nggak suka dekat dekat dengan cowok asing yang sering mengganggunya itu. Ayla hanya ingin sendiri.

"Lo mau kemana ?"

Ayla tidak mempedulikan pertanyaan cowok itu. Ia segera berjalan kearah parkiran rumah sakit itu. Cowok itu tersenyum masam menatap punggung Ayla yang sudah menjauh. Dia sudah kebal di cuekin dengan Ayla.

Ayla terus berjalan kearah parkiran rumah sakit untuk mengambil mobilnya yang ia parkir. Saat hendak akan menyebrang ke arah parkiran tiba tiba ada sebuah mobil yang melaju dengan cepat.

Aaaaaa...

Brukkk...

"Aww..." Ayla meringis saat badannya jatuh diaspal. Celana Jeansnya robek dibagian lutut dan telapak tangannya berdarah karena menahan badannya agar tidak mencium aspal.
Seorang cowok dengan kacamata hitam keluar dari mobil yang menabrak Ayla. Tanpa rasa bersalah sama sekali cowok itu hanya berdiri disamping mobilnya tanpa sedikitpun mau membantu Ayla berdiri.

"Lo kalau jalan liat liat dong. Mata tuh dipake jangan dijadikan pajangan aja. Liat noh, mobil gue jadi lecet kan" cerca cowok itu menatap Ayla dengan sengit.

Ayla segera bangun dengan susah payah karena lututnya sakit.
"Kok lo yang malah marah sama gue, harusnya gue yang marah sama lo. Udah nggak bisa nyetir malah sok gaya bawa mobil. Malah nyalahin gue lagi, liat nih lutut sama tangan gue berdarah. Tanggung jawab lo"

"Cih, ogah banget gue tanggung jawab. Yang salah kan lo, kok gue yang tanggung jawab"

"Terserah lo. Males banget gue berurusan sama cowok bangsat kayak lo" ucap Ayla dan ia segera berlalu dari hadapan cowok itu. Mendengar perkataan Ayla yang mengatainya membuat cowok yang awalnya sudah kesal menjadi tambah kesal. Ia segera menarik lengan Ayla dan memutar badan Ayla menghadap kearahnya.

"Apa apaan sih lo" kesal Ayla saat badannya sudah berhadapan dengan cowok didepannya.

"Lo ngomong apa tadi ?" tanya cowok itu menatap Ayla tajam.

"Yang mana ? bangsat ?" tanya Ayla dengan santai nya.

"Beraninya lo ngomongin gue bangs--"

"Kenapa ? lo marah ? Lo kan memang bangsat Arga Fairuz Reynand" potong  Ayla dengan senyum miring. Muka cowok bernama Arga itu sudah memerah karena marah.

"Kita sama Ayla. Sama sama BANGSAT" ucap Arga ditelinga Ayla dengan nada dinginnya. Kemudian Arga pergi meninggalkan Ayla yang masih diam ditempat.

"Arga sialan" umpat Ayla saat mobil Arga sudah menjauh darinya.

Ayla segera keparkiran untuk mengambil mobilnya. Kemudian dia segera pergi dari rumah sakit tersebut.

-------

Ayla turun dari mobilnya saat ia sudah sampai diparkiran apartemennya. Ia berjalan kearah lift yang terbuka dan melihat 3 orang laki laki muda dan 2 orang ibu ibu  sudah ada dalam lift. Setelah masuk Ayla menekan angka 5.

Ting

Lift terbuka saat sudah dilantai 5. Ayla segera keluar dari lift dan melangkah menuju kamar
apartemennya. Saat sudah didepan pintu apartemennya ia segera menekan kata sandi dan masuk kedalamnya.

"Kok baru pulang ?" tanya seorang cowok yang sudah berdiri disamping pintu dengan tangan dilipat di dada dan kaki disilangkan. Ayla menghiraukannya dan berjalan kearah sofa yang ada diruangan tengah.

"Lo kenapa sih ? Muka lo kusut amat" tanya cowok itu saat sudah duduk disamping Ayla.

"Nggak ada" jawab Ayla seadanya. Cowok itu memperhatikan Ayla.

"Itu lutut lo kenapa ? Sama tangan lo kok bisa berdarah kayak gini ?" tanya cowok itu dengan nada khawatir. Ia segera berjalan kearah lemari yang ada disamping tv dan mengambil kotak P3K untuk mengobati Ayla. Dan segera duduk berhadapan dengan Ayla.

"Aww... Pelan pelan dongpekik Ayla saat cowok tersebut membersihkan telapak tangan Ayla dengan alkohol yang sudah dituangkan kekapas.

" Kenapa tangan lo bisa luka kayak gini" tanya cowok itu lagi.

"Lo pulang jam berapa ?" tanya Ayla mengalihkan pertanyaan.

"Jangan ngalihin pembicaraan Ay. Ini tangan lo kok bisa luka ?" geram cowok itu.

"Tadi ada mobil yang hampir nabrak gue. Karna kaget jadi gue jatuh. Tapi ini nggak papa kok, paling juga ntar lagi sembuh" jawab Ayla. Cowok itu mendengus mendengar jawaban Ayla.

"Lo kenapa ceroboh banget sih Ay. Gue udah khawatir setengah mati, lo dengan santai nya bilang gak papa" ucap cowok itu kesal.

"Lo kenapa sih Fa ? Gue emang  baik baik aja. Lagian ini kan cuma lecet biasa aja, lo kok malah besar besarin masalah sih" kesal Ayla.

"Gue cuma nggak mau lo terluka Ay. Gue khawatir banget sama lo Ay" ucap cowok itu sendu.

"Gue nggak papa Arfa. Lo tenang aja, gue bisa jaga diri kok" ucap Ayla lembut. Arfa hanya pasrah mendengar ucapan Ayla. Ia nggak bisa marah sama Ayla.

"Lo mandi gih. Habis itu kita makan bareng" pinta Arfa saat udah selesai membersihkan luka ditelapak tangan dan lutut Ayla.

"Makasih ya. Lo memang yang terbaik" Ayla mencium pipi Arfa, setelah itu langsung ke kamar nya.

what's "CINTA" ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang