💔Teman ?💔

23 3 0
                                    

"Aku hanya ingin bermain hujan,
Karena dengan itu
Aku dapat melepaskan beban ini"

--Ayla Anatasyah--

Dengan langkah gontai gadis itu menyusuri jalan kota yang mulai sepi. Tidak menghiraukan butiran air yang terus menerpa tubuh langsing nya - mengabaikan tempat teduh yang menawarkan kenyamanan dengan secangkir coklat hangat yang berjajar sepanjang jalan - ia tak begitu peduli akan apa yang terjadi pada tubuhnya nanti. Flu atau demam, ia benar benar tak peduli. Bahkan bila esok ia ditemukan terbujur kaku tanpa nyawapun ia tak peduli dan itu bukan masalah. Cepat atau lambat kematianpun pasti akan datang.

Dengan setiap sisa tenaga miliknya, gadis itu mendorong pelan pintu baja beraksen mewah itu, sedikit menyerngit saat suhu sedingin es dipermukaan pintu menyentuh kulitnya - seperti tertusuk jarum di kulit putih pucatnya yang sudah kebas. Langkah pertamanya disertai lampu otomatis yang hanya menerangi sebagian kecil ruang apartement itu. Sepi dan gelap.
Ia menyeret langkahnya menuju kamar tidur merebahkan tubuh basah kuyupnya tanpa niat untuk berganti baju. Lalu memejamkan matanya menuju alam mimpi yang setidaknya lebih indah.

Ia mengerang dengan mata yang masih terpejam, tubuhnya demam. Dan masih dapat dirasakan ranjangnya juga lembab. Percuma untuk berangkat sekolah bila dalam keadaan seperti ini. Dan keadaannya tidak jauh lebih baik saat menerawang keadaan di balik jendela.
'Cerah' gumamnya dengan senyum miris. Bahkan langit pun dapat cerah setelah turun hujan, kebahagiaan setelah penderitaan.

Krieett...

Pintu kamar terbuka setengah dan menampilkan seorang cowok yang masih menggunakan baju basket dan kaca mata yang bertengger di hidung nya.

"Ya ampun Ay. Badan lo kok bisa basah kayak gini?" tanya Arfa saat sudah berada dipinggir ranjang Ayla.

"Gue tadi habis hujan hujanan" ucap Ayla dengan senyum yang mengembang.

"Ck, Mobil lo kemana? Kok lo bisa hujan hujanan?" khawatir Arfa.

"Gue tinggal di sekolah"

"Kenapa sama mobil lo? Lo kenapa nggak nelpon gue? Kalau lo sakit gimana? Lo nggak pernah sayang ya sama badan lo" cecar Arfa. Arfa nggak pernah habis pikir dengan jalan pikiran Ayla yang nyeleneh.

"Lo marah ya sama gue?" tanya Ayla sendu.

Arfa menghela nafas. Kalau Ayla sudah memasang wajah seperti itu Arfa bisa apa. "Gue bukan marah. Gue hanya khawatir aja sama lo"

"Sekarang lo ganti baju. Muka lo udah pucat banget" sambung Arfa sambil berjalan kearah lemari yang ada di pojok kamar Ayla. Ia mengambil baju tebal, celana dan dalaman Ayla.

"Lo mau gue gantikan apa ganti sendiri?" tanya Arfa dengan seringai mesumnya.

Ayla mendengus. Ia nggak menjamin dirinya selamat saat Arfa yang mengganti bajunya. "Gue bisa sendiri kok. Lo keluar dulu" Ayla mengambil baju yang ada ditangan Arfa.

"Yaudah. Gue juga mau ganti baju" Arfa berjalan keluar kamar Ayla dan menutup pintu dari luar.

Ayla menghela nafas, setidaknya masih ada yang peduli dan khawatir padanya. Ayla segera mengganti baju yang sudah mulai kering dengan baju yang diambil oleh Arfa tadi.

Selesai ganti baju Ayla segera keluar dari kamarnya menuju ruang makan. Ia mengabaikan badannya yang panas dan lemas. Ayla nggak mau membuat Arfa tambah khawatir dengan keadaannya. Saat tiba dimeja makan, senyum Ayla mengembang saat melihat 2 mangkok bakso dan 2 gelas teh hangat.

what's "CINTA" ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang