I hate him

27K 2K 39
                                    

"Jadi seharian ini Om kemana?" tanya Anet sambil memasang seatbeltnya. Ia sudah tak sabar untuk mendengar apa yang akan Bian katakan. Apa Bian menemui kekasih lelakinya atau justru Bian baru berkencan dengan pacar wanitanya?

"Pertama, jangan panggil aku om, kedua, bersabarlah, aku mau kamu berjanji dulu untuk membantuku." Anet menatap Bian curiga, perasaan Anet tidak enak, jika Bian meminta sesuatu yang aneh-aneh maka Anet sudah bersiap untuk menendang pria gay itu keluar dari mobil, entah bagaimanapun caranya.

Bian menyalakan mobilnya, ia pergi tanpa berkata apapun pada Ferdi.

"Jangan basa-basi, Om, aku mau pulang sama om karena mau mendengar cerita bukannya berdebat mengenai panggilanku ke Om Bian."

"Kamu panggil Ed dengan sebutan kakak, kenapa aku tidak bisa begitu juga?" ucap Bian. Ia tidak mau dipanggil om oleh wanita ini, memang jarak usia mereka cukup jauh tapi seharusnya Anet tak perlu memperjelasnya.

"Om, cerita sekarang atau aku akan menendang om keluar dari mobil," ucap Anet tak menghiraukan protes Bian, ia sudah kesal dan tak sabar.

'Wanita gila,' batin Bian, baru kali ini ia menemukan makhluk sejenis Anet. Wanita ini terlalu liar untuk dibiarkan berkeliaran, Bian tak bisa membayangkan bagaimana nasib suami Anet kelak. Lelaki itu sungguh sial pastinya, salah sedikit saja pasti Anet sudah mengomel seharian dan mengancam lelaki itu dengan berbagai ancaman mengerikan. Bian pernah mendengar dari Ed bahwa Anet sering menganggunya bahkan wanita itu pernah memukul kakak iparnya tersebut. Dari semua cerita itu, Bian menyimpulkan bahwa wanita itu terlalu bar-bar dan perlu belajar sopan santun.

"Aku menemui Chris dan Mira hari ini."

"Luar biasa, jadi hari ini ada kunjungan bergilir? Aku merasa seperti kekasih ketiga sekarang," ucap Anet sarkatis.

"Memangnya kamu mau jadi yang ketiga? Kalau kamu mau aku tidak keberatan."

Sekarang, Anet ingin sekali menendang Bian keluar dari mobil, enak sekali mulutnya berbicara. Dia pikir Anet sebegitu gilanya hingga mau menjadi yang ketiga. Anet meremas tasnya, mencegah tangannya supaya tidak melukai Bian. Dia geram sendiri dengan perilaku Bian yang tak tahu malu, seharusnya setelah ada yang mengetahi rahasianya, ia akan sedikit introspeksi tapi ternyata Bian masih saja melanjutkan perselingkuhannya itu.

Mungkin seharusnya Anet berbicara pada Mira, ia kasihan dengan wanita itu. Ia pasti tidak tahu jika Bian main serong dengan seorang lelaki. Anet tidak bisa membiarkan ini semua terjadi, demi persatuan para wanita ia harus memberitahunya.

"Apa yang ada di kepalamu itu? kenapa diam saja? Jangan-jangan kamu memang mau menjadi kekasih ketigaku."

"Pria kurang ajar, aku tak sudi menjadi kekasihmu, apalagi yang ketiga." Bian justru tertawa kecil, ia merasa lucu membayangkan Anet menjadi kekasihnya, setiap hari ia harus menyiapkan obat sakit kepala jika hal itu terjadi. Anet pasti akan membuat hidupnya berantakan tak terkira. Segala perilaku dan perkataan Anet menunjukkan bahwa wanita itu bukanlah wanita normal.

"Aku sebenarnya mau minta bantuanmu, lebih tepatnya pendapatmu." Anet memeringkan kepalanya menatap Bian.

"Begini, aku ingin memutuskan Mira, tapi aku tak tahu bagaimana caranya, ini pertama kalinya aku memiliki kekasih wanita. Mereka makhluk yang rumit jadi aku pikir jika aku memutuskan begitu saja pasti akan ada masalah. Menurutmu bagaimana caranya supaya Mira tidak marah dan mengerti dengan keputusanku?"

Anet diam, Bian lebih memilih kekasih laki-lakinya daripada Mira, itu berarti Bian masih belum sembuh juga. Anet ingin tahu apa yang ada di pikiran pria itu, kenapa ia menyukai sesama jenis dan bahkan rela mengorbankan seorang wanita cantik seperti Mira. Anet kasihan dengan Mira, ternyata benar dugaannya selama ini, Mira hanya dijadikan mainan oleh Bian. Pria brengsek di sampingnya ini memang perlu diberi pelajaran.

Seducing Mr. GayWhere stories live. Discover now