Ngambek

23.8K 2K 125
                                    

Hai...

Happy reading

*******

"Jadi kamu berpacaran dengan pria yang kita buat taruhan itu?" tanya Elma pada Anet yang masih sibuk memilih sepatu. Untuk ketiga kalinya, Anet mengangguk. Anet tidak tahu apa yang membuat Elma terus-terusan bertanya mengenai hal yang sama. Ia sudah menceritakan hubungannya dan Bian pada Elma, meskpiun ada beberapa hal yang tidak diceritakan oleh Anet tapi setidaknya sahabatnya itu tahu kalau Anet sudah tidak jomblo lagi.

"Net, kamu pakai pelet apa?"

'Sialan!' maki Anet dalam hati. Tanpa pelet pun dia sudah berhasil memikat Bian. Anet menatap Elma tajam.

"Ya sudah kalau tidak percaya." Anet mengangkat bahunya, tidak peduli. Ia meneruskan memilih sepatu yang disukainya. Anet mencoba sebuah sneakers berwarna hitam, ia tersenyum memperhatikan bagaimana sepatu itu terpasang di kakinya.

Anet keluar dari toko sepatu itu setelah ia membayar belanjaannya. Ia begitu puas setelah mendapatkan sepatu yang ia mau. Akhirnya setelah penantian panjang dan perjuangan melelahkan ia berhasil membeli sepatu yang dia mau.

Beberapa hari lalu Anet sudah mengakui kesalahannya pada ayahnya. Ia meminta ayahnya untuk memaafkan dan tidak memotong uang jajannya. Sayangnya meskipun Anet sudah memohon, ayahnya tetap saja menghukumnya dengan tidak memberinya uang jajan selama satu bulan.

Untunglah kakaknya berbaik hati memberikan uang padanya setelah Anet tanpa tahu malu meneleponnya di tengah malam. Anet sengaja menelepon di jam penting itu, biasanya jika Alana dan Ed kesal, mereka akan memberikan apa yang Anet mau tanpa pikir panjang. Mengganggu suami istri itu selalu membuat Anet bahagia. Apalagi jika Ed—kakak iparnya sudah marah, gangguan Anet akan semakin menjadi. Gangguan Anet bermacam-macam, dari mulai berbicara dan berteriak tidak jelas hingga curhat mengenai hal tak penting pada kakaknya. Alana tak terlalu mempermasalahkan keusilan Anet tapi berbeda dengan Ed yang pasti akan langsung marah-marah dan menanyakan apa maksud Anet mengganggu mereka berdua.

"Anet, apa kamu tidak merasa kalau pacar barumu itu ketuaan?" tanya Elma tiba-tiba.

"Si om memang sudah tua, mungkin seumuran dengan Kak Ed. Tapi aku tak memiliki masalah dengan itu, asalkan dia tidak belok saja."

"Belok?" Tanya Elma tak mengerti dengan apa yang Anet ucapkan. Anet yang sadar dirinya keceplosan segera memberikan alasan masuk akal.

"Yah kamu tahulah, pria jaman sekarang tidak bisa ditebak. Ada yang menyukai batang, ada yang suka selingkuh. Asal si om tidak macam-macam, aku tidak masalah," jelas Anet.

"Imajinasimu tinggi sekali. Si om tidak mungkin menyukai batang." Elma sibuk memilih baju, ia tidak memperhatikan Anet yang memutar matanya.

Sebenarnya selama 2 hari ini Anet sedang kesal dengan Bian. Anet tidak menerima panggilan Bian, ia juga tidak membalas pesan atau chat yang dikirimkan oleh Bian. Bagaimana Anet tidak kesal jika Bian membatalkan kencan mereka tanpa pemberitahuan. Anet sudah menunggu selama satu jam dan ternyata Bian tidak datang menjemputnya. Pria itu beralasan sedang diare dan lupa menghubungi Anet untuk membatalkan kencan mereka.

Anet masih belum percaya dengan alasan Bian itu. Siapa tahu Bian sedang berduaan dengan Chris yang entah kenapa begitu betah menumpang di rumah Bian. Yang membuat Anet lebih marah, Bian selalu membela Chris setiap kali Anet menyinggung kapan pria itu keluar dari rumahnya.

"Anet, Chris sedang butuh bantuan, mungkin besok dia sudah pindah." Alasan itulah yang sering didengar oleh Anet. Besok, besok, dan besok, lama-lama Chris akan menetap di sana sampai Anet menikah dan punya cucu 10. Jika saja Chris dan Bian tak pernah memiliki hubungan khusus maka Anet tak perlu khawatir, ia bahkan akan mendukung Bian untuk berbuat baik. Sayangnya Anet tetap ingat akan hubungan yang pernah dua pria itu jalin. Jadi, wajar jika Anet was-was seperti ini.

Seducing Mr. GayWhere stories live. Discover now