[27] Rumah sakit

74 7 0
                                    

Aku benar-benar kacau. Menyaksikan sendiri kejadian tadi saat Aldri memukul Vano menggunakan balok kayu. Sampai-sampai Vano harus dilarikan ke rumah sakit, dengan kondisi yang sangat mengkhawatirkan.

Tante Okta duduk di sebelahku dengan menggenggam tanganku. Ia berusaha menenangkanku. Ia meyakinkanku bahwa tidak akan terjadi apa-apa pada Vano.

Aku tidak bisa tenang, bagaimana bisa tidak terjadi apa-apa, sedangkan aku melihat sendiri cara Aldri memukulkan balok kayu itu pada kepala Vano dengan keras. Bulir mataku terus turun mengingat kejadian tadi.

"Sudah, Lara. Nggak akan terjadi apa-apa. Lebih baik kita berdoa," ujar beliau dengan mengusap lembut rambutku.

Aku benar-benar tidak akan memaafkan diriku sendiri jika sesuatu terjadi padanya. Aku akan menyalahkan diriku sepenuhnya. Semua ini karena salahku yang mengikuti Aldri si bajingan itu.

'Drttt... Drttt..'

Aku mengambil ponselku yang kutaruh dalam tas sekolahku. Aku mendapati banyak panggilan tak terjawab dari Davon dan beberapa pesan singkat darinya.

Davon
Jangan ikuti Aldri.

Jangan ikut dia!

Hei! Cepat angkat panggilanku!

Kamu harusnya menyesal?!

Aku tunggu di halaman rumah sakit! Cepat datang!

Aku benar-benar kalut. Disatu sisi aku masih ingin disini menunggu hasil dari dokter, namun pesan singkat yang Davon kirimkan juga sangat membantuku untuk mengetahui asal-usul kejadian tadi.

Alhasil, aku memutuskan untuk menemui Davon setelah diberi izin oleh Tante Okta.

Aku bergegas menemuinya, dengan emosi yang menyala.

[]

Sampai sekarang aku masih membenci, Davon!

NyctophiliaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora