Wanna One X You? ❤✨
[Ranked : #928 in Fanfiction (01.01.18)
#907 in Fanfiction (01.01.18)
#906 in Fanfiction (03.01.18)
#876 in Fanfiction (05.01.18)
#856 in Fanfiction (06.01.18)
...
Aku melangkah keluar dari cafe itu. Bel yang diletakkan diatas pintu itu berbunyi nyaring.
Aku berhenti tepat setelah keluar dari cafe itu. Aku hirup wangi dari coklat panas yang baru saja kubeli. Senyum puas mengembang diwajahku. Aku menengadah ke langit. Hujan akan turun...
Aku memutuskan segera beranjak pergi sebelum hujan mengguyurku. Sesekali aku menyeruput coklat panasku. Juga merekatkan jaketku, cuaca semakin lama semakin dingin.
Angin berhembus kencang, membuatku menunduk dan memeluk diriku sendiri.
BHUK--
"Ah chuseonghamnida! (Maaf) " ucapku buru-buru menunduk meminta maaf.
"Gwenchanhayo.., (Gpp kok) " ucap orang yang kutabrak tadi.
Aku mendongak dan betapa terkejutnya diriku. Rasa kaget, tak percaya, sekaligus senang tercampur aduk.
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
"Ne? Jeo asseyo? (Ya? Kamu mengenalku?) " dia menunjuk dirinya sendiri.
Aku mengerutkan keningku.. "Tentu saja Daehwi-yah! Ahh sudah lama sekali sejak terakhir kali kita berpisah"
Raut wajahnya semakin terlihat bak orang tolol yang tak mengerti apa-apa. Aku pun bingung. Kenapa dia tidak mengenaliku?
"Daehwi-yah.., Ini aku, Y/n.. Teman kecilmu.., " liriku semakin lesu.
Daehwi sedikit membungkuk, "Annyeonghaseyo Y/n-ssi.. Chuseonghanende.. (Halo Y/n-ssi.. Maaf tapi..) Aku tidak mengenalmu, " ucapnya sopan.
Aku masih tidak mengerti apa yang sebenernya terjadi. Kenapa? Ada apa dengannya? Chinggu-yah neo waeire? (Temanku, kamu kenapa?) Tanpa kusadari pikiranku melayang kembali pada kejadian itu.
"Ya! Daehwi! Kajima! (Jangan pergi!) " ucapku masih dengan seragam SMP.
"Annyeong Y/n-aah.. See you soon.., " lirih Daehwi dengan melambaipadaku.
Aku mulai menangismelihatnyaberanjak pergi menaiki mobil.
"Andwae!!! Kajimachinggu-yah!! (Tidak!!! Jangan pergi kawan!)" teriakkumenangis.
Daehwi menuruni mobil dan dia mendatangiku lalu menghapus air mataku. Ia tersenyum memandangiku. Lalu ia tetap pergi...
Aku menunduk untuk menunjukkan rasa bersalahku. Dan segera beranjak dari sana. Aku tak tau apa yang sebenarnya terjadi padanya. Kalo memang dia tidak bisa mengenaliku, mau gimana lagi? Aku pun tak mau dianggap sebagai orang aneh.
Minta kontak? Dia saja tidak mengenaliku, bagaimana mungkin aku meminta kontaknya. Alamat? Apalagi alamat.. Bisa dipikir penipuan.
••• Aku membiarkan kakiku terus melangkah dan menyusuri jalanan. Sedangkan otakku terus berfikir. Apa yang terjadi padanya.
Apakah kami dapat bertemu lagi? Masih adakah kesempatan kami bertemu? Bodohnya aku melewatkan kesempatan dan malah mementingkan harga diri..
Tak terasa kaki ku telah membawaku ke sebuah taman. Aku mengedarkan pandanganku. Senyuman pahit mengembang diwajahku. Namun setetes air menyetuh bibirku. Aku menitihkan air mata.
"Hey! Y/n-aah.. Awas ya kalo sampe ke tangkep!" teriak Daehwi berlari mengejarku.
Dengan masih berlari, aku menoleh padanya dan menjulurkan lidahku. Aku segera berlari dengan benar karena aku melihat dia mulai melaju cepat.
HAP
"Wahyohloh! Ketangkepkan!!! " ucap Daehwi sambil memelukku dari belakang. Dia mulai menggelitikiku.
"HAHAHAH! STOP IT DAEHWI!!! " teriakku meminta ampun.
Teringat jelas dalam ingatanku, sore itu suasana taman ini dipenuhi canda tawa kami...
Aku duduk disebuah kursi taman. Kursi taman, dimana aku hampir mengungkapkan perasaanku. Perasaanku pada cinta pertamaku, Lee Daehwi.
Kedua tanganku menyeka air mataku yang menyelinap keluar. Air hujan mulai membasahi tanah setitik demi setitik air.
Bergegas aku berteduh. Aku meraba-raba tasku. Tidak ada. Bukan tasnya. Namun payungku.
Payungku yang semula kusematkan pada gantungan tasku, sekarang tak ada.
Deg!
Ah? Sepertinya aku menjatuhkannya saat bertabrakan dengan Daehwi! Huft.. Mau gimana lagi, yang harus kulakukan hanyalah menunggu hingga hujan mereda.
10 menit.. Hingga 20 menit pun berlalu. Tidak bisa kubiarkan. Aku tidak bisa berdiam saja menunggu atau aku akan kehilangan bus terakhir menuju rumahku.
Aku menaruh kedua tanganku diatasku guna melindungi kepalaku dari derasnya hujan. Baru saja aku menerobos hujan, baru selangkah dari tempat teduhku, anehnya aku tiak terkena air hujan.
Reflek aku menoleh keatas kepalaku. Sebuah payung yang sangat famiar, melindungiku. Pandanganku beralih pada pemegang payung itu.
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Dia.. Nae cheot sarang (Cinta pertamaku) , Lee Daehwi