Left Her Behind

980 98 39
                                    

Desember semakin dingin dan dingin. Siang tak ubahnya malam yang tanpa matahari menghangatkan. Para makhluk menebalkan kulit supaya tulang tak tertembus dingin dan beku.

Hawa dirumah keluarga Jeon semakin dingin kala kejadian kemarin belum mencair.

Melangkahkan kaki dengan ragu, pemuda Jeon itu memberanikan diri memasuki ruang kerja sang ayah yang entah dimana. Menuruni setiap anak tangga dengan hati-hati supaya tak menimbulkan suara.

Masuklah ia pada bilik dengan rak-rak dipenuhi buku berbau hukum. Mengobrak abrik meja, laci dan segala apapun diruangan itu. Namun nihil, Jungkook tidak menemukan apapun selain berkas-berkas penyelidikan kasus-kasus lama ayahnya.

"Aku harus menemukan bukti bahwa Tuan Kim tidak bersalah dengan begitu aku akan bisa bertemu dengan Hana"

Ia membuka amplop dengan kertas putih di dalamnya yang ia yakini adalah kontrak kerja meskipun ia tak tahu seperti apa bentuk kontrak kerja sebelumnya. Matanya membulat kala menelisik aksara demi aksara pada lembaran putih di depannya.

"1 milyar won untuk nyawa Tuan Kim? Apa maksudnya ini?"

Ia kembali membalik-balikan lembaran-lembaran di telapaknya hingga sosok bertubuh besar memaksa kakinya pergi dengan menyeret kasar dirinya.

"Lepaskan!! Atau kupecat kalian"

"Maaf Tuan muda tapi kami bekerja kepada ayah Tuan bukan kepada Tuan. Dan kami hanya menjalani tugas menjaga Tuan"

"Keparat!!"

Tanpa peduli mulut berbisa itu melontarkan kalimat-kalimat umpatan kedua pria berbadan besar itu terus menyeret tubuh itu dan memasukkannya ke bilik kemudian menguncinya rapat.

Bruak!! Bruak!! Bruak!!

"Lepaskan aku sialan!!"

Rupanya pemilik tubuh enggan terdiam. Ia memukuli pintu naas tersebut meronta supaya kedua orang disana mendengarkan dan mengeluarkannya.

"Sebaikanya Tuan muda tunggu ayah Tuan. Kami akan berjaga disini"

Percuma ia menubruk kayu lebar jalan keluar di depannya yang ternyata justru membuat tangan dan kakinya sakit akibat beradu dengan benda keras di depannya.

Ia tergeletak menyerah dilantai dingin biliknya. Menggumamkan umpatan-umpatan keji terhadap dirinya sendiri.

"Aku harus bertemu dengan Hana. Ia pasti tertekan sekarang. Ia pasti membutuhkanku. Hana-ya aku rindu"

Ia hanya menatap langit-langit kosong dan berharap bisa melubangi langit-langit diatasnya sehingga ia bisa kabur dan menemui gadisnya.

.
.
.

"Persidangan akan segera dimulai"
Kata seorang hakim di belakang mejanya.

Pilu, perih tat kala terdakwa yang selama ini menemani hari-harinya, bercanda tawa dengannya terduduk pasrah di kursi pesakitan.

Dilihatnya sosok yang ia kenal mengenakan seragam yang ia kenal pula. Seorang jaksa yang ia anggap dekat dengannya.

"Paman tolong bantu ayah saya!!" ronta gadis itu.

Sedangkan yang diteriaki hanya memalingkan muka tanda tak suka.

"Paman... Paman.. Paman mengenal aku kan.. Ini aku Kim Hana teman Jeon Jungkook"

Sang jaksa yang dipanggil-panggil menghampiri. Membuat si gadis merekah mengira bahwa sang jaksa mengingatnya dan bersedia membantu. Namun, sang jaksa tak menunjukkan senyuman atau keprihatinan.

"Jadi kau Kim Hana, anak terdakwa pembunuhan itu? Aku tidak mengenalmu. Kau sekolah di SMA Hannyoung kan? Anakku juga murid sana. Memang anakku terkenal di sekolah mungkin karena dia tampan dan pintar. Tak heran kau mengenalnya. Ikuti sidang ini dengan tenang nak" sang jaksa menepuk pundak si gadis dengan sunggingan yang menurut si gadis menyeramkan.

Eyesight | BTS FF JEON JUNGKOOK ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt