Bagian 1

36 1 0
                                    

SANDRA NATASHA (Keluarga)

Bagian pertama ini, meceritakan tentang kehidupan Sandra sebelum mengikuti audisi sampai menjadi leader starry.mungkin bagian satu sampai lima akan menceritakan lebih spesifik tentang anggota starry jadi semoga kalian suka.

"Hidup adalah bagaimana kita menyikapinya, suka atau tidak itu adalah pilihan. Mereka yang berpikir maju, akan lebih mudah menghilangkan masa kelabu. Bukan berarti tak peduli, mereka hanya perlu dilupakan, diingat hanya sebagai penyemangat untuk pembelajaran berikutnya"-Sandra Natasya

Hari ini adalah hari terakhir ulangan untuk kenaikan kelas, terlihat beberapa anak asyik bermain dan beristirahat untuk menetralkan pikiran sebelum mengikuti ulangan. Tapi tidak dengan siswi yang satu ini, dia hanya duduk diam memikirkan sesuatu yang lain, bukan masalah ulangan dan bukan pula memikirlan soal apa yang akan keluar. Dia hanya diam menatap keluar jendela dengan dihalangi debu kaca yang sedikit menempel dikaca jendela itu. Ya, siswi itu adalah Sandra. Sedari tadi dia hanya diam menunggu guru pengawasnya masuk, diam dan memikirkan bagaimana nasib keluarganya jika ditinggal sang papa. Kemarin saat dia ingin belajar, terdengar sedikit keributan dilantai atas rumahnya. Keributan yang membuat dia tak bisa berpikir dan hanya bisa menangis, menangis tanpa suara. Dia membekap mulutnya untuk membuat tangisnya tak terdengar walau dari dekat. Terdengar kata "sebaiknya kita pisah" yang dilontarkan papanya sebelum akhirnya terdengar suara mobil menyala dan meninggalkan rumah. Dan sekarang apa yang akan terjadi selanjutnya? Gumam Sandra pelan dan bahkan hampir tak terdengar.

Setelah beberapa saat guru pengawasnya pun masuk membawa soal-soal yang akan diulangkan. Beliau memberi sedikit instruksi sebelum membagikan soal. Dan ulanganpun dimulai, tampak raut tidak semangat yang ditunjukkan Sandra, dia hanya belajar sedikit tapi harus menjawab 50 soal, mungkin bagi sebagian orang itu mustahil, tapi Sandra termasuk siswi berprestasi. dia mampu menjawab walau dalam sekali lihat.

Setelah 45 menit berlalu, Sandra langsung mengumpulkan jawabannya. Dia adalah orang pertama yang mengumpul, membuat guru pengawasnya bingung. "Sandra, apa kamu sudah periksa jawabanmu kembali?" Tanya guru pengawasnya spontan. "iya, Apakah saya bisa langsung pulang bu?" Tanya Sandra balik. "iya silahkan"

.

Sandra langsung bergegas pergi meninggalkan kelasnya menuju parkiran sekolah. Terlihat seseorang telah menunggunya disana. "Hai san, gimana ulangan terakhirnya" sapanya langsung sebelum Sandra sampai tepat didepannya. "ngga usah ngebahas itu, sekarang ayo bawa aku kemana pun kamu mau.please" ajak Sandra lirih. "apa ada masalah lagi sama mama papa kamu?" "nando please, nanti aku certain" "oke, kita ketempat biasa aja ya"

Ya, Nando Deva Ramadhan adalah sahabat sekaligus pacarnya Sandra. Mereka pacaran hampir satu tahun, nando tau semua masalah Sandra, bagaimana rapuhnya Sandra dan bagaimana harus menghadapi situasinya. Tapi nando sadar, dia tidak bisa selalu berada disamping Sandra karena mereka beda sekolah. Mereka bertemu pada saat event persahabatan antar sekolah yang diadakan untuk menghilangkan persilisihan paham antar sekolah yang sering terjadi. Dari awal memang nando adalah tipe laki-laki yang dapat diandalkan, tapi dia ragu, apakah Sandra bisa nyaman hubungan seperti ini? Namun dia tak pernah dapat jawaban, karena Sandra adalah wanita yang sedikit tertutup untuk hal perasaan, dia hanya terbuka untuk permasalahan yang dapat diatasi bersama.

Mereka sekarang sudah berada ditempat biasa mereka bersantai, yaitu atap gedung kosong bekas pabrik keluarga nando. Dengan sedikit memperhatikan wajah Sandra yang menatap pemandangan luasnya jalan dan perumahan didepannya, Nando membuka pembicaraan dengan nada lemah. "apa kamu bisa cerita sekarang, masalah apa yang terjadi hingga kamu jadi kayagini?" Sandra kembali mengingat kejadian semalam dan dengan sedikit menghembuskan napasnya, Sandra mulai terbuka "mungkin ini yang terakhir" ekspresi nando langsung berubah namun tetap mendengarkan. "papa aku udah ngucapin kata-kata yang seharusnya ngga aku dengar. Dia udah pergi dan aku ngga yakin sekarang papa pulang" Sandra sedikit menahan napasnya membuang pandangan kesegala arah, agar dia tidak menangis. Tapi tetap saja air bening itu sudah tak terbendung lagi. Nando yang melihat itu langsung mendekap Sandra, membawanya masuk kedalam pelukannya. "kamu ngga usah mikirin hal yang ngga masuk akal, cukup bilang 'aku percaya mereka yang pergi akan menemukan jalan kembali' walau ngga ada harapan, tetap percaya jika yang pergi tak kembali masih ada ruang untuk mengisi dan lupakanlah yang pergi" nando semakin mengeratkan pelukannya dan semakin merasa bersalah, karena baru bisa ada saat Sandra sangat jatuh seperti sekarang. Namun setidaknya sekarang dia lega, Sandra masih bisa terbuka dengannya.

Biru PutihWhere stories live. Discover now