Sweet & Silver

9.2K 610 58
                                    


No beta. Bahasa kaku salah-salah.

Disclaimer: saya tidak memiliki Yuri on Ice dan karakternya.

I only own the plot.

Warningnya tolong dibaca ya, kalau tidak suka jangan maso dibaca. Terima kasihhh.

-----

Aku membenci ruangan cantik yang megah, dihiasi pita dan bunga-bunga segar dalam vas kristal berukiran rumit. Lantai batu marmer dingin tempatku berdiri dan ruangan luas dikelilingi pilar-pilar raksasa yang dipahat seniman terbaik di masa itu. Langit-langitnya berhiaskan lampu gantung kristal berkilau, dengan lukisan malaikat yang terlihat hidup dengan mata biru, memandangi diriku dari atas sana dengan wajah cantiknya.

Aku tak tahan aroma parfum mahal dan gesekan baju mewah milik para kaum elit paling berkuasa di masa itu. Aroma yang membuat hidungku gatal dan selalu membuatku mual. Senyum, tatapan, dan suara mereka, aku membencinya. Namun yang paling kubenci adalah sentuhan mereka. Tepukan pelan dari jari-jari lapar yang selalu menggerayangi tubuhku tiap ada kesempatan. Tatapan mata yang tahu aku tak bisa melawan.

Dulu, saat keluarga Katsuki masih berjaya, aku hidup dalam kilauan gemerlap dunia itu. Salah satu yang dipuja kalangan atas yang berkuasa. Keluarga kami memiliki darah bangsawan Asia, perusahaan kami termasuk yang paling kaya di Eropa. Namun semua itu berakhir saat satu persatu usaha kami tutup, mulai dari pabrik yang terbakar, badai yang menenggelamkan kapal dagang kami, hingga akhirnya bangkrut.

Ayahku yang tak kuat dengan tekanan dan cemoohan saudaranya jatuh sakit hingga akhirnya meninggalkan dunia ini saat usiaku masih muda. Ibu dan Kakakku membuka usaha restoran kecil di pinggiran kota untuk menghidupi diri dan membayar sisa hutang, tapi semua itu tetap tidak cukup banyak untuk membayar tagihan dan biaya hidup kami tiap bulan.

Pikiranku kembali ke masa-masa dimana kami masih tinggal dalam ruangan bertembok tebal dengan langit-langit tinggi. Dengan perapian terhangat dan permadani lembut terentang luas dari sudut kamar hingga pintu. Lampu kristal dengan ukiran emas menghiasi langit-langit tiap ruangan mansion kami, aroma teh dan bunga-bunga harum di balik jendela-jendela luas yang menghadap ke taman membuatku rindu.

Seindah apapun masa lalu, aku tak akan bisa kembali ke sana.

Ke dalam dunia keemasan tempatku dulu pernah tinggal dan berpijak. Saat diriku masih polos dan bodoh akan dunia nyata.

Jari-jariku mengepal erat saat seorang lelaki paruh baya mendaratkan remasan di pantatku. Alisku mengernyit tak setuju, tapi kakiku terus berjalan melewati lautan manusia berbalut baju indah dan berlian mahal sembari menenteng nampan berisi gelas-gelas champagne di tangan. Berhenti sebentar saat seseorang mengambil gelasnya, dan kembali berjalan seakan tidak menyadari tatapan dan sentuhan penuh maksud mereka.

Aku harap malam ini cepat berakhir.

"Yuuri, kembalilah ke dapur dan isi nampanmu." Suara seorang pria paruh baya membuat jantungku melompat. Kepalaku menoleh untuk melihat wajah masam atasanku, kubalas dengan anggukan, tapi ia sudah beralih ke pelayan lain, memarahi seragamnya yang berantakan.

Kakiku berjalan kembali ke dapur, mengisi nampan dengan gelas baru sesuai perintah atasanku, sejenak enggan untuk kembali ke sana.

Penyelenggara pesta ini adalah seorang bangsawan paruh baya yang kaya raya, ia meminta perusahaan katering tempatku bekerja untuk memakai seragam pelayan yang telah mereka siapkan untuk melayani para tamu undangan pesta di mansionnya yang megah. Dibanding jas dengan kain panas dan potongan tidak pas di tubuh yang selalu kami gunakan, seragam ini terasa jauh lebih enak dan lembut. Namun lebih tipis dan pendek, mengekspos kulit kami untuk dilihat dengan jelas oleh para tamu undangan pesta.

Sugar and Gold (Viktor x Yuuri)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora