White Velvet

4.8K 403 87
                                    

Halo, maaf mengulang lagi, tapi bila tidak suka karya saya jangan dibaca ya.

Saya sering geli sendiri saat membaca ulang karya-karya saya. Pengen dibuang tapi sayang juga...dan terkejut karena ternyata masih ada juga yang nungguin? (padahal saya kira kaga ada yang peduli juga mau lanjut/ tidak) :""")

Sebenarnya tidak ada niatan untuk update karena ngambek ice adolesce belum keluar juga T-T dan maafkan update yang terlalu lama karena saya ada masalah kesehatan yang cukup serius yang membuat saya cukup kesulitan untuk menulis bahkan beraktivitas normal... apalagi ada masalah dengan alat saya untuk menulis, entah apa bisa diperbaiki atau tidak.

Status: sibuk cari uang karena saya manusia biasa yang butuh makan dan asupan. Waktu saya 24 jam nda untuk nulis saja ^^ ipad saya terkena ghost touch parah dan harus direparasi, yg minta update cepet/ tanya update terus, tolong pengertiannya atau bisa bantu saya via ko-fi (link di profile saya) Terima kasih atas pengertiannya.

--------

Pertama kali dirinya melihat sosok itu, gelas champagne di tangannya bergetar seiring dengan irama detak jantungnya. Anak muda itu terlihat seperti salah seorang tamu pesta.

Langkahnya mantap membelah lantai marmer di sebuah pesta musim gugur, di antara kerumunan orang berparas menarik, membuat mata birunya tak bisa berpaling. Goyangan pinggulnya saat berjalan tak sengaja membuat beberapa tamu pria menyesap air liur, menggoda, membuat mereka mengingini sesap rasa tiap jengkal kulit makhluk indah itu.

Rambutnya hitam berkilau tersibak ke belakang dengan mata cokelat bersinar keemasan dibingkai wajah polos manis seperti anak-anak. Namun sesuatu yang janggal membuat alis peraknya berkerut tak setuju.

Gerak gerik dan aura yang kontras dengan selembar kain yang menutupi tubuhnya.

Seragam pelayan. Jas berpotongan tidak pas dengan celana kebesaran yang menyembunyikan tubuh yang ia yakini berpotongan bak dewi yunani dengan sudut-sudut lembut di dalamnya. Jemari pria itu mengerat di sekeliling gelas champagne kuning di tangan, menghentikan keinginan besar untuk merobek dan mengganti baju pemuda itu dengan potongan kain desain perancang busana terbaik di seantero Eropa. Lelucon apa yang membuat anak itu memakai baju yang sama sekali tidak memberi keadilan pada bentuk tubuh seperti itu. Padahal ia sudah membayangkan dirinya menghabiskan waktu untuk memuji lekuk tubuh indah di balik balutan kain mahal yang dibelikannya.

Namun seragam pelayan itu tetap tak menghalangi langkah-langkah anggun meninggalkan jejak layaknya penari di tengah kerumunan orang berpakaian cantik, membuat matanya makin tak bisa lepas dari sosok indah itu. Anak ini tetap terlihat lebih menonjol dibandingkan para pria dan wanita berpakaian mahal di atas lantai dansa, seperti anak bangsawan yang memakai baju pelayan. Bagai mangsa polos yang menunggu untuk ditangkap.

Ia ingin membayangkan bagaimana goyangan pinggulnya di atas ranjang, apakah sama dengan saat ia berjalan menawarkan gelas alkohol di pesta-

Stop. Diam.

Dewi barunya membuat pikirannya berkecamuk. Ia sangat ingin merobek kain seragam pelayan yang dipakai pemuda itu, menggantinya dengan baju-baju mahal, memuji tubuh indah di balik balutan kain terbaik itu siang dan malam. Mengklaim sosok penuh kontradiksi di antara kerumunan tamu pesta di bawah.

Pemuda ini sanggup menyulut insting predatornya.

Ia suka mengoleksi barang antik, barang langka, makhluk cantik, tapi ia belum pernah melihat yang seperti pemuda ini.

Indah, kontroversial, mengulik rasa ingin tahunya yang sudah lama hilang. Membuatnya ingin mengenalnya lebih dalam.

Satu kalimat tepat yang dapat menggambarkan perasaannya saat ini adalah, Viktor sangat menginginkannya.

Sugar and Gold (Viktor x Yuuri)Where stories live. Discover now