📓38 - Sebuah Kabar

5.6K 682 109
                                    

Kalau saja burung dapat menyampaikan pesan. Ingin kutitipkan satu pesan agar dirinya tidak bersedih.

. . .

"Kakak ngapain?"

Mataku melotot ketika melihat Kak Zara sedang membuka salah satu diariku. Aku langsung merampas diari yang dipegang Kak Zara dan memeluk kotak yang berisi diari-diariku.

"AKU NGGAK SUKA BARANG-BARANGKU DIPEGANG!"

Emosiku membludak begitu saja. Maksudku, itu diari. Oh tidak! Betapa malunya aku memikirkan fakta bahwa Kak Zara sudah membaca semuanya tentangku. Mana di diari itu aku alay sekali. Duh!

"Ada apa ini?"

Bunda datang menghampiriku. Langsung saja aku mengadu, saking kesalnya.

"Kak Zara baca-baca diari Pao, Bunda."

Kening Bunda mengerut. Tatapannya menyorot ke Kak Zara lalu kepadaku. "Memangnya kenapa kalau kakakmu baca?"

Aku melongo. Betapa kagetnya diriku dengan jawaban yang kuterima.

"Bunda, inikan diari, rahasia," jawabku dengan nada suara tertahan.

Bunda mendengkus sambil bersidekap. "Lagian kamu kok letaknya sembarangan. Jadi kakak kamu baca, kan?"

Aku terdiam, kaget karena Bunda berkata seperti itu. Bukannya aku benar berkata bahwa diari itu rahasia pribadi? Kenapa Bunda seakan-akan membela Kak Zara dan menyudutkanku?

Otakku tidak bisa berpikir lagi. Segera aku pergi dari ruangan itu. Tak peduli lagi kalau Bunda berkata apapun. Mereka benar-benar menyebalkan.

Aku duduk di atas sofa sembari meringkuk. Kutenggelamkan wajahku di antara kedua lutut. Selang tak berapa lama, mereka menghampiriku pelan-pelan.

"Pao, Bunda minta maaf."

"Pao nggak suka siapapun baca diari Pao! Itukan privasi, Bunda."

"Iya, Bunda tahu. Maafin kakakmu ya."

Aku menangis sesenggukan. Malu, pastinya. Kak Zara pasti sudah tahu semuanya tentangku.

"Pao?"

Aku langsung memalingkan wajah ke samping, tak ingin melihat wajahnya.

"Kakak minta maaf."

Aku bergeming. Tubuhku kucondongkan ke arah lain.

"Tadi kakak lagi beres-beres. Terus kakak lihat kotak itu. Kakak pikir itu buku-buku pelajaran kamu. Terus satu bukunya jatuh dan kakak nggak sengaja kebaca. Kakak nggak baca semua kok, beneran."

"Ya udahlah," ucapku singkat lalu berjalan memasuki kamar.

Sungguh, saat ini aku hanya ingin membaringkan diri di kasur. Walau mereka meminta maaf, semuanya takkan berubah, kan?

Kak Zara tak mungkin lupa semua yang dia baca di diariku, kan?

. . .

Pagi-pagi sekali aku sudah pergi ke taman sebelah rumah. Mega-mega kemerahan nan keemasan bahkan masih tampak jelas dipenglihatanku. Sebenarnya tadi Sienna sempat menghubungiku untuk mengajak bermain bersama keluarganya hari ini. Tetapi aku menolak.

Menurutku, liburan yang paling menyenangkan adalah mengistirahatkan diri, tidak mengikuti kegiatan apapun dan merefleksi diri.

"Dari jauh aku lihat wajahmu ditekuk. Ada masalah?"

Diary Of an Introvert (REPOST)✔Where stories live. Discover now