📓43 - Kembali Sekolah

6K 613 40
                                    

❝Bersekolah adalah masa terbaik yang harus dinikmati hari-harinya. Karena suatu saat nanti, mungkin saja aku tidak lagi dapat berkumpul dengan mereka.

. . .

Sejak kejadian tadi malam yang tanpa sengaja bertemu Arlan, aku sedikit menghindar darinya di sekolah. Bukan apa-apa, aku hanya butuh waktu untuk berpikir. Semalam juga Om Willy memberikan rapor semesterku. Aku baru tahu kalau diriku mendapatkan ranking 10. Dapat ranking segitu saja, aku sudah bersyukur minta ampun.

"Dapat ranking berapa, Lin?" Revi bertanya ketika kami sedang duduk di halaman depan sekolah.

Ragu-ragu aku menjawab, "Sepuluh. Kamu?"

"Tujuh," sahutnya riang.

Revi terlihat senang sekali. Kalau melihat orang senang, hati ini juga jadi terikut senang.

"Elis sama Racha?"

"Elis sebelas, Racha satu lagi dong."

"Racha emang jenius banget ya."

"Hooh."

Aku kembali mengemut lolipopku sembari membaca buku tentang hal-hal mistik di dunia. Sesekali terbatuk-batuk dan pilek. Mungkin ini efek mandi hujan semalam.

"Malika!"

Aku menoleh ke arah sumber suara. Mirel, teman sekelasku berjalan menghampiri.

"Eh Mirel kederel. Apaan lu manggil-manggil gue Malika? Gue tabok lo entar."

"Et, nggak boleh galak. Nanti dapet jodohnya susah."

"Nggak ada hubungannya, dodol! Apaan lo manggil-manggil gue? Ada hujan duit?"

"Buset. Gila lo. Lo dipanggil sama Pak Budi. Si Elis belahan jiwa lo udah di sana."

"Seriusan? Kok Elis nggak nungguin gue?"

"Mana gue tahu. Dah ah, gue mau mejeng dulu. Bye!"

Mirel berjalan lenggak-lenggok sambil melambaikan tangan ke orang-orang yang dilewatinya. Atensiku kembali lagi pada Revi ketika dia mengeluarkan suaranya.

"Gue ke Pak Budi dulu ya, latihan PBB. Besok gue ikut lombanya sama Revi. Doain kita ya."

"Siap!"

Setelah Revi pergi, tiba-tiba saja Windi sudah berada di sebelahku. Tatapannya menusuk, membuat nyaliku menciut saja.

"Gue peringatin ke elo. Nggak usah keganjenan deh deket-deket sama my baby Arlan."

Aku terkejut dengan perkataannya. Jadi selama ini Windi beneran suka Arlan?

"Ngerti nggak?"

Aku diam saja, pura-pura mencari objek lain untuk kukerjai.

"Woi! Lo denger nggak gue ngomong? Gue ngomong sama lo, bukan batu."

Aku menghembuskan napas panjang. "Iya, denger."

"Ya jawab dong, Bego!"

Kukepalkan tanganku, berharap kekuatan selalu menyelimuti. Aku harus sabar menghadapinya.

"Mau dijawab apa, aku sama Arlan nggak ada hubungan apa-apa."

"Bohong banget lo, bitch!"

Padahal aku menjawab baik-baik tetapi dia malah ingin menjambak rambutku. Kutepis tangannya kuat-kuat.

"Kalau aku bilang nggak ada apa-apa ya nggak ada. Nggak usah kasar dong," jawabku sebal.

"Oh, udah berani? Udah berani sekarang?"

Diary Of an Introvert (REPOST)✔Where stories live. Discover now