📓46 - Sahabat

5.6K 617 52
                                    

Waktu memperbaiki harapan yang pernah terkikis, membangun kembali, mengisi celah, memaafkan lara, menjalani sukar.

. . .

Racha menjemputku ke sekolah ketika aku baru saja keluar dari pagar rumah.

"Zelin, ayo!" Racha menyembulkan kepalanya dari jendela mobil.

Aku membelalakkan mata melihatnya. "Kok kamu jemput aku, Cha?"

"Kita pergi sekolah bareng."

Aku tersenyum kemudian masuk ke dalam mobilnya.

"Makasih ya."

"Biasa aja kali," sahutnya sambil memamerkan deretan gigi putihnya.

Aku tersenyum senang. Mempunyai teman nyatanya tidak buruk. Karena selalu sendiri, jadinya ketika ada teman, aku malah sering antusias sendiri.

Beberapa menit terlalui, akhirnya kami tiba di sekolah. Racha merangkul pundakku dan aku membalasnya.

Kami berjalan bersama melewati koridor menuju kelas.

"Wih, kalian pergi bareng?" Elis bertanya ketika aku baru saja duduk.

"Iya," sahutku senang.

"Makin deket aja kalian ya," jawabnya sambil tertawa kecil.

Aku juga jadi ikut tertawa sekilas.

Bu Varia memasuki kelas, dan kami kembali belajar seperti biasa.

Aku harus fokus dan tidak boleh terganggu dengan kehadiran siswa yang duduk di belakangku alias Arlan.

Beruntung dia juga tidak suka mengangguku sewaktu belajar. Hanya awal-awal saja dia begitu. Aku senang karena dia selalu mengerti diriku.

Di jam istirahat kami berkumpul di mejaku dan Elis. Sebenarnya belum jam istirahat, tetapi Bu Varia harus mengikuti seminar dan akhirnya kami hanya diberi tugas untuk dikerjakan di rumah.

"Ngapain lo nge-stalk instagram miper?"

Aku mendongakkan kepala ketika mendengar suara Revi. Refleks aku melihat ke arah layar ponsel Elis.

"Kesel gue. Suami gue ternodai gegara dia."

Revi tertawa. "Makanya gue nggak mau buka ig dia. Bikin kepala panas ngelihatnya."

"Ah! Kantin yuk. Gue pengin beli es, ngademin kepala."

Elis terlonjak dari bangku. Tidak ada satupun dari kami yang ikut berdiri.

"Ayo, kita ke kantin," ajaknya lagi.

Mendengarnya memelas, aku beranjak disusul dengan yang lain.

Kami berempat berjalan bersama keluar kelas. Namun ketika sampai di daun pintu, Riko menghadang kami.

"Kalian mau ke mana?" tanyanya seakan menginterogasi.

"Kantin. Kenapa?"

"Kita rapat kelas dulu."

"Duh, gue udah laper berat, Ko," celetuknya sembari memasang tampang memelas.

"Bentar aja."

Riko terlihat tidak peduli, malah menyeretnya untuk masuk lagi ke dalam kelas.

"Zelin, ngapain bengong? Duduk dulu."

Aku tersentak dan buru-buru menyahut. "Eh, iya."

Aku malah jadi termenung tadi. Jadi malu.

Diary Of an Introvert (REPOST)✔Where stories live. Discover now