BAB DUA PULUH DUA

10.1K 445 9
                                    

RYAN Bainbridge berlalu sambil tersenyum memandangi manisan yang berada di dalam genggaman tangannya. Yah, setelah melihat langsung bagaimana wajah ibu tirinya, ia sama sekali tidak kecewa. Ryan mengerti bagaimana gadis secantik itu bisa memikat bajingan dingin seperti ayahnya sehingga laki-laki yang selalu terlihat mempesona dalam kedewasaannya itu tiba-tiba saja menjadi bodoh. Dia terlalu sering memikirkan betapa bodoh ayahnya dan saat ini Ryan ingin tertawa bila mengingatnya.

Sekali lagi, Ryan memandangi gadis yang ternyata sudah menjadi ibunya itu sebelum masuk ke dalam mini Van yang sedang parkir. Janette Melville, yang seharusnya menyandang nama Bainbridge sejak satu bulan yang lalu benar-benar membuat Ryan bekerja keras menahan diri untuk tidak menggodanya. Seandainya saja Janette bukan istri ayahnya, maka Ryan pastikan bahwa dirinya akan berusaha mendapatkannya dengan berbagai cara. Ryan menggigit lagi potongan manisan yang tersisa untuk di habiskan saat itu juga lalu duduk dengan nyaman di kursi depan mini Van. Ia menoleh kepada seseorang yang berada di sampingnya dengan senyum puas. Rudolph Bainbridge.

"Cantik sekali." Bisik Ryan.

"Dan kau jangan pernah berfikiran yang macam-macam mengingat dia adalah istri Ayahmu."

"Yah, aku sedang berusaha keras untuk mengingat itu. Lalu kapan kita akan membawanya pulang kerumah?"

"Ah, perlu sebuah perjalanan yang sangat panjang untuk membawanya pulang kerumah. Sebelum mencapai bandara, aku harus melakukan banyak hal kepadanya. Harusnya ketiga bajingan brengsek itu sudah tiba disini, bukan?"

"Longsor, Ayah! Kita bisa mengingat itu untuk tidak marahmarah lagi kepada mereka. Ketiga sepupuku itu sudah cukup menunjukkan betapa merasa bersalahnya mereka atas retaknya perkawinanmu. Tapi mereka menelpon bahwa mobil mereka sudah sangat siap untuk melaju kencang menuju Kumarakom. Jammie sangat menyambut jalan-jalan ini mengingat dia sedang patah hati." Ryan lalu terkekeh.

Rudolph Bainbridge tersenyum getir. Seharusnya ia senang bisa menemukan Janette setelah berusaha keras menemukannya. Sebulan bukan waktu yang singkat dan Rudolph sudah melewatkannya seminggu dengan berbaring di tempat tidur. Sisanya, digunakan untuk membujuk Thomas dan Gallion Melville tentang putrinya. Selama aksi merendahkan diri itu, Rudolph nyaris gila. Gallion Melville selalu mencelanya meskipun menurut Joses, itu hanya wujud dari kemarahan Gallion atas apa yang Rudolph lakukan kepada putrinya. Ayah mana yang tidak akan marah mengingat putri lugu yang berusaha dengan keras di jaganya harus di rusak oleh orang lain saat dia merasa sedang bersenang-senang-karena bulan madu? Gallion Melville menyesali perjalanan bulan madunya, itu jelas sekali. Ia selalu mengatakannya setiap kali menetaskan katakata penuh penghinaan kepada Rudolph. Yah, untuk yang satu itu, Rudolph cukup merasa bersalah. Gallion memang melakukan apapun untuk menyembunyikan betapa menariknya anaknya.

Norma bahkan mengatakan betapa sulitnya Janette bepergian keluar rumah sejak usianya enam belas tahun. Gallion selalu khawatir dan mengeluh bahwa memiliki anak perempuan sama sekali tidak mudah. Harusnya Rudolph tau saat melihat pembebat yang berusaha membuat Janette terlihat kekanak-kanakan.

Thomas juga sama. Rudolph berusaha keras membujuk saudara iparnya itu tentang dimana dia menyembunyikan Janette dan Thomas selalu menanggapi dengan santai bahwa dia tidak tau. Setiap hari Rudolph mengunjunginya dan jawabannya tetap sama sehingga tidak ada hal lain yang bisa di rasakannya selain perasaan emosi yang berlebihan. Rudolph nyaris berkelahi setiap malam di bar karena ini dan sekarang, dia lebih di kenal sebagai pembuat onar tua yang frustasi. Thomas berusaha membujuknya untuk melupakan Janette, Rudolph tau itu. Karena itulah Thomas memberi jaminan bersenang-senang seumur hidup dengan mengembalikan pekerjaannya dan sebuah mansion di pinggiran kota agar Rudolph bisa membawa perempuan sebanyak-banyaknya kesana. Belum lagi uang berlimpah yang di harapkan Thomas bisa membeli keinginan Rudolph untuk memiliki Janette kembali. Ah, tentu saja Rudolph tidak ingin melewatkan apapun yang bisa menjadi miliknya.  

Dia menerima tawaran Thomas dan berusaha untuk menerima bahwa Janette memang tidak seharusnya bersamanya dengan janji untuk menandatangani surat cerai itu jika Thomas sudah berhasil mengurus semuanya. Tapi ternyata kesenangan itu bahkan tidak bisa merenggut fikirannya semalampun. Janette memenuhinya terlalu banyak dan Rudolph semakin menunjukkan emosi dengan menggila.

Terserah mengenai apapun yang terjadi selanjutnya, tekadnya mengenai Janette semakin kuat dan dia sangat menyadari bahwa Janette tidak bisa lepas dari otaknya. Gadis kecilnya itu sudah merenggut banyak hal dari Rudolph termasuk konsentrasi dan kecerdasannya. Rudolph bahkan tidak mampu melawan ucapan Ryan saat putranya itu menggodanya. Ya, Janette memang sudah membuat Rudolph menjadi tampak bodoh, dia sama sekali tidak bisa mengelak tentang hal itu.

Perjuangan dalam mencari Janette berakhir saat Joses datang ke mansion-nya dan memberi tahu bahwa Janette memberi kabar kepada satu orang lain-selain Thomas yang sepertinya tau segalanya di rumah itu. Orang yang sangat tidak terfikirkan bahwa ternyata orang itu tau lebih banyak dari yang kelihatannya. Violet. Joses tidak akan tau mengenai itu jika saja Joses tidak iseng melihatlihat novel Violet yang berserakan dimana-mana dan ia menemukan kartu pos yang menunjukkan bahwa benda itu di kirimkan dari desa-desa terpencil di India. Nama pengirimnya tentu saja sangat menarik karena orang itu adalah orang yang selama ini mereka cari-cari. Dan dengan cerobohnya, Violet menggunakan kartu pos itu sebagai pembatas buku. Mengesankan.

Berkat Lady Violet itu, Rudolph pada akhirnya mengelilingi India untuk menyisiri kota-kota kecil dan desa-desa terpencil mengingat Janette tidak pernah meninggalkan jejak sama sekali jika meninggalkan kota dan ternyata, kepindahannya sudah terjadi dua kali sebelum dia merasa betah di Puttaparthi seperti sekarang.

Tampaknya Janette benar-benar berniat untuk tinggal di tempat itu karena ternyata Janette sudah menyewa sebuah rumah mungil yang sejuk dengan tetangga-tetangga yang banyak. Tentu saja Janette tidak akan menikmatinya lama karena Rudolph akan segera membawanya pergi menjauh dari Puttaparthi.

Rudolph tau resiko apa yang dia dapat dari meculik. Tapi yang di culik adalah istrinya sendiri, bukan? Dan tidak akan ada yang bisa menyalahkan tindakannya jika Rudolph menunjukkan dokumendokumen sah mengenai itu. Rudolph sudah mendapatkan tentangan dari kepala desa Puttaparthi sebelum ini karena ia meminta izin untuk sedikit membuat keributan karena ingin membawa istrinya dan jelas saat itu dokumen-dokumen pernikahannya bisa menjadi senjata. Saat Ryan memperlihatkan segala macam kertas-kertas itu, kepala Desa menjadi tutup mulut dan mungkin sedang memberi pengarahan saat ini kepada warganya untuk tidak ikut campur mengenai keributan yang akan terjadi nanti. Itu hanya untuk jagajaga.

Rudolph tidak benar-benar ingin membuat keributan seperti yang di duga oleh kepala desa itu. Dia akan bertindak sehening mungkin dan membawa Janette pergi untuk menjalani trip bulan madu yang sesuai dengan rencananya. Rudolph tersenyum mengingat itu karena bulan madu yang ini agaknya sedikit tidak biasa. Dia sudah menduga akan ada perkelahian, teriakan dan mungkin tangisan. Tapi apapun akan di lakukannya demi mendapatkan kembali Janette.

Setelah gadis itu benar-bena takhluk bukan berarti masalah selesai begitu saja. Rudolph masih harus menghadapi orang-orang yang sepertinya kurang sepakat dengan pernikahannya meskipun kawin paksa itu adalah ulah mereka. Masih banyak orang yang perlu di yakinkan dan Rudolph juga masih harus meyakinkan Thomasa dan Gallion bahwa dirinya bisa membahagiakan Janette lebih dari yang mereka harapkan. Oh, sejak kapan Rudolph menjadi orang yang sangat bersemangat saat memikirkan masa depan? Sejak malam itu tentunya. Sejak ia fikir, Janette sangat ingin menjauh darinya yang Rudolph sendiri tidak tau alasannya. Karena dia masih muda? Bukan alasan tepat jika mereka memang saling mencintai, kan? Rudolph mendesah berat, kata 'cinta' itu lagi. Dia bahkan tidak yakin bahwa gadis itu mencintainya.

"Jadi, Ayah? Bagaimana mengenai rencana berikutnya? Aku mendengar dari ibu baruku itu kalau temannya memberi tahu jalan pulang lain selain jalan yang tertimbun longsor itu. Tapi hanya sepeda motor atau kuda yang bisa melewatinya. Apa kita harus meninggalkan mini Van ini disini?"

"Ah, sepertinya begitu. Kita beri tahu pemilik van yang kita sewa ini untuk menjemput mobilnya di tepat ini. Setelah itu kita akan pergi menyusul ibu barumu itu. Tapi kita tidak perlu terburu-buru, Nak. Biarkan ibumu istirahat karena penginapan itu tidak bisa di Katakan nyaman untuk tempat tidur. Kau tidak ingin ibumu sakit karena kelelahan, kan? Percayalah bahwa dia sangat tidak menyukai itu!"

*selesai nonton debate capres dan cawapres... Jadi, anda memilih siapa?*

Diary LoliciousWhere stories live. Discover now