02. Rumah Kakek-Nenek

11.1K 467 66
                                    

Assalamu'alaikum

Suara bel terdengar memenuhi sebuah rumah. Tak lama, keluarlah wanita paruh baya membukakan pintu. Wanita itu adalah Trisha.

"Nenek."

Baru saja Trisha membuka pintu, beliau sudah dikejutkan dengan pelukan dari gadis kecil yang mengenakan kaus berwarna putih, celana jeans hitam, dan rambut yang digerai.

"Eh ada cucu Nenek datang. Yuk, masuk. Itu Kakek ada di ruang keluarga lagi lihat televisi," ucap Trisha menarik lembut tangan si gadis kecil.

"Kakek."

Gadis kecil itu langsung berlari untuk memeluk kakeknya, Alwi, yang sedang menonton tv. Trisha hanya tersenyum melihat tingkah menggemaskan gadis kecil itu.

"Kamu ke mari sama siapa? Mama, Papa sama Fina mana?" tanya Alwi yang menyadari bahwa gadis kecil itu hanya masuk ke rumah bersama istrinya.

"Aku datang ke mari sama Papa, Mama sama Fina juga kok, Kek. Tadi, Papa lagi ngeluarin barang," ucap Fani.

"Aku kangen banget sama Kakek sama Nenek, tau. Kakek sama Nenek kenapa nggak pernah datang ke rumah aku lagi?" tanya Fani mendongakkan kepalanya melihat wajah sang kakek yang mulai memiliki garis-garis di wajahnya.

"Sejak kapan kamu punya rumah? Itu, kan rumah Papa. Bukan rumah kamu." Papanya sudah masuk ke dalam rumah, menyambar ucapan Fani dan langsung menyalami tangan kedua mertuanya.

Mendengar perkataan papanya, Fani langsung mengerucutkan bibirnya kesal.

"Kakek, aku juga mau dipeluk sama Kakek." Fina yang awalnya mengantuk setelah melihat Fani dipeluk kakeknya membuka suara.

"Sini, sama Nenek, sayang." Dengan sigap nenek menarik lembut tangan Fina.

"Aku mau dipeluk Kakek, Nek." Fina memberontak pelan dipelukan sang nenek.

"Kamu gak mau dipeluk sama Nenek?" tanya Trisha dengan muka sedih.

"Mau. Tapi, aku juga mau dipeluk sama Kakek, Nek," suara Fina mulai bergetar, menandakan ia ingin menangis.

"Ya udah, sini. Kakek peluk." Akhirnya Alwi bersuara setelah mendengar Fina sudah hampir menangis.

"Tapi, aku gak mau bareng Fani, Kek." Fina sudah hampir menangis.

"Fani, gantian sama Fina, ya meluknya." Alwi berusaha membujuk Fani.

"Nggak mau." Fani makin mengeratkan pelukannya dengan sang kakek.

"Fani, kan udah pelukan duluan sama Kakek, gantian ya sama Fina." Trisha juga berusaha membujuk Fani.

"Tapi aku-"

"Fani, gantian sama Fina. Jangan buat Papa marah," suara tegas Rian membuat Fani dengan sangat tidak rela akhirnya melepaskan pelukan kakeknya.

Setelah Fani melepaskan pelukan dari kakeknya, Fina langsung berhambur kepelukan sang kakek. Fani mendongak, melihat wajah papa dan mamanya yang tersenyum. Dan itu membuat hatinya sakit, tapi dia hanya bisa menunduk.

Trisha hanya diam, memperhatikan wajah sendu Fani saat melihat ke arah orang tuanya. Tapi kemudian dia menunduk. Hal itu membuat Trisha iba. Ditariknya lembut tangan Fani ke arah dapur.

"Nenek tadi buat pudding coklat kesukaan kamu lho," ucap Trisha setelah sampai di dapur dan menyuruh Fani untuk duduk di kursi meja makan.

Fani hanya diam. Memperhatikan neneknya yang mengeluarkan pudding coklat dari kulkas. Tidak mendapat jawaban dari Fani, membuat Trisha lantas melihat ke arah Fani yang sudah berlinang air mata di kedua pipi chubby-nya.

Kami Sama Tapi Berbeda {END}Where stories live. Discover now