3. Yes, this is command [M]

123K 8.7K 3.9K
                                    

Hal ini bermulai dari ucapan Jungkook di mobil tadi yang semakin memancing rasa kesalku. Aku meminta di turunkan di ebuah kedai untuk meminum soju. Meneguk dengan banyak untuk melupakan semua hal mengesalkan yang aku alami hari ini. Jungkook duduk di depanku tak bergerak sama sekali—hanya menunggu. Aku sempat menawarinya namun dia menolak. Lantas aku semakin marah lalu minum dengan banyak sampai langkah menuju mobil saja gontai. Tapi saat itu ada beberapa pria lewat dan menyapaku. Mengajakku berkenalan dan pergi bersama mereka. Biasanya jika ada tipe pria brengsek seperti itu aku akan langsung memutar bola mata muka, namun aku berniat untuk mengerjai Jungkook. Membalaskan rasa kesalku. Aku mau saja ikut dengan mereka, namun hanya baru dua langkah—Jungkook langsung membawaku ke dalam mobil dan memberikan beberapa pukulan pada para pria itu. Setidaknya apa yang aku lakukan membuat pekerjaannya bertambah.

"Nona, pria itu berbahaya." ujar Jungkook sambil berjalan mengikutiku menyusuri lorong rumah. Aku tahu satu-satunya alasan Jungkook mengantarku adalah karna dia ingin memastikan bahwa aku baik-baik saja sampai kamar. Tidak jatuh karna mabuk. Pun aku merasa tak ada yang salah. Muak melihat dia selalu baik seperti itu namun hanya untuk sebuah pekerjaan.

"Kau cemburu?" tanyaku ketika sampai di depan pintu kamar. Berbalik memandang Jungkook dengan tatapan menantang.

Jungkook menggeleng sambil memberikan senyuman seperti biasa. "Tentu saja tidak, nona. Ini karna tugas saya melindungi nona." Jawabnnya tepat seperti dugaanku. Juga senyum formalitas yang setiap aku melihatnya bukan membuat tenang malah merasakan sakit.

"Tugas ya?" gumamku namun sengaja masih dibuat terdengar sampai ke telinga Jungkook.

Jungkook menunduk. "Maaf kalau saya membuat nona marah atau tersinggung. Saya tak bermaksud melakukan itu."

Sakit mendengarnya. Perasaanku padanya lebih dari itu. Tapi memang seperti itulah hubungan kami. Boss dan pegawainya.

"Kalau begitu cium aku, Kook." ujarku lirih. Entah setan apa yang merasuki diriku sampai mengucapkan kalimat itu. Aku sendiri kaget dengan ucapanku sendiri. Tapi aku benar-benar mencintai dan menginginkannya.

Jungkook terkejut menatapku dan terdiam beberapa saat. "A-apa maksud nona? Maaf saya tak bisa melakukan itu. Saya tidak pantas untuk—"

"Ini perintah. Kau akan melakukan semua perintahku kan?" Aku menelan salivaku dengan paksa merutuki diriku yang begitu picik. Rasanya teramat malu dan takut mendengar penolakan. Maka aku sengaja menekankan kata perintah—kalau memang dia menjunjung tinggi apa yang sering dia ucapkan.

"Baiklah kalau nona menginginkannya. Karna ini perintah aku akan melakukannya." Selalu begitu. Semua tentang perintah.

Pun Jungkook memberi ciuman pada bibirku. Aku terkejut ketika dia membungkuk. Mengunci tubuhku dengan tangannya sampai terdesak ke pintu. Mendaratkan bibirnya dan memberikan lumatan panas. Saat aku mengatakan menginginkan dia menciumku, aku tahu dia akan melakukannya karna perintah—tapi tak pernah terpikir ciuman seperti saat ini. Ku kira hanya kecupan sekilas. Namun yang aku dapatkan adalah lidahnya yang mulai mencoba menalask masuk. Mengggelitik langit-langit mulutku dan mengabsen gigi satu-persatu. Memaiknkan lidahku dengan bertautan bersama lidahnya. Saling melilit dan beradu sampai liur kami saling bertukar. Pagutan cukup lama di depan pintu kamar. Berharap tak ada yang lewat dan melihat kami.

"J—Jung?" Napas kuterengah-engah berusaha melepas. Sungguh itu benar-benar ciuman yang menakjubkan. Tubuhku terasa pilu dan libidoku meningkat.

"Ada apa nona? Sudah tidak kuat? Ingin berhenti?" tanyanya menatapku sayu—sama terengah. Dadanya naik turun dengan bibir basah. Terlihat menikmati apa yang baru dia lakukan. Atau mungkin hanya perasaanku saja.

The Bodyguard ✓Where stories live. Discover now