10. Ribut

15K 1.4K 19
                                    

           

"Putus gue sama Via."

Jika kebanyakan orang usai putus akan sangat bersedih dan gundah gulana. Berbeda dengan Ghian, dia hanya nyengir lebar sambil melanjutkan memakan kentang yang dia goreng penuh perjuangan di dapur bersama Panji.

"Putus kok bahagia?" sahutan Panji cukup menggantikan isi hati Sarah yang sedari tadi fokus pada laptonya. Jangan ikut campur, bukan urusan dia. Dalam hati Sarah menggumamkan kalimat itu dengan baik.

"Ngapain sedih-sedih nggak guna?" tangannya meraih jaket jins yang terselampir di kursi makan.

"Lo mau kemana?" Sarah ikut melirik karena Panji bertanya begitu.

"Kencan dong."

"Anjing lo, ya? Baru putus udah nemu yang baru aja. Nggak puas Via yang udah gue idam-idamkan sama Ares lo embat?"

Ghian ngakak. "Bukan salah gue kalo Via mau sama gue."

"Tapi, ujung-ujungnya putus. Buat apa?"

"Buat pelajaran hidup."

"Siapa sih yang mutusin?"

"Dia."

"Pasti gara-gara lo males banget ngangkat telponnya dan bales chat dia. Bener nggak gue?"

"Pinter! Dua rebu buat lo!" Ghian melemparkan selembar uang Rp. 2000,- kepada Panji.

"Titisan dewi begitu bentukannya masih aja lo anggurin?"

"Siapa suruh jadi cewek ngeselin?" Panji menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Gue tinggal ya lo berdua. Awas jangan macem-macem!"

"Emang gue lo yang doyan macem-macem?" Ghian cengengesan. "Ati-ati, dah."

"Sar, gue pergi, ya? Lo mau gue bawain apa?"

"Hmm..." Sarah hanya menggumam. Matanya masih fokus dan tangannya mengetikkan sesuatu. Wifi kosnya sedang mati saat dia sedang mengerjakan tugas makalah. Karena sayang uang jika harus melipir ke Starbucks atau semacamnya. Terpaksa Sarah ke rumah Ghian demi menumpang wifi.

Melihat sahabatnya sedari tadi diam saja, Ghian menghampiri. Membungkukkan tubuhnya untuk melihat layar laptop Sarah yang tengah membuka microsoft word.

"Serius banget, ngerjain apa?"

"Mau kencan mah kencan aja nggak usah basa-basi nanya segala."

"Mulai... sewotnya keluar."

"Udah, sana lo, Ghi. Gangguin anak orang mulu. Ntar anak orang yang disana marah juga gara-gara kelamaan nunggu lo jemput." sela Panji.

"Bener juga lo Panji manusia millenium." balas Ghian enteng. Ghian memutar tubuhnya lagi menghadap Sarah.

Cup!

"Bye, Sarah!"

Sesaat Sarah tercengang. Merasakan getaran di pipinya baru saja terjadi. "Lo.. GHIAN TAI!" kesadarannya berangsur pulih. Perempuan itu berteriak keras sesaat setelah kaki Ghian sempurna melangkah keluar.

Apa-apaan tadi! Ghian mencium pipinya tanpa permisi!

Bukan hanya Sarah saja. Panji yang melihat juga cukup terkejut melihat tindakan Ghian yang mendadak beberapa saat lalu. Tapi, Panji memilih diam. Menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkan sesuatu yang sejak kemarin-kemarin ia pendam sendiri.

"Sialan! Kenapa sih sukanya ngeselin!" tukas Sarah uring-uringan. Perempuan itu mengelap bagian pipinya yang baru saja di cium oleh Ghian. "Ji, bilangin kek itu temen lo."

How Does It FeelHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin