Chapter 32

81 7 0
                                    

      "Selamat datang di panti asuhan."

           Ucapan selamat datang yang hangat, kudapan yang dihidangkan di atas meja panjang beralaskan taplak putih, gadis yang kuakui manis di sampingnya, bangunan tua yang melindungi kami dari teriknya matahari, desa di tengah hamparan rumput yang luas dengan warganya yang ramah. Aku berkali-kali mengusap mataku untuk memastikan apakah aku sedang bermimpi?

      "Hei, kamu kenapa?" gadis itu menatapku sambil memasukkan daging ikan ke mulutnya, "Ayo dimakan. Nanti bibi marah, lho."

      "Ah, kamu sukanya menghina bibi. Bibi ini,'kan bukan orang yang mudah marah." kata wanita yang kulinya sudah mulai berkeriput itu.

      "Iya, tidak marah, ngambek iya." ledek Mira yang membuat Bibi Ann selayaknya benar-benar tertusuk akan perkataannya, daging ikan itu melompat terbang saat akan dipotongnya.

      "Apa kamu bilang?" oh, wajah Bibi Ann bagai iblis yang lepas dari neraka.

      "Ah, tidak. Tidak, kok, Bibi Ann." Mira berusaha menenangkan Bibi Ann, "Kalau bibi orang yang mudah marah, aku tidak akan betah tinggal denganmu. Bisa jadi, aku justru minggat di hari pertama."

      "Anu, maaf kalau mengganggu." aku terpaksa memotong pembicaraan mereka yang sudah terlanjur sengit itu karena ada sesuatu dari percakapan mereka yang membuatku penasaran, "Apa Mira tinggal di sini?" tanyaku yang membuat suasana hening seketika.

           Mira meraih gelas berisi air mineral di samping, tidak jauh dari tempatnya. Meminum lalu meletakkannya kembali ke tempat semula, "Iya, aku pernah tinggal di sini."

      "Kalau begitu-"

      "Bibi Ann," tiba-tiba ada anak laki-laki yang masuk ke ruangan ini tanpa menunjukkan tanda dan dia memotong pembicaraanku, "Anak itu sudah datang."

       "Aduh, kamu itu sampai sekarang belum berubah, ya. Mana sopan santunmu? Ketuk pintu dulu sebelum masuk!" tegas Mira sambil menggosok tangannya di kepala anak itu sampai rambutnya berantakan.

      "Aduduh! Kenapa kamu di sini, Jelly?!" ujar si anak.

           Jelly? Dia memanggil Mira dengan sebutan Jelly? Apa itu nama panggilannya? Lucu juga.

      "Hush! Sudah," Bibi Ann datang meredakan pertengkaran mereka bagai seorang superhero melerai musuh dan temannya saat pertempuran berlangsung, "Apa yang dikatakan Jelly benar. Kamu harus mengetuk pintu dahulu sebelum masuk, ya."

           Anak itu tidak berucap, hanya mengangguk-angguk saja setelah diberitahu. Saat ada jeda, kusempatkan diri untuk bertanya, "Jelly itu nama panggilanmu, Mira?"

      "Uh, Jelly itu nama lamaku." jawab Mira.

      "Heh? Maksudnya?"

      "Maksudnya, Jelly itu nama lamanya, nama sekarangnya setelah dia pindah di kota adalah Mira, nak." jelas Bibi Ann.

           Aku terdiam, heran karenanya. Itu membuat Bibi Ann, Mira, juga anak itu menatapku dan akhirnya Mira berucap, "Jangan heran dengan nama lamaku. Oh, iya, kamu juga harus berkenalan dengan bocah nakal itu. Ayo bocah, jabat tanganganmu pada kakak ini!" perintahnya yang membuat anak itu seketika mengulurkan tangan kecilnya. Setidaknya lebih lecil dari ukuran tanganku.

       "Um, aku Marshmellow." lagi, nama permen? "Salam kenal." aku meraih tangannya setelah beberapa saat, "Iya, senang bertemu denganmu, Marshmellow."

      "Ya, jangan heran bila di panti asuhan ini anak-anaknya diberi nama-nama permen." kata Mira, "Itu karena Bibi Ann suka yang manis-manis."

      "Tuh, aku diledek lagi, nih?" Bibi Ann merajuk tapi tidak begitu dihiraukan Mira.

      "Jadi, maumu apa bocah, datang di saat seperti ini?" Mira berkacak pinggang sambil bicara.

      "Heran, apa, sih masalahmu? Mentang-mentang lebih tua, kamu suka sekali memerintah." ujar bocah itu, "aku ini datang membawa kabar untuk Bibi Ann."

      "Kabar apa, nak?" tanya wanita tua itu.

      "Desa sebelah akan melakukan pembangunan."

Caramel and Apple CandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang