Duabelas

60 14 6
                                    

CMIIW :)

———

Hari ini, tepat tanggal merah bersamaan dengan weekend. Seperti yang sudah direncanakan pihak sekolah, mereka akan melaksanakan bakti sosial. Rencananya mereka berangkat pagi ini dan akan pulang minggu pagi. Sehingga mereka bisa beristirahat di rumah pada hari minggu.

Hampir dari keseluruhan--mereka yang ikut--merasa senang. Wajah-wajahnya pun tak kalah ceria dari matahari yang bersinar di pagi ini. Banyak dari mereka yang datang bersama orangtua atau keluarga. Untuk sekedar melihat keberangkatannya, memastikan keadaan, atau bahkan menyemangatinya.

Perlahan area lapangan yang dipakai untuk menunggu bus mulai ramai didatangi oleh para siswa yang akan ikut dalam kegiatan ini. Lucu juga ketika melihat salah satu siswa yang kerepotan membawa barang bawaannya. Maklum, karena mereka akan menginap di sana. Tapi setidaknya mereka juga harus mengkondisikan barang bawaan agar tidak terlalu banyak.

"Baik-baik di sana!" ucap seorang perempuan pada seorang laki-laki. Tangannya terulur mengusap pucuk kepala si laki-laki.

Laki-laki tersebut hanya menampilkan senyum segarisnya seraya menjawab, "Pasti, lah."

"Ya sudah, sana gabung! Tapi ingat, pulang dari kegiatan ini, Papi akan kasih kejutan," ujar Alda pelan. Nada bicaranya terdengar seperti mengancam.

"Apa pun itu," balas Kenzo seperti menantang.

Alda tersenyum menanggapinya. Adik sepupunya ini sudah ia anggap seperti adik kandung. Apa pun yang menyangkut Kenzo, Alda-lah orang pertama yang akan ikut campur.

Setelahnya, Kenzo melangkahkan kaki menemui teman-temannya yang sudah berada di pinggir lapangan.

Lain halnya dengan seorang gadis yang masih bermanjaan dengan seoraang pria. Layaknya perpisahan seseorang yang akan merantau. Untungnya hal tersebut tidak diketahui oleh siswa lain. Karena posisinya masih di depan sekolahan.

"Mau sampai kapan sih kaya gini? Kayak mau berjuang perang aja," kekeh seorang pria yang masih memeluk gadis kecilnya.

Sepertinya Nindha nyaman berada dalam Pelukan Abangnya. Sehingga ia tidak menyahut ucapan Juan. Sifat manjanya itu keluar kala bersama Juan.

"Hey! Jangan tidur!" tegas Juan seraya menundukkan kepalanya untuk melihat wajah Nindha. Memastikan apakah dia tidur atau tidak.

Nindha mencebik. Ia mendongak membalas tatapan Juan. Kemudian barulah pelukannya itu lepas. Nindha memperlihatkan wajah kantuknya. Karena semalam ia tidak bisa tidur.

"Udah lah ... jangan kusut gini mukanya." Juan merapikan rambut Nindha. "Senyum dong! Semangat!" ucapnya.

Seperti memberikan sedikit energi, Nindha lantas tersenyum ceria. Wajah kantuknya hampir hilang. Andai saja Juan bukan kakaknya, Nindha rela dijodohkan dengan Juan.

"Nah, gitu dong senyum," ucap Juan ikut tersenyum.

"Dhera berangkat ya, Abang sayang," ucap Nindha. "Dah ...."

Nindha melambaikan tangannya pada Juan. Sesaat kemudian dirinya sudah melesat menemui teman-temannya.

***


Perjalanan menuju Bandung baru saja dimulai beberapa menit yang lalu. Nindha terpaksa duduk bersama seseorang yang ia hindari. Karena tadi saat dirinya baru memasuki bus, Yola dan yang lainnya sudah memilih siapa yang menjadi teman duduknya. Yola dengan Cindy, Dara dengan Leo, Vino dengan Bayu dan Rio dengan Audy. Awalnya Nindha merasa sedikit lega kala mengetahui Audy duduk bersama Rio. Tapi sialnya dia-lah yang duduk bersama Kenzo. Entahlah Nindha tidak tahu harus merasa senang atau sedih. Suka atau tidak suka.

Being ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang