26.2 Penyesalan

2K 105 5
                                    

Hallo semuanya! Maaf ya kalau aku annoying bikin headnote & update subuh-subuh begini, karena semalam aku ketiduran untuk update cerita hehehe dan hari ini jadwalku belum tau padat atau engga karena harus ke rumah wakil rakyat dan tidak tau pulang jam berapa.

Aku cuma ingin mengoreksi judul cerita part yang kemarin itu 26.1 ya, aku lupa karena kemarin aku nulisnya udah ngantuk-ngantuk.

Setelah konflik ini selesai masih ada satu konflik lagi, sesudah itu baru deh tamat. Jadi aku harap kalian yang membaca sedikit bersabar. Aku janji akan menyelesaikan cerita ini sebaik-baiknya. Udah hampir 3 bulan cerita ini berjalan dan alhamdulillah aku masih sering untuk update. Doakan saja semoga aku gak molor.

Dapat salam dari Vandra.

Selamat membaca semuanya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca semuanya!

***

Semua menatapnya dengan keheranan ketika Ettan sudah sampai di kelas. Namun Ettan hanya memfokuskan pandangannya pada satu orang, yaitu Vandra.

"Van, kita harus bicara lagi"

Vandra terus sibuk membereskan barangnya ke dalam tas.

"Van, jangan seperti ini. Kumohon..." pinta Ettan.

Namun sepertinya Vandra tidak lagi mendengar ucapan yang dikatakan oleh Ettan. Vandra terus sibuk bereskan semua barangnya.

"Gue izin pulang ya" ucap Vandra yang mengarah ke Juna.

"Kalian..."

"Gak sekarang Jun" ucap Vandra dengan cepat.

Vandra pergi melangkah keluar namun lagi-lagi Ettan mencekal lengannya.

"Kamu mau kemana?"

"Itu urusanku, kamu gak perlu tau" ketus Vandra tanpa menatap ke arah Ettan.

"Kita harus bicara lagi" Ettan menatapnya dengan lekat-lekat "Aku hanya ingin bicara padamu sebentar saja"

"Katakan saja di sini" ketus Vandra kembali.

Ettan menggelengkan kepalanya.

"Di sini atau tidak sama sekali" putus Vandra.

Ettan membungkam dengan keputusan Vandra, ia tidak mungkin berbicara di kelas dengan adanya orang-orang di sekeliling mereka. Apa-apaan?

"Terserah" Vandra melepaskan tangannya dari cengkraman Ettan lalu ia pergi.

Sebenarnya Ettan ingin menyusul Vandra namun Ettan juga berpikir untuk saat ini pasti Vandra tidak akan mendengar apapun yang akan dikatakan Vandra. Vandra akan menolak untuk mencerna ucapannya. Hal apapun sekarang yang akan ia ucapkan dan ia lakukan akan salah di mata Vandra. Mungkin lebih baik Ettan memberikan ruang dan waktu untuk Vandra.

Ettan dengan kesal mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Gue berharap dapat kabar gembira dari kalian berdua dan ternyata sekarang makin parah" desis Juna.

Vandra & EttanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang