II

219K 22.8K 1.3K
                                    

Kaila pagi-pagi sudah duduk di kursinya, biasanya ia akan memulai pekerjaan tepat jam sembilan. Tapi karena hari ini ada meeting dengan tim finance lainnya, ia harus menyiapkan materinya.

"Kai, lo inget kasus credit note dari Invoice PHI Company?" tanya Siera, perempuan itu menoleh sedikit ke arah Laptop Kai yang tengah menampilkan Trial Ballance akhir bulan lalu.

"Yang impor Kaca itu kan?"

Siera mengangguk, ia kembali duduk di mejanya yang memang berhadapan dengan Kaila. Pasalnya masalah Invoice ini sudah mengganggunya sejak satu minggu lalu, "Gue udah akuin harga perolehannya sesuai Invoice awal tanpa credit note, kita bisa aja akuin pake credit note. Cuman kan jadi masalah adalah di PIB beda, kita kena Bea Masuk, PPh dan PPN lebih tinggi dari seharusnya."

"Tinggal pembetulan PIB apa susahnya?" sela Venus, Kaila menatap sekilas ke arah Venus. Sejak kapan Venus sudah ada di mejanya, apa karena Kaila terlalu fokus dengan angka di laptopnya sampai tak menyadari kehadiran Venus.

"Siapa yang bakal buat Pembetulan PIB? Forwardernya?" tanya Siera, toh seharusnya permasalahan ini dibahas di meeting saja agar jelas pemecahannya. Dibanding menerka-nerka, karena decision maker tetap akan ada di tangan Direktur Keuangan.

"Iya, forwardernya mau?"

"Nggak," jawab Siera, karena sejak dua hari lalu ia sudah menelpon Forwarder yang meangani impor. Hasilnya nihil, Forwardernya tidak bisa membantu.

"Yang tegas lah, lo nya. Masa buat pembetulan aja nggak mau sih," Venus menatap Siera yang justru hanya membuang napas sambil menggendikan ke dua bahunya. "Next jangan pakai forwarder itu lagi kalau dia nggak mau bantu pecahin masalah."

"Masalah apa?" Orion berdiri di belakang Venus dengan Farhan di sampingnya, sepertinya Farhan baru saja dapat wejangan pagi.

"Soal Impor kaca itu, Pak?"

"Solusinya?" tanya Orion, tangan Orion tak tinggal diam. Ia membawa laptop Farhan ke dekatnya, memperhatikan layarnya yang Kaila tak tahu apa isinya.

"Pembetulan," jawab Venus tegas.

"Tapi Forwardernya nggak mau, Pak." Siera melirik Kaila, meminta bantuan agar rekannya yang masih sibuk memandang laptop dengan serius.

"Kasih pressure lah Forwardernya," Venus masih dengan pendiriannya, sementara Farhan sibuk mencari Invoice.

"Tapi," Siera terdiam menahan ucapannya di ujung lidah.

"Masalahnya nggak semudah itu, Venus." Kaila melirik ke arah Orion, "PIB bisa dibetulkan jika container atau barang masih di pabeaan, yang jadi masalah sekarang adalah container sudah dibongkar dan barangnya sudah didistribusikan ke lokasi. Bea Cukai nggak akan ngelakuin pembetulan, kalau masalah harga perolehan kita bisa akuin sesuai nilai Invoice sesungguhnya. Karena kita punya Credit Note."

"Terus kita bayar PPh 22, PPN dan Bea Masuk lebih tinggi kita diem aja?"

"PPh 22 kan nggak Final, bisa jadi kredit pajak. Kalaupun kita bayar tinggi nantinya kan jadi kredit pajak buat kita, PPN juga jadi PPN masukan yang akan mengurangi pembayaran PPN kita ke kas negara nantinya. Kenapa harus merasa rugi?"

"Kai...," Siera menepuk pelan tangan Kaila, merasa tertolong kali ini.

"Terus Bea Masuk?" tanya Orion, yang sialnya bagi Kaila itu diartikan sebagai tatapan mengejek. Karena Kaila bisa melihat satu sudut bibir Orion yang tertarik membentuk senyum menyebalkan.

"Itu kita anggap sebagai biaya juga Pak, lagi pula yang seharusnya dapat sorotan untuk masalah ini tim purchasingnya. Lain kali pastikan nilai Invoicenya sudah benar, jadi pas forwarder menyerahkan dokumen pendukung itu nilai yang di dalamnya sudah fix."

TIRAMISUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang