point 2:

3.4K 387 66
                                    


Tak sedikit orang bilang kalau dunia itu sempit. Jimin salah satunya.

Siapa yang menyangka jika kedekatannya dengan Kim Taehyung dapat mendekatkan orang-orang di sekitar mereka? Jimin memandang nyala ponselnya sambil menyeringai, kedua ibu jari tengah mengetikkan balasan bagi seseorang di seberang. Seokjin-hyung mengajaknya berbelanja untuk memenuhi stok makanan di apartemen kekasihnya yang sudah menipis. Ditambah lagi, dua orang penghuni itu memiliki rencana untuk hiking bersama.

Setelah memastikan jika Seokjin bersedia menjemputnya ke griya tawang, Jimin melepas senyum lega. Dia tidak akan mengabari kekasihnya terlebih dahulu, biarkan saja kedatangannya ke apartemen Taehyung jadi kejutan. Lagipula, dia sudah merindukan pria jangkung itu setelah seminggu tidak bertemu.

Pembangunan gedung baru WEEK&'s TABLE sudah menyentuh 90%, selain itu perkuliahannya sudah kembali dimulai dan rutinitas sedikit banyak menghabiskan waktu Jimin. Akhir pekan lalu ia dan Chanyeol pergi bersama untuk hunting perabotan baru bagi interior kafe kelak, minggu sebelumnya mendatangi pengrajin furnitur kayu untuk memesan meja dan kursi. Waktu berkencan dengan Taehyung sudah terpangkas seiring dengan pekerjaan pemuda itu.

Jaket navy berbahan fleece lembut Jimin pilih dari hanger di dekat lemarinya, melapisi hoodie merah-kelabu yang ia curi dari kompartemen pakaian hangat Taehyung. Tangan terangkat, menyugar poni kelabu gelap yang menjuntai menutupi dahi. Ponsel dan dompet sudah tersimpan rapi di kedua kantungnya.

Si bungsu Park berkaca sekali lagi, berhadapan langsung dengan manik cokelat gelap bersudut tajam yang menatap balik dengan sendu. Ujung hidungnya sedikit memerah, ia usak dengan jemari sambil beranjak meninggalkan kamar. Jimin pergi ke dapur terlebih dahulu, mengambil masker sekali-pakai dari kotak P3K mereka—yang terletak di atas kulkas. Tidak lupa ia menuliskan pesan bagi sang kakak, secarik post-it lalu ditempel di depan pintu lemari pendingin.

Pegangan kulkas berpintu tingkat ia tarik bagian bawahnya bermaksud mengecek persediaan, hawa dingin sontak merambati sekitar. Hidungnya mendadak gatal sekali, membuat Jimin mengusak lagi yang malah membuat bersin. Bahu sempit itu bergetar saat gelombang bersin kedua datang. Jimin beberapa kali bersin sampai gatal di hidungnya benar-benar hilang.

Mungkin sebaiknya ia tetap beristirahat saja sesuai permintaan Taehyung tadi pagi, ya? Hm. Tapi Jimin sudah meminum obat flu, sarapan tadi pagi juga ia habiskan tak bersisa. Mengenai makan siang, bisa dilakukan dengan Seokjin nanti.

"Tapi aku kangen Taehyungie." Sambil mengetikkan apa saja yang mulai berkurang dari kulkasnya, Jimin bergumam. Dia butuh tepung ekstra untuk mengirimkan calon pacar kakaknya kukis sebagai hadiah.

Omong-omong, Park Chanyeol tengah menjalin hubungan dengan seorang pelanggan kafe mereka dulu. Jimin belum pernah dikenalkan, sih, habis kakaknya egois sekali tidak ingin kebusukan dan kebejatannya ia bocorkan. Dasar pria licik, bibir plum mengerucut karena rasa sebal yang tiba-tiba datang. Jemarinya masih mengetik saat pop-up pesan dari Seokjin datang. Pemuda Kim mengirimkan pertanyaan, membuat senyum terlukis indah di wajah berbentuk hati.

"Tidak usah, Hyung," ucapnya setelah menekan tombol berbentuk mikrofon, "ini aku sedang jalan menuju lift. See you di lobi, Jinie-hyung."

Setelah voice note terkirim dan mendapatkan tanda dibaca, Jimin memasukkan ponselnya lantas meninggalkan dapur griya tawang sang kakak. Ah, Jimin sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan pacar jangkungnya.

...

"Jinseokie? Eh, ada Jimin juga."

Ia tengah mengeluarkan beberapa bahan makanan dari kantong belanja saat sebuah suara bariton menyapa pendengaran. Jimin menyimpan kaleng sosis terakhirnya ke partisi di bagian bawah sebelum bangkit, bertukar tatap dengan senyum hangat Kim Namjoon yang tengah menerima segelas air mineral dari sang kekasih; Kim Seokjin.

grund [VMIN]Where stories live. Discover now