point 3:

2.6K 346 79
                                    


"Tae, kenapa kamu bisa menyukai aku?"

Sore itu, Jimin mengerling pria yang menduduki kursi kerja di seberang dengan penuh minat. Seberkas senja menimpa figur maskulinnya kurang ajar, membuat Kim Taehyung terlihat indah, namun fana. Ia mengutuk sulung Park yang sudah merancang ruang kerja di unit griya tawang mereka sebegini tepatnya.

Melihat Taehyung mencampakkan map dari tangan, berdiri dan melangkah dilatarbelakangi sinar jingga keunguan yang menjilat lembut membuat Jimin terpaku di tempat.

Bagaimana bisa dia mendapatkan manusia sesempurna itu sebagai pendamping? Bibir plum mengerucut tanpa sadar, Jimin tidak paham dengan keberadaan Taehyung yang seringkali berbahaya bagi kesejahteraan hatinya.

Padahal Taehyung sudah jelas bisa memilih dan mendapatkan pendamping yang lebih layak daripadanya, tapi kenapa harus ia?

"Kemarikan ponselmu, Jimin-ah." Suara Taehyung bergema, dalam, tanpa emosi berarti. Terdengar dekat karena dia mendudukkan diri di samping, di atas karpet bulu kelabu, sama bersandar pada badan sofa. Smartphone direbut tanpa aba-aba, telapak tangan besar ganti menggenggam tangannya.

Melirik Taehyung tengah membajak ponselnya, membuat mata Jimin terasa sepat. Ia mengerjap beberapa kali, menahan air yang hendak menetes. Kepala bersurai gelap lantas terkulai lemas ke bahu di sebelahnya.

Genggaman pada telapak tangannya mengerat. "Kubilang jangan membaca yang aneh-aneh, Kim Jimin." Membuat Jimin menghela napas sambil menatap tanpa minat layar laptopnya yang menyala redup, masih memuat jendela draf dari laporan skripsinya.

Sungguh, ia suntuk sekali. Kenapa Taehyung bisa santai dan begitu rajin mengerjakan skripsi? Padahal dulu pemuda Kim terlihat mengerjakan semuanya tanpa beban, tapi kenapa malah seberat ini? Jimin pusing menanggapi tuntutan dosen pembimbingnya yang perfeksionis. Demi apa, ini hari libur mereka yang langka dan ia harus terjebak dirumah karena draf yang gagal ACC!

"Tae... aku pusing... tidak mau penelitian ulang. Memangnya membaca data keuangan perusahaan seasyik jalan-jalan begitu?" Jimin mengutuk, sebal karena tidak bisa menikmati akhir pekan berkualitas dengan suaminya. Padahal Taehyung sudah senggang sebelum mengerjakan proyek yang akan datang, mereka sudah merencanakan kencan ala-ala tapi semuanya harus gagal karena bimbingan Jimin Jumat lalu.

"Bukankah aku sudah berjanji akan membantumu?" Napas berat dihela, Jimin mengangguk tanpa tenaga. Di depannya berserakan salinan dokumen keuangan Park Insurance beberapa tahun ke belakang; selaku tempat magang Jimin untuk keperluan tugas akhirnya.

"Justru itu, Tae." Bibirnya menipis, desis pelan terdengar dari sana. "Kamu sudah mengebut proyek di pabrik, saat libur malah membantu aku meninjau ulang semua dokumen ini. Memangnya kamu tidak lelah? Tidak pusing? Kenapa Dosen Song minta aku merevisi lagi?"

"Mau aku saja yang mengerjakannya, Jiminie?" Pinggang pemuda jangkung dicubit ganas, Jimin mengabaikan tawa favoritnya, lebih tertarik untuk mengusakkan kepalanya di belakang pundak Taehyung. Entah, selama ini aroma tubuh khas milik sang suami sudah membawa efek menenangkan tersendiri. Ia menyukainya.

"Enak saja!" Suaranya teredam karena Jimin melingkarkan lengan pada punggung tegap pria Kim. Terus aku tidak lulus sidang karena tidak menguasai materi skripsi, begitu? "Karena bosan, aku jadi membaca artikel yang lewat di timeline. Yah, lalu artikel itu muncul."

Punggung tangannya mendapatkan usapan dari ibu jari Taehyung, nyaman. Ia semakin menyandarkan diri ke tubuh yang lebih besar. "Aku jadi kepikiran, Tae. Benarkah jodoh adalah cerminan diri kita sendiri?"

"Di sana juga tertulis kalau jodoh ada untuk saling melengkapi, Jiminie." Suara ponsel yang menabrak partikel kayu di meja datang kemudian. Ia memejamkan mata saat Taehyung menarik tubuhnya, tangan masih tersampir di kedua bahu sempit. 

grund [VMIN]Where stories live. Discover now