Haiii!!! Maaf ya kemaren nggak update hehhe.
Aku harus quality time sama yayang budi. Hihihihi
Ini Misca. Katanya: awas lo baca doang nggak vote ama komen, gue sleding!!!
Wkwkkw pokoknya happy reading yaaa :))
***
Misca adalah anak satu-satunya di keluarga Adidarma, hasil dari perkawinan Roni Prasetya Adidarma dengan Tessa Triatmojo. Ayahnya pebisnis sukses, pemilik tambang batu bara terbesar di Kalimantan, punya istri tiga. Ibunya Misca adalah istri kedua Roni, meninggal beberapa tahun lalu dan semenjak Tessa meninggal, Roni menikahi Dewi, istri ketiganya dan belum punya anak sama sekali.
Mbak Rena istri pertama Roni melahirkan satu anak laki-laki, Kak Harry, namun kakak laki-laki kesayangan Misca itu meninggal satu tahun lalu, menjadikan Misca satu-satunya the heirs Adidarma yang masih tersisa, itu pun kalau Dewi tak maruk dan punya rencana jahat untuk menyingkirkan Misca dari bumi. Gue sih punya firasat Dewi bakal ngelakuin itu, pikir Misca.
Selesai mandi pagi, Misca menuruni satu persatu anak tangga rumahnya dengan wajah masam. Penyebabnya, adalah dua sosok yang kini tengah duduk di meja makan, mengobrol dengan sangat akrab sambil sesekali menyuapkan sup jagung ke dalam mulut.
Dewi, istri ketiga Ayahnya itu sepertinya tengah menginterogasi Tian di sana.
Cih!
"Belum pulang juga tuh anak," gerutu Misca.
Dengan langkah malas, Misca berjalan ke arah meja makan. Semakin dekat, obrolan Dewi dengan Tian akhirnya terdengar.
"Ya ampun, Tante, sumpah ini sup jagung paling enak yang pernah saya makan," puji Tian tulus.
"Kamu juga cowok paling ganteng yang pernah Misca bawa ke rumah." Lalu suara tawa ala nenek sihir terdengar dari mulut wanita berlipstick merah menyala itu. Misca mendengus jijik.
"Emang siapa aja, Tan, cowok yang pernah ke sini?" tanya Tian penasaran. Dewi sontak menyunggingkan senyum misterius.
"Kamu yakin mau tau?"
Tian memgangguk buru-buru. "Siapa aja, Tan?"
"Nggak ada. Hahahah." Dewi tertawa terbahak. Matanya mengerling barang sedetik ke arah Tian. "Emang ada cowok yang mau sama dia? Hahaha dia galak begitu," kata Dewi seraya menunjuk Misca yang baru saja lewat di depannya.
Misca mendadak berhenti, lalu melototi wanita itu tajam. Dasar nenek sihir mulut ember! Mood sarapannya runtuh seketika. Cewek itu memilih berbalik kembali menuju tangga.
"Saya mau kok sama Misca, Tan."
Sontak, langkah Misca kembali terhenti.
***
"Gimana rasanya jadi sekarang?"
"Apanya?"
"Temenan sama Siska, jadi cewek paling populer satu sekolah," kata Gani seraya menatap jalan di depannya. Mobilnya sudah mengitari perumahan rumah Gladis tiga kali dan sepertinya ini yang terakhir karena Gani akhirnya menghentikan mobilnya di depan pagar rumah hitam rumah Gladis.
Gladis terdiam, berpikir sejenak.
"Dikenal banyak orang emang luar biasa rasanya. Dipandangi tiap saat, diomongin setiap lewat, dikirimin bunga mawar setiap pagi." Ketika kalimat terakhir Gladis melirik Gani sekilas, terkikik geli menemukan kegrogian yang tercetak jelas di wajah cowok itu ketika Gladis berusaha menggodanya.
"Eit, gue naro bunga mawar bukan karena lo populer ya, Dis," koreksi Gani cepat.
"Apa pun alesannya, Gan... gue berterima kasih banget sama lo karena udah bikin pagi gue selalu sempurna," aku cewek itu dari lubuk hati yang paling dalam. Gani tersenyum tipis, hampir tak terlihat.
"Masuk gih. Oma lo pasti nungguin buat makan siang," kata cowok itu lembut.
Gladis mengangguk. "Besok... Kita jalan lagi kan--"
Tok! Tok! Tok!
Gladis tak melanjutkan ucapannya. Begitu terkejut dengan bunyi gedoran keras pada kaca mobil di sebelahnya. Cewek itu lantas menoleh, matanya membulat begitu menemukan siapa sosok di luar sana, yang menunggunya dengan raut wajah murka.
"Siska?"
"Keluar! Sekarang! Juga!!!" kata Siska dengan nada mengancam.
***
Dilanjut kalau komen sama vote udah... Wkkwkw enggak deng.
Gue lanjut kalau ada waktu. Doain malam ini ada waktu.
Amin kan!!!
Btw, kasih pesan dong buat:
Gani
Gladis
Misca
Tian
Siska
Semoga suka ya :))
Jangan lupa follow instagram
Putrilagilagi
Ganindra.putra
Gladisya.alunar
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty
Teen Fiction"Woy! Nama lo?" teriak Gani dari depan pintu kelas. Cewek yang sedang berlari menjauhinya itu menoleh, tampak terkejut, namun sedetik kemudian ia tersenyum. "Gladis." Gani tersenyum. "Gue Gani." *** Bukan tentang cantik yang dibangun oleh kontruks...