Masa Lalu (Vernon)

5K 625 16
                                    

Aku sedang berbincang dengan Seungkwan di halaman, dan kami membicarakan banyak hal.

"Hm, Seungkwan" ucapku.

"Ya?"

"Aku tak sengaja melihat Vernon di atap dan dia membawa berkas-berkas yang kelihatannya seperti sebuah kasus dan dia mendengarkan sesuatu dengan sangat serius. Aku tidak bermaksud ikut campur dengan masalahnya, tapi aku khawatir ada masalah dengan Vernon. Apa.. Kau tau sesuatu?" ucapku sedikit ragu.

Ku lihat ekspresi Seungkwan berubah menjadi sedikit gugup dan gelisah.

"Maafkan aku Seungkwan, jika kau tak memberitahuku. Aku tidak apa-apa" ucapku agar tak membuat suasana canggung.

"Hyung, aku rasa aku tak bisa mengatakan ini tapi akupun membutuhkan bantuanmu agar Vernon tak menanganinya sendiri" ucap Seungkwan ragu.

"Bantuanku? A-apa Vernon terkena kasus?" tanyaku semakin penasaran.

"Aku akan menjelaskannya" ucap Vernon yang tiba-tiba datang dari dalam.

"V-vernon.. Maafkan aku-"

"Tak usah meminta maaf Seungkwan, mungkin memang seharusnya aku lebih terbuka dengan orang lain. Karena, bila aku mengandalkan diriku sendiri ini semua tidak akan pernah selesai" ucap Vernon.

"Vernon, apa kau baik?" tanyaku.

"Ya, aku baik hyung. Hyung, kau ingin tau alasanku kenapa aku sangat serius diatap?"

"Ya, semoga saja aku bisa membantumu"

"26 Februari 2007, saat aku berumur 10 tahun"

Flash back. 26 Feb 2007

"Vernon, ayah akan pergi bekerja dulu. Jangan nakal ya? Jaga ibumu dan adikmu itu, adikmu sebentar lagi lahir dan kau akan menjadi kakak yang kuat. Ayah akan pulang lebih awal" ucap ayah sambil mengacak rambutku.

"Iya, aku akan menjaga mereka. Tenang saja ayah"

Entah perasaan aneh apa saat itu. Tapi, saat langkah ayahku menjauh perasaanku semakin tak tenang.

"Vernon! Saatnya pergi sekolah! Ibu sudah menyiapkan bekal untukmu" teriak ibuku dari dapur.

"Ya! Aku segera terbang kesana bu! Swuu~" aku berlagak seperti super hero.

Akupun pergi sekolah, saat aku naik bus dan berpamitan padanya aku tidak tau kalau itu adalah ucapan terakhir darinya.

"Vernon! Good bye~" ucap ibuku.

Saat aku menunggu ibuku menjemput aku sangat gelisah pada saat itu, yang seharusnya aku pulang pukul 10 aku malah pulang lebih lama. Aku menunggu ibuku di halte bus beberapa jam lamanya, sampai ada guru yang bersimpati padaku untuk mengantarku pulang.

"Vernon, apa ibumu sedang tak ada di rumah? Aku menelponnya berapa kali tapi tak menjawab" ucap guru itu.

"Aku tidak tau, tapi ibuku sedang hamil. Mungkin saja dia sedang ke klinik" ucapku ragu.

"Ah, ya.. Semoga ibumu baik-baik saja di rumah" ucap guru itu.

Tapi, setelah aku pulang semua ucapan guru itu adalah keadaan yang sebaliknya.

"Ibu, aku pulang~" ucapku riang. Tapi, tak ada seorangpun yang menjawabku.

"Ibu Choi? Apa kau di rumah?" aku dan guru itupun masuk ke dalam rumahku.

"Ibu- Aaa!!" guru itu berteriak. Dan aku membulatkan mataku saat melihat ibuku terkapar dilantai dengan penuh darah.

"Ibu!!!" aku mendekati jasad ibuku.

"Hallo? Polisi, aku menemukan mayat di daerah Hongdae. Tolong segera kesini!!" ucap guru itu syok.

"Ibu!! Ibu!! Bangunlah!!"

Tap.

Tap.

Tap.

'S-suara apa itu? S-siapa di luar sana?' batinku.

Saat aku melihat jendela ada sebuah bayangan hitam terlintas, dan saat aku mengejarnya dia sudah tidak ada. Dan polisi pun datang.

Aku mencoba memberitahu soal ada seseorang diluar tadi, tapi para polisi itu tidak mempercayaiku dengan alasan itu semua karena aku syok.

Flashback. End

"Dan semenjak saat itu aku menjadi anak yang pendiam di sekolah, aku sangat sedih melihat ayahku yang bekerja keras mengurusku dan menafkahiku. Ayahku bilang 'Vernon, bila kau sudah besar jadilah detektif dengan keistimewaan pendengaranmu ini dan tangkaplah penjahat yang telah membunuh ibu dan adikmu' " Vernon terlihat sangat sedih.

"Dan kau sekarang sudah menjadi detektif, Vernon. Janganlah terus bersedih" ucapku menenangkannya.

"Tapi, aku belum menangkap bajingan itu! Mungkin saja bajingan itu telah membunuh orang lainnya setelah membunuh ibuku!" Vernon terbawa emosi.

"Redakan amarahmu itu Vernon, tenanglah. Kami akan membantumu" ucap Seungkwan.

"Ah, maafkan aku Hoshi hyung. Aku tidak ingin kau bermasalah karena aku, tapi maukah kau membantuku menyelesaikan kasus ini?" ucap Vernon.

"Aku.. akan berusaha, Vernon" ucapku pelan.

"Besok datanglah ke kamarku hyung, aku akan memberitahu detail kejadian itu" ucap Vernon. Dan aku hanya mengangguk pelan.

"Ya, Vernon" ucapku pelan.

.

Akupun berjalan menuju kamarku, tapi tiba-tiba aku mendengar seseorang sedang menelpon dan aku rasa itu suara Scoups hyung.

"Hyung, aku akan segera pulang nanti. Ya jangan khawatirkan aku, aku baik-baik saja. Ya. Salamkan pada ayah" Scoups menutup telponnya.

"Hoshi, jangan bersembunyi. Aku tau itu kau" ucap Scoups.

Akupun kaget dan langsung menghadapnya.

"Maafkan aku hyung, aku tidak sengaja mendengar perkataanmu dengan seseorang di telpon" aku menundukan badan karena merasa bersalah.

"Aissh, tak apa. Tadi hanya hyung ku" ucap Scoups santai.

"Ah, kenapa hyung tau itu aku?"

"Aku tau aromamu Hoshi, oh ya kau telah bertemu Vernon dan Seungkwan kan?"

"Y-ya, woah.. Hyung bisa mengetahui itu? Daebak" ucapku kagum.

"Aku tahu aroma setiap member, jadi aku percaya diri untuk menebaknya"

"Hyung, apa kau pernah mempunyai masalah di masa lalu tentang keistimewaammu itu?" tanyaku tiba-tiba.

"Hm, semua orang mempunyai masa lalu. Begitupun denganku, kau juga mempunyai masa lalu yang cukup buruk bukan?" ucapnya dengan tenang dan teratur.

"Y-ya" jawabku pelan.

"Janganlah terus menengok ke belakang, berjalanlah terus ke depan dan hadapi semua rintangannya" Scoups menepuk pundakku lalu pergi ke kamarnya.

"Y-ya" ucapku pelan.

.

.

.

.

.

Next? Case?

SEVENTEEN CASEWhere stories live. Discover now