Part 2

409 48 0
                                    

Jongin membanting buku geografinya ke kasur.

Sinting!

Baru seminggu masuk sekolah, udah ada ulangan. Sekolah apaan tuh?

Gedungnya aja yang bagus, tapi semua gurunya nggak berperasaan. Apalagi ditambah harus sekelas dengan saudara tirinya yang menurutnya cukup aneh!

Tolong dicatat besar-besar!

ANEH!!!

Masih terngiang di benaknya saat kemunculan cewek itu pertama kali di rumahnya. Dia datang dengan membawa koper super besar dan rambut lurus tergerai.

Tadinya Jongin pikir, anak angkat itu identik dengan pakaian lusuh, tubuh super dekil, tampang yang mengenaskan karena hidup sebatang kara dan kurus ceking karena kurang makan, and guess what?

He's totally wrong!

Kenyataannya amat sangat berbeda dari apa yang dibayangkannya.

Cewek itu jauh sekali dari kesan lusuh, apalagi dekil. Kulitnya putih, bajunya juga layaknya anak ABG, tank top pink, celana jins, dan sepatu pump biru cerah. Wajahnya memang terlihat pucat, tapi senyumnya masih melekat di wajahnya. Tubuhnya juga tidak bisa dibilang ceking, walau untuk ukuran Jongin, dia masih termasuk kurus.

"Jongin, mulai sekarang dia jadi adik angkat kamu. Jangan galak-galak! Dia bakal tidur di kamar atas, sebelahan sama kamar kamu," Kata Papa saat memperkenalkan cewek itu.

What?!

Masuknya cewek asing ke rumah ini aja sudah membuat Jongin pusing setengah mati. Dan sekarang makhluk aneh itu harus tidur di kamar sebelahnya?

Memang sih di rumah besar itu ada enam kamar. Di lantai bawah terdapat empat kamar. Yang satu, kamar yang paling besar, kamar mama dan papa Jongin. Yang satu lagi, kamar tamu. Kadang-kadang kalau sedang berada di Jakarta, Papa sering mengundang rekan bisnisnya makan malam dan menginap. Sisanya, yang dua lagi itu, kamar pembantu.

Sedangkan di lantai atas ada dua kamar. Yang satu miliknya, sedangkan yang satu lagi memang tidak terisi. Dan dia tidak bisa membayangkan, lantai dua yang biasanya menjadi daerah kekuasaannya kini harus dibagi dua dengan cewek asing yang sama sekali tidak dikenalnya.

"Kenalin. Gue Krystal Jung. Panggil aja Krystal. Maaf ya udah ngerepotin." Krystal mengulurkan tangan kanannya.

Mau tak mau Jongin membalasnya sekilas.

"Kim Jongin."

Belum lagi rasa herannya hilang, tiba-tiba Krystal nyerocos. "Wah, namanya bagus banget! Tapi kepanjangan ah, nggak enak manggilnya. Gimana kalo... mm... Jongin... Ah iya, gue panggil Nini aja ya? Bagus kan, Nini? Dulu gue punya.kura-kura kecil. Namanya juga Nini. Lucu, kan?"

Jongin melotot.

Sinting!

Masa dia disamain sama kura-kura?

Jadi begini nih keadaan anak angkatnya Papa yang katanya baru kehilangan nyokapnya?

Sama sekali nggak ada kesan kalau dia sedang berkabung.

Sejak kehadiran Krystal di rumah ini, Jongin tidak bisa tidur nyenyak dan makan dengan enak. Bayangkan saja, Papa yang tidak pernah ingat ulang tahunnya (ulang tahun Jongin maksudnya), Papa yang  di kepalanya hanya ada bisnis, Papa yang pulang hanya setahun sekali itu, tiba-tiba balik ke Jakarta hanya untuk ngurusin pengangkatan anak yang boro-boro punya hubungan darah, yang bahkan Jongin sendiri pun nggak kenal.

Separuh Bintang KAISTAL Vers. (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang