[ TAMAT ]
Aku berharap suatu saat nanti kamu akan membalas perasaanku.
Menunggumu sama halnya dengan menunggu bintang jatuh.
Bisa terjadi ataupun tidak sama sekali.
"Aku mau melamar kamu, di depan semua orang." ucap Verrel tersenyum.
Laura mengernyit bingung sambil melihat sekelilingnya. Tiba-tiba di sana sudah ramai, kedua orang tua Verrel dan dirinya ada di sini.
"Mamah?"
Sinta hanya terkekeh.
"Kok mamah ada di sini? Jadi mamah udah tau rencana ini?" tanya Laura memicingkan matanya.
Sinta hanya mengangguk lalu tersenyum.
"Ih, kenapa gak bilang?" gerutu Laura mengerucutkan bibirnya.
"Udah gak ngambek. Apa kamu bersedia tunangan sama aku?" tanya Verrel berjongkok di hadapannya.
"Hm, gimana ya?" goda Laura.
"Pasti mau dong," ucap Verrel dengan nada sombongnya.
"Siapa bilang? Huh ge-er dasar," ucap Laura terkekeh.
"Gak ada penolakan,"
"Dih, pemaksaan."
"Aku tanya sekali lagi. Laura Oktavani, apakah kamu bersedia tunangan sama Verrel Sanjaya? Lalu jika kita sudah cukup umur maka kita akan menikah?" tanya Verrel sambil mencium punggung tangannya.
"Iya aku mau."
Verrel langsung membawa tubuh Laura ke dalam dekapannya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Jadi anda harus menggenggam tangan saya, dan tuan putri ikuti langkah saya."
"Ih Ver gak usah pake bahasa formal gitu. Jijik tau dengarnya," ucap Laura terkekeh pelan.
"Iya sayang," ucap Verrel lembut.
Verrel langsung memeluk pinggang Laura dan Laura mengalungkan kedua tangannya ke leher Verrel, sehingga hidung mereka bersentuhan.Mereka bertatapan dan mereka pun berdansa.
"Romantis banget sih mereka berdua."
"Iya may, anak kita berdua cocok banget." ucap Sinta ikut nimbrung.
Mereka semua pada bersiul bangga ke arah Verrel dan Laura.
"Verrel, aku malu dilihatin semua orang." bisik Laura.
"Biarin. Supaya mereka semua tau, kalo kamu cuma milik aku." bisik Verrel lembut.
Blush.
Pipi Laura tambah memerah.
🌹🌹🌹
"Jangan lupa diminum obatnya," ucap Verrel mengecup puncak kepala Laura.
Laura hanya tersenyum.
"Ya udah, aku pulang ya." ucap Verrel tersenyum lembut.
"Hati-hati ya,"
Tiba- tiba Laura berjinjit.
Cup
Laura mencium pipi Verrel.
Verrel terkejut, ia ingin mengatakan sesuatu namun Laura sudah berlari terlebih dahulu masuk ke dalam rumahnya. Verrel hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah tunangannya yang menggemaskan.