Satu plastik berisi beberapa kotak siomay itu tergeletak begitu saja di atas Sofa. Adit pun mendudukan dirinya disana. Ia menyandarkan kepalanya,menutup matanya dan memijit kepalanya. Dia sungguh merasa sangat tertekan saat ini. Adit menatap Siomay yang di bawakan Sarah. Ia tau tak seharusnya Ia marah atau berkatata sekasar itu pada Sarah. Sarah tak tau apa-apa dan tak salah apapun. Ia sendiri tak mengerti mengapa Ia melampiaskan rasa frustasinya pada Sarah. Adit membuka bungkusan plastik itu Ia mengambil satu kotak berisi siomay lengkap dengan sendok dan bumbu yang terpisah. Adit pun menuangkan bumbu dan mulai memakannya. Adit terdiam sesaat merasakan siomay buatan Sarah yang seperti biasanya sungguh sangat enak. Adit pun mengingat Sandwich yang di bawa oleh Davina. Sandwich buatan Sarah yang juga terasa begitu enak dan pas pada Lidah Adit. Rasa bersalah bermunculan dalam dada Adit. Ia sungguh tak sepatutnya mengatakan hal itu pada Sarah,Sarah tak melakukan kesalahan apapun padanya, Ia tau itu hanya saja entah mengapa Adit merasa perlu menjauh dari Sarah bahkan sejak pertama kali mereka bertemu.
***
Sarah mengetuk pintu kamar Davina,Namun tak ada sautan dari dalam. Davina pasti masih tertidur,Sarah pun memilih untuk masuk ke dalam kamar Davina dan benar saja perkiraanya Davina masih tertidur. Sarah mendekat dan membangunkan Davina dengan malas Davina pun terbangung. Ia terduduk dengan wajah masih mengantuk.
"Mama minta aku bangunin kamu" ucap Sarah. Davina hanya menganggukan kepalanya Ia benar-benar masih mengantuk.
"Mau sarapan apa?" Tanya Sarah
"Roti bakar" ucap Davina. Sarah mengangguk.
"Kemarin kamu kenapa sama cewek itu? Kenal?" Tanya Sarah
"Siapa? Oh Marsha? Dia bilang dia akan merebut Adit dari ku" ucap Davina. Sarah mengusap pundak Davina.
"Menurut ku lain kali kamu ngga perlu seperti itu" ucap Sarah
"Tapi dia bilang dia akan rebut Adit!" Ucap Davina
"Memangnya siapa yang bisa? Tidak ada kan? Davina kamu sayang kan sama Adit?" Tanya Sarah
"Sayang banget lah" ucap Davina kesal.
"Nah kalau gitu coba deh kontrol emosi kamu. Aku pikir Adit cukup terganggu dengan sikap arogant kamu. Siapa tau dengan kamu berubah lebih baik Adit akan lebih sayang sama kamu. " ucap Sarah
Davina menekuk wajahnya.
"Jadi maksud lu gua ngga baik?" Ucap Davina. Sarah mengedikan bahunya.
"Ish" ucap Davina dan semakin mencebik. Sarah pun tersenyum kecil.
"Aku bercanda. Kamu baik kok. Sana siap-siap. Aku tunggu di bawah ya" ucap Sarah. Davina masih mencebik pada Sarah.
"Kamu benar-benar cantik Davina. Bahkan dengan wajah bangun tidur dan cemberut mu itu" ucap Sarah dan berdiri dari kasur Davina. Davina pun ikut turun dari kasurnya.
"Yupss.. dan kau benar-benar gendut dah jelek. Bahkan sekalipun kamu sudah mandi dan masakan mu enak" ucap Davina dan meninggalkan Sarah.
Sarah hanya dapat menghelakan napasnya. Bagaimanapun Davina memang benar. Ia gendut dan Ia jelek.
***
Adit berjalan cukup cepat menuju kelasnya tanpa sengaja Ia berpapasan dengan Sarah dari arah yang berlawanan. Adit yang merasa bersalah mencoba untuk menyapa Sarah namun Sarah justru memalingkan wajahnya dan berjalan lebih dulu. Mereka masuk ke dalam kelas mereka. Adit duduk di samping Shakila sedangkan Sarah duduk di samping Juan di belakang Adit.
"Kok kalian telat?" Tanya Shakila
"Macet"saut Sarah. Sedangkan Adit memilih untuk tak menjawab pertanyaan Shakila. Ia justru mengeluarkan buku catatanya.
"Kita ada tugas kelompok keluar kota nih. Gua dan Shakila setuju di Bali. Rendy setuju di Jogja" ucap Juan
"Aku jogja.. aku bosan di bali" ucap Sarah.
"Yes good Girl. Lo gimana dit?"tanya Rendy
Shakila menggenggam tangan Adit dan memberikan tatapan memelas.
"Dit.. bali please.. please" ucap Shakila.
"Iya dit" ucap Juan.
"Dit please.." rengek Shakila.
"Bali ngga masalah" ucap Adit. Ia menarik tangannya dari shakila lalu melanjutkan tulisannya.
"Yeay... thanks Ice Man" ucap Shakila. Sarah menatap Adit sedikit kesal. Entah mengapa Ia merasa Adit sengaja memilih destinasi yang berbeda dari yang Ia inginkan.
"Fine.. udah di putuskan kita ke Bali" ucap Juan
"Ahh.. ngga asik lu dit" ucap Rendy. Adit tak merespon lagi.
***
Persiapan ke Bali membuat Adit sangat sibuk dengan kelompoknya hal itu membuat Davina semakin tidak dapat mendominasi Adit. Bahkan hampir 3 hari ini Davina sama sekali tak dapat menemui Adit. Ia harus rela pulang dan pergi sendiri.
"Adit.." pekik Davina dan menyusul Adit. Adit yang terlihat sedang sibuk berhenti sesaat. Davina merangkul lengan Adit.
"Adit kemana aja sih?" Rajuk Davina.
"Aku sibuk banget. Aku ke kelas dulu ya" ucap Adit. Davina mengkrucutkan bibirnya.
"Davina ikut ya" ucap Davina dan memasang Puppy eyesnya. Adit menyentil kening Davina.
"No. Masuk ke kelas mu sana" ucap Adit
"Yah aku kangen" ucap Davina
"Kita ketemu di perpus jam satu" ucap Adit lagi. Ia melepaskan Davina dari dirinya lalu meninggalkan Davina begitu saja. Davina hanya mendesah kesal di tinggal oleh Adit.
Davina sudah berada di dalam kelasnha namun berkali-kali Ia melirik jam tangannya. Ia tak tau kalau jam bisa berputar begitu lambat. Davina benar-benar terlihat begitu gelisah. Hingga tepat pukul satu Davina bergegas menunggalkan ruangannya bahkan sebelum kelas usai. Tentu saja tak akan ada yang bisa menahan Davina untuk tetap di sana. Davina berjalan cukup cepat setengah berlari dan menuju perpustakaan. Ia terus mengirimi Adit pesan yang belum juga di balas, terpaksa Davina menunggu Adit di sana di salah satu meja yang kosong. Kurang lebih 10 menit Davina menunggu Adit. Adit pun menghampiri Davina.
"Adit" pekik Davina riang membua seluruh mata menatap ke arah mereka. Adit menatap serius ke arah Davina.
"Pelankan suara mu" ucap Adit pelan dan duduk di hadapan Davina. Davina menoleh ke kanan kirinya. Lalu Ia pun melanjutkan ke gembiraanya karna bertemu Adit.
"Adit kemana aja sih? Aku kangen banget sama kamu" ucap Davina dengan nada suara berbisik yang nyaris tidak terdengar.
"Aku sibuk" ucap Adit
"Kenapa sih.." ucap Davina yang langsung berhenti dan merubah nada suara kembali berbisik.
"Kenapa sih sibuk terus?" Bisik Davina. Adit terlihat menahan senyum tipisnya melihat tingkah tunangannya itu.
"Besok aku akan ke Bali" ucap Adit
"Hah?"pekik Davina kaget. Lalu Davina buru-buru mengulangnya dengan nada berbisik lagi.
"Hah.. ke bali? Adit mau apa?" Bisik Davina
"Tugas kelompok" ucap Adit
"Davina ikut ya" ucap Davina
"Ngga usah macam-macam. Lusa kamu udah mulai ujian" ucap Adit
"Tapi dit.." ucap Davina
"Cuma satu minggu Davina. Kamu bisa kan hidup satu tahun tanpa aku selama kamu di korea. Ini cuma satu minggu" ucap Adit
"Dan aku hampir mati karna jauh dari kamu. Adit Davina ikut ya" ucap Davina. Adit menutup bukunya. Ia menatap Davina tegas. Adit baru akan membuka mulutnya Namun Davina yang melihat sikap Adit pun langsung mengerti.
"Kamu sama siapa aja ke sana?" Tanya Davina lemas. Matanya sudah memerah dapat di pastikan sebentar lagi Davina pasti menangis.
"Rendy,juan,Shakila dan sarah" ucap Adit. Davina hanya dapat mencebikan wajahnya. Paling tidak Adit pergi bersama orang-orang yang tidak mungkin merebut Adit darinya.
"Kenapa Adit ngga bilang mau pergi" ucap Davina sedih
"Ini bilang. Lagi pula hanya satu minggu. Jangan berlebihan Davina" ucap Adit
"Iya tapi kan 3 hari lagi.." ucap Davina yang langsung di potong oleh Adit.
"Jadi aku ngga boleh pergi?" Tanya Adit. Davina menatap ragu kepada Adit. Ia mencoba menimbang keputusannya. Ia tak ingin Adit pergi tapi menahan Adit bukankah sama artinya dengan membuat Adit semakin tak menyukainya dan membua Adit semakin lama untuk lulus."Tapi Adit harus telfon dan chat aku selama di sana minimal 10 kali sehari" ucap Davina
"Aku usahakan" saut Adit.
"Sarah curang. Aku sebel. Kamu pergi jam berapa besok?" Tanya Davina
"Jam 10 pagi" ucap Adit
"Aku antar ya" ucap Davina. Adit menggeleng.
"Ngga usah. Kamu masuk kuliah saja dan Ingat jangan buat masalah selama aku ngga ada" ucap Adit
"Memangnya aku pembuat masalah" ucap Davina
"Yes you are" ucap Adit. Davina semakin mengkrucutkan bibirnya.
"Yang penting aku cantik" balas Davina lagi yang sungguh tak ada hubungannya.
***
Happy Reading yaaahh ☺☺☺

KAMU SEDANG MEMBACA
No Doubt,Just Love!
Romansa"Cinta itu bukan tentang memberi dan menerima.Tetapi tentang terus memberi tanpa pernah berfikir apa yang akan kamu terima."