Pesawat Garuda Indonesia yang membawa Adit beserta rombongan mendarat sempurna di bandara ngurah Rai tepat pukul 12.47 waktu setempat. Mereka di sambut oleh langit cerah namun teduh.
Adit dan yang lainnya turun dari bis pengantar mereka.
"Yeay... Bali.. ah.. udah lama banget ngga kesini" ucap Shakila dan melepas kaca matanya. Juan pun merangkul pundak Shakila.
"Iya ya gua juga udah lama ngga kesini. Liat noh pacar lu cemberut aja" ucap Juan.
"Kenapa sih sayang? Masih ngga terima?" Tanya Shakila dan merangkul pinggang Rendy.
"Bosen tau" ucap Rendy
"Iya bosen" ucap Sarah sepakat dengan Rendy.
"Paling engga kita punya tour guide geratis kan di sini" ucap Shakila dan mengerling Sarah.
"Iya deh iya, nanti aku tunjukin pesonanya Bali." Ucap Sarah. Shakila pun berjalan mendekat kepada Sarah dan merangkul pundak Sarah.
"Gitu dong.. baru Sarah namanya" ucap Shakila
"Kita mau sampai kapan di sini?" Tanya Adit datar dan dingin. Shakila menggelengkan kepalanya kepada Adit.
"Be relax boy.. kita kan lagi liburan" ucap Shakila
"Kita lagi ngerjain tugas bukan liburan" ucap Adit dan meninggalkan yang lainnya. Sarah hanya menatap kepergian Adit.
"Dia emang selalu kaya gitu ya?" Tanya Sarah. Shakila mengangguk
"Dari pertama gua kenal sih gitu. Tuh tanya aja dua sahabatnya" Saut Shakila
"Udah udah kenapa jadi ngomongin si Adit. Ayo ambil bagasi" ucap Juan. Rendy pun mengangguk dan pergi bersama Juan. Shakila dan Sarah menyusul di belakang mereka seraya bergossip ria tentang Adit.
Barang-barang mereka sudah berada di tangan mereka masing-masing. Kecuali Shakila yang hanya membawa tas tangannya karna kopernya dengan suka rela di bawa oleh Rendy.
"Gua sama Juan mau main ke kuta dulu. Barang-barang biar di bawa sama pihak hotel aja. Kalian ikut kan?" Ucap Shakila.
"Aku capek, aku ke hotel aja ya" pinta Rendy.
"Oh gitu? Ya udah ke hotel aja sana!" Ucap Shakila dengan nada sinis.
"Iya deh iya ikut" ucap Rendy
"Ngga usah kalau terpaksa!" Onel Shakila. Juan dan sarah hanya tertawa melihat keduanya.
"Udah ah kalian berantem terus. Lu ikut ngga dit?" Tanya Juan.
"Tau ah bete" ucap Shakila dan meninggalkan yang lainnya,lalu Rendy pun menyusul kekasihnya itu.
"Ngga" ucap Adit datar dan singkat
"Lu Sar?" Tanya Juan
"Pengen sih tapi ada masalah nih aku harus balik ke hotel." Ucap Sarah
"Yaudah berarti kalian jagain barang sampe hotel ya. Kita pergi dulu" ucap Juan. Sarah mengangguk dan tersenyum.
"Hati-hati ya" saut Sarah. Juan mengangguk dan pergi meninggal Sarah juga Adit.
***
Adit dan Sarah sudah berada di dalam mobil. Adit terlihat cukup pucat hari ini. Ia memandang ke arah luar jendela dengan tatapan tanpa minat.
Sarah mencoba membuka pembicaraan dengan Adit.
"Davina nangis dari semalam karna kamu mau pergi" ucap Sarah. Adit tak memberikan respon apapun Ia hanya terus menatap pemandangan di luar yang cukup Indah.
"Dia ngambek seharian sama aku karna tau aku akan ikut. Tadi pagi sebelum ke kampus dia juga tetep banyak pesen ke aku gitu" ucap Sarah lagi. Adit masih tetap tak meresponnya.
"Lucu deh. Dia bener-bener takut banget kamu di goda cewe lain. Dia bilang aku harus awasi kamu. Harus hubungi dia terus." Ucap Sarah dan tersenyum mengingat tingkah Davina.
"Kalian benar-benar sangat serasi" ucap Sarah lagi. Adit menoleh ke arah Sarah Ia kembali memberikan tatapan dingin kepada Sarah.
"Euhm kamu udah kasih kabar ke Davina kalau kamu sudah sampai?" Tanya Sarah
"Diam lah. Aku ingin istirahat" ucap Adit. Sarah pun menutup mulutnya Ia memandang wajah Adit yang memang terlihat pucat. Adit menyadarkan tubuhnya pada jok mobil. Lalu mencoba memejamkan matanya.
"Adit sakit?" Tanya Sarah dengan nada cemasnya.
"Mau ke rumah sakit? Atau mau aku telfonin dokter?" Tanya Sarah.
"Tidak,diam lah. Cukup diam saja. Suara mu membuat kepala ku semakin sakit" ucap Adit. Sarah pun tak bisa mengatakan apa-apa lagi Ia hanya dapat memandang khawatir kepada Adit.
Mereka telah tiba di hotel pilihan mereka. Barang-barang mereka di bawa oleh petugas hotel.
Adit berjalan perlahan dan Sarah mengikutinya. Adit sudah akan memasuki kamarnya namun tubuhnya hampir saja limbung. Sarah mencoba menahan punggung Adit. Adit berpegangan pada dinding hotel.
"Adit kamu ngga papa?" Tanya Sarah. Adit memijit kepalanya yang benar-benar terasa berat.
"Its ok" ucap Adit. Adit mencoba menempelkan kunci kamarnya namun terlihat selalu gagal jadi Sarah membantu Adit. Adit masuk ke dalam kamarnya di ikuti oleh Sarah. Adit merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa melepas sepatunya.
"Adit kamu butuh bantuan?" Tanya Sarah. Adit menggerakan tangannya menerintahkan Sarah untuk keluar.
"Aku panggil dokter ya" ucap Sarah
"Keluar saja" ucap Adit lemah. Sarah mencoba membantu melepas sepatu Adit namun justru membuat dirinya terkena marahan Adit.
"Gua bilang keluar!"bentak Adit
"Aku cuma mau ngebantu" ucap Sarah
"Gua ngga butuh. Jadi lo keluar aja dari sini dan satu lagi ngga usah hubungi Davina untuk semua hal yang berhubungan tentang gua" ucap Adit.
"Kamu bener-bener kasar ya dit" ucap Sarah
"Keluarlah" ucap Adit. Sarah pun terpaksa meninggalkan Adit meskipun Ia masih merasa khawatir pada Adit.
***
Sarah keluar dari kamar hotelnya Ia tidak dapat tidur malam ini. Meskipun sudah ada Juan dan Rendy tetap saja Sarah masih merasa khawatir pada Adit. Belum lagi pertanyaan-pertanyaan dari Davina yang terus menerornya. Sarah berjalan menuju balkon hotel namun tanpa di sangka Ia melihat Adit yang juga telah berdiri di sana. Sarah pun menghampiri Adit.
"Hei" sapa Sarah. Adit menoleh ke arah Sarah sesaat. Kemudian kembali menatap pemandangan malam di bali itu.
"Sudah baikan?" Tanya Sarah
"Hmm" ucap Adit
"Davina terus menelfon ku" ucap Sarah lagi.
"Diamkan saja." Ucap Adit ringan. Sarah pun mengangguk.
"Jadi sudah berapa lama kamu berpacaran dengan Davina?" Tanya Sarah mencoba membuka percakapan.
"Entahlah" ucap Adit. Sarah menoleh kepada Adit. Memandang wajah Adit yang tidak sepucat tadi siang.
"Kamu pasti bangga memiliki kekasih se cantik Davina" ucap Sarah
"Yah..cantik sangat cantik." Ucap Adit. Sarah mengangguk lagi dan berusaha untuk tersenyum meskipun entah mengapa Ia merasa hatinya begitu sakit. Adit hanya memuji kekasihnya dan hal itu membuat hatinya merasa sedih.
"Sudah puas ngeliat wajah gua?" Tanya Adit dan menoleh kepada Sarah yang sejak tadi terus memandangi wajah tampan milik Adit itu. Dengan gugup Sarah pun mengalihkan pandangannya.
"Aku tidak menatap mu" ucap Sarah. Adit hanya mengedikan bahunya. Adit menatap foto Davina dan dirinya di dalam ponsel yang di jadikan wallpaper tentu saja oleh Davina. Sarah ikut meliriknya. Mereka berdua benar-benar terlihat serasi. Apalah arti dirinya di bandingkan Davina yang jauh segala-galanya dari dia. Ponsel Adit berdering satu panggilan dari Davina namun tiba-tiba saja ponsel Adit terjatuh. Sarah pun terkejut.
"Adit ponsel mu" ucap Sarah. Namun berbeda dengan Adit. Adit justru terlihat begitu tenang. Ia bahkan terlihat seperti sengaja menjatuhkan ponsel itu.
"Dit?" Ucap Sarah lagi. Ia akan pergi untuk mengambil ponsel Adit namun Adit menahan lengan Sarah.
"Mau kemana?" Tanya Adit
"Mengambil ponsel mu tentu saja! Kamu gila ya. Aku tau kamu emang cowok kaku tanpa ekpresi tapi itu yang jatuh ponsel mahal mu. Apa semua orang kaya selalu seperti ini? Suka membuang-buang barang seenaknya?" Ucap Sarah. Adit masih memegang lengan Sarah. Ia menghela napasnya cukup kasar.
"Lu suka sama gua?" Ucap Adit. Sarah terhenyak dengan ucapan Adit. Ia menatap Adit tak percaya.
"Tidak..aku ..aku hanya ya. Kita teman aku cuma mau bantu" ucap Sarah gugup. Pipinya terasa begitu memanas saat ini pasti sudah memerah.
"Mengaggumi wajah gua tentu bukan kesalahan karna memang gua cukup tampan tapi suka sama gua,gua rasa itu berlebihan. Berhentilah untuk membuat hidup lu semakin susah Sarah" ucap Adit. Wajah Sarah sontak memerah,Ia sungguh merasa di permalukan oleh Adit. Sarah menampik tangan Adit.
"Jangan GR! Bukan karna kamu tampan,kaya dan pintar terus kamu bisa berfikir semua wanita suka sama kamu. Aku ngga suka sama kamu! Kamu yang berlebihan karna menganggap ku seperti itu. Aku hanya menganggap mu teman. Dengar hanya teman! Lagi pula kamu calon adik Ipar ku! Harusnya kamu lebih sopan lagi pada ku. Satu lagi kamu bukan selera ku! Biarpun aku gendut dan jelek tapi kamu sama sekali jauh dari selera ku!" Ucap Sarah dan mencoba meninggalkan Adit. Adit kembali menangkap tangan Sarah.
"Bukan selera mu?"ucap Adit dan menaikan satu alisnya.
"Iya! Kau jauh jauh jauh sangat jauh di bawah selera ku! Kenapa? Harga diri mu terluka? Menurut mu semua wanita akan menyukai mu? Hah! Kau benar-benar terlalu percaya diri Adit" ucap Sarah yang kali ini benar-benar melepaskan diri dari Adit dan meninggalkan Adit.
Adit hanya menatap punggung Sarah yang semakin menjauh. Adit yakin Sarah berbohong karna Adit sungguh tau Sarah mengaggumi dirinya. Adit sering memergoki Sarah yang diam-diam memperhatikan dirinya. Ia tak mungkin salah mengartikan itu. Ia bukan terlalu percaya diri,Ia tak suka di bilang seperti itu karna itu Ia akan membuktikan kalau memang sarah menyukainya.
***
Sarah masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu dengan kesal.
"Lu kenapa?" Tanya Shakila yang terlihat sedang memainkan ponselnya.
"Engga papa!" Ucap Sarah yang masih kesal dan mengambil handuk.
"Lu mau ngapain?" Tanya Shakila
"Mandi" ucap Sarah
"Lah.. kan lu udah mandi,lagi juga ini udah jam 1 malam" ucap Shakila
"Iya. Aku gerah.. panas." Ucap Sarah dan masuk ke dalam kamar mandi. Shakila hanya dapat menggelengkan kepalanya. Yah,Sarah merasa begitu gerah dan panas. Bukan tubuhnya melainkan hatinya. Di satu sisi Ia merasa begitu malu dan gugup di lain sisi Ia merasa marah dan kesal dengan Adit karna lagi-lagi Adit menginjak-injak harga dirinya. Yang membuat Sarah semakin kesal karna apa yang di katakan Adit itu benar. Ya Adit benar kalau dia memang menyukai Adit bahkan sesekali mengharapkan dapat berada di posisi Davina.
***
Happy Readingg yaahhh 😀😀😀
Vote and commentnya boleh dong heheh 😃😃😃

KAMU SEDANG MEMBACA
No Doubt,Just Love!
Romance"Cinta itu bukan tentang memberi dan menerima.Tetapi tentang terus memberi tanpa pernah berfikir apa yang akan kamu terima."