💖38

1.5K 130 46
                                    

Dava,Mira dan juga Ratih berlari melewati koridor hotel. Mereka mencari-cari kamar hotel Davina.

Ferolah yang sengaja menelfon mereka. Ia tak mampu menghadapi Davina sendirian.
.
.
.
Dava mengetuk pintu hotel sedikit keras. Tak berapa lama Fero membukannya. Tanpa mengatakan apapun Dava bergegas masuk di susul Mira dan Ratih. Dava mendekat dengan cepat kepada Davina yang masih menangis di atas kasurnya setelah pingsan tadi.

"Kakak" ucap Davina saat Dava mendekat. Dava memeluk Davina erat dan tanpa memikirkan apapun Davina pun mengadukan segalanya kepada Dava.

"Adit.. kak... kak Davina ngga mau Adit pergi" isak Davina. Dava mengeratkan pelukannya pada adik cantiknya itu.

"Kak.. kembaliin Adit kak..kembaliin." ucap Davina dan terus terisak.
Mira mendekat kepada Davina begitupun Ratih. Mira akan mengusap kepala Davina lembut.

"Sarah mengambil Adit dari ku ka.. kak bawa Adit kembali" ucap Davina yang terus terisak. Ratih mencoba menghubungi anaknya namun percuma saja ponselnya tidak aktif.

"Kemana sih anak itu. Benar-benar tidak punya pikiran" ucap Ratih.

Dava melepaskan pelukannya dari Davina.

"Kak.."

"Sstt.. Akan kaka bawa Adit kembali. Tenanglah. Kamu udah makan?" Tanya Dava lembut.

"Kak aku mau Adit" ucap Davina lagi. Dava menghapus air mata Davina.

"Berhentilah menangis. Tenanglah. Orang-orang ku dan Fero sedang mencari Adit. Kaka akan membawa Adit pulang untuk kamu. Bahkan di ujung dunia sekalipun." Ucap Dava

"Aku mau mati aja kalau ngga ada Adit" ucap Davina.

"Ssst.. jangan bicara seperti itu. Makanlah dan ganti baju mu. Mama akan membantu. Aku dan Fero keluar dulu. Jangan membuat masalah yang lain mengerti?" Ucap Dava. Davina mengangguk patuh.

"Satu saja masalah yang kamu buat kaka tidak akan membawa Adit kepada mu. Menurut dengan mama dan tante Ratih di sini. Oke?" Ucap Dava. Davina mengangguk dengan cepat.

"Tapi bawa Adit pulang." Pinta Davina.

"Pasti" ucap Dava. Dava berdiri dari duduknya. Ia menghadap kedua wanita paruh baya itu.

"Aku titip Davina..ya mah.. tan" ucap Dava.

"Iya Sayang.." ucap Mira dan mengusap bahu Dava.

"Tolong temukan mereka ya va" ucap Ratih. Dava mengangguk singkat. Dava mengecup kepala Davina cepat,lalu meninggalkan kamar itu di susul oleh Fero.
.
.
.
Adit terus menggengam tangan Sarah. Mereka sudah memutuskan untuk pergi. Kedua tiket pesawat sudah berada di tangan Adit.
Adit dan Sarah melewati bagian pengecekan tiket. Namun tiba-tiba para petugas pun berkumpul.

"Maaf Pak adit,bu Sarah anda harus ikut kami" ucap salah satu petugas keaamanan bandara.

"Kenapa?" Tanya Adit yang semakin kuat menggenggam tangan Sarah. Adit tentu tau bahwa Sarah sudah begitu ketakutan. Bagaimana tidak jika mereka di hadang oleh 5 petugas keamanan seakan-akan mereka adalah pelaku teroris. Banyak mata menatap ke arah mereka.

"Mari ikut saya"

"Kenapa harus? Apa alasannya?" Ucap Adit

"Akan saya jelaskan di ruangan saya" ucap petugas itu.

Adit akan membantah lagi. Namun tatapan orang-orang kepada mereka membuat Ia mengalah dan mengikuti petugas itu. Petugas itu akan menyentuh tangan Adit namun Adit menampiknya.

"Saya bisa jalan sendiri dan saya bukan penjahat" ucap Adit dingin yang kini merangkul Sarah.

"Adit ini apa?" Tanya Sarah

No Doubt,Just Love!Where stories live. Discover now