(4) We'll Be Your Side

4.4K 291 25
                                    

Suara tangisan terdengar dari dalam kamar Taehyung. Lelaki itu tengah menjalankan hal yang menjadi rutinitasnya akhir-akhir ini. Menangis.

"Tuhan.." lirih Taehyung. Dia memejamkan matanya. Merasakan sesak yang menghujam dadanya berkali-kali. "Apa salahku?" Suaranya tercekat.

Perlahan, Taehyung membuka matanya. Dia menatap pantulan dirinya di cermin yang terletak di atas meja tempat ia menyimpan barang miliknya. Penampilannya berantakan. Rambutnya acak-acakan. Matanya memerah. Dia terlihat menakutkan dan rapuh. Taehyung menggertakan giginya. Marah, kesal, sedih, sakit, bercampur menjadi satu.

Taehyung kehilangan kontrol. Tangannya meraih satu-persatu barang yang tersimpan di atas meja, lalu melemparnya dengan penuh amarah. Kini, meja itu sepi. Tak ada lagi benda utuh yang tersimpan rapi di atas meja. Semuanya pecah dan berserakan di atas lantai. Kedua tangannya mengepal. Perasaannya tak tertahankan.

"Aargh!"

Prang!

Taehyung meninju cermin yang ada di hadapannya. Darah mulai mengalir. Sakit. Bahkan sangat sakit. Tapi itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang ia rasakan selama ini.

"Taehyung! Buka pintunya!" Suara teriakan terdengar dari luar pintu kamarnya. Taehyung mengusap kasar permukaan wajahnya. Dia melangkah gontai untuk membuka pintu.

"Taehyung!" Pekik namja yang tadi berteriak. Tangannya meraba permukaan wajah Taehyung. "Apa yang terjadi?" Tanyanya khawatir. Matanya menatap mata Taehyung yang memancarkan kesedihan.

"Aku tak apa, Jim." Jawab Taehyung.

"Kau berbohong!"

Taehyung terdiam. Matanya terpejam saat ia merasakan tangan Jimin menyentuh kedua matanya.

"Kau kenapa?" Tanya Jimin, lagi. "Jawab aku."

Taehyung membuka matanya. Memperlihatkan matanya yang memerah pada Jimin. Jimin membenci mata Taehyung yang memerah. Itu menghalangi sorot mata indah Taehyung.

Jimin menuntun Taehyung untuk kembali ke kamarnya. Lalu mereka berdua duduk di sofa yang berada dalam kamar Taehyung. Jimin memperhatikan Taehyung yang sedari tadi menyembunyikan tangan kanannya di belakang punggungnya.

"Kenapa kau menyembunyikan tangan kananmu?" Tanya Jimin. Taehyung menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Jimin itu. Jimin menarik paksa tangan Taehyung agar ia bisa mengetahui apa yang disembunyikan Taehyung.

"Omo! Taehyungie!" Jimin memekik. Tangan Taehyung sudah berlumuran darah, dan terdapat beberapa pecahan kaca di tangannya. "Apa yang kau lakukan?" Jimin mengedarkan pandangannya. Dia baru menyadari cermin di kamar Taehyung retak dan pecah. "Tunggu. Aku akan mengobatinya." Ucap Jimin. Ia berdiri hendak mengambil kotak P3K.

Taehyung ikut berdiri, lalu mencekal lengan Jimin. "Jim, and--"

Ucapan Taehyung terpotong karena tubuhnya tiba-tiba ambruk. Jimin menahan tubuh Taehyung agar tidak terjatuh ke lantai. Jimin menyandarkan tubuh Taehyung di sofa. Matanya terpejam. Jimin panik. Taehyung tak sadarkan diri.

"Hyungdeul! Kookie! Bantu aku!" Jimin berlari dari kamar Taehyung dan berteriak meminta bantuan. Dengan cepat, dia menuruni tangga dan menuju dapur. Tentu saja suaranya tidak terlalu kencang tadi. Jadi, hyungnya maupun Jungkook tak akan mungkin mendengarnya.

"Hyungdeul! Kookie! Taehyung pingsan!" Pekiknya, saat dia sudah berada di dapur. Sontak Seokjin, Yoongi, Hoseok, Namjoon, dan Jungkook pergi dari dapur menuju kamar Taehyung.

"Apa yang terjadi?" Tanya Namjoon. Jimin mengangkat bahunya pertanda tidak tahu. "Lebih baik kita bawa Taehyung ke rumah sakit sekarang."

Seokjin bergegas mengambil kunci mobil, Jimin dan Jungkook menunggu di bawah, sedangkan Hoseok dan Yoongi membopong Taehyung dari kamar. Mereka segera bergegas menuju rumah sakit.

Kim TaehyungDonde viven las historias. Descúbrelo ahora