(6) Lost

3.7K 267 32
                                    

Taehyung mempunyai lima pilar dalam hidupnya. Kedua orang tuanya, kedua kakaknya, dan sahabatnya, Park Jimin. Mereka adalah penopang, sekaligus alasannya untuk tetap hidup dalam kesakitan.

Namun, satu-persatu dari mereka pergi. Taehyung tidak punya alasan lagi untuk bertahan.

***

Seseorang berkata, sahabat adalah orang yang bisa berbagi suka dan duka bersama. Ingin sekali Taehyung tertawa mendengarnya. Dia menoleh, menatap Jimin yang tengah termenung di sebelahnya. Tersenyum remeh dalam hati. Taehyung menganggap Jimin sahabat yang paling berarti dalam hidupnya. Sahabat tempat ia mencurahkan segala kegelisahan, kesedihan, bahkan kebahagiaan yang tengah ia rasakan. Namun, ia tak tau, apa Jimin benar menganggapnya sahabat atau tidak. Selama enam tahun bersahabat, Jimin hanya sesekali bercerita tentang kehidupannya. Selebihnya, ialah yang bercerita pada Jimin. Ibaratnya, jika Jimin berbicara satu kali, maka Taehyung akan berbicara jutaan kali.

Terkadang Taehyung heran, apa dia yang terlalu serakah? Apa dia yang kelewat egois? Apa Jimin tidak menemukan kenyamanan saat ia akan bercerita pada Taehyung? Padahal seingat Taehyung, ia selalu meluangkan waktunya untuk sekedar mendengar ucapan tak penting yang terlontar dari mulut Jimin. Seingat Taehyung, ia selalu memprioritaskan Jimin. Ia memang tak pernah memberi Jimin apapun saat Jimin berulang tahun. Ia juga tak pernah mengunjungi Jimin di rumahnya. Tapi ia punya waktu untuk Jimin yang bahkan orang lain tak akan pernah mengira seberapa banyak waktu yang sengaja Taehyung luangkan, yang sengaja Taehyung sia-siakan, hanya untuk Jimin yang memintanya untuk bertemu.

Taehyung menghela nafas. Ia meraih tangan kanan Jimin dan menggenggamnya. Jimin menoleh ke arah Taehyung. Sorot pandangnya bertanya. "Jimin-ah, waeyo? Kau ada masalah?"

Dan sesuai perkiraan Taehyung. Jimin hanya tersenyum seraya menggeleng. "Aniya, Tae-ya." Jawabnya singkat.

Taehyung terdiam. Tak berani bertanya lebih. Walaupun ia sering penasaran, tapi ia tetap menghargai Jimin yang mungkin tengah menjaga privasinya.

***

From Taehyung
Jimin-ah, kau dimana?
08.30
Jimin-ah, apa kau sibuk?
11.45
Jimin-ah, bisa kita bertemu?
15.58
Jimin-ah, aku membutuhkanmu sekarang.
17.01
Jimin-ah, hubungi aku jika kau sudah tak sibuk.
17.16

Lagi-lagi Jimin menghela nafas. Pesan-pesan Taehyung mulai bermunculan sejak kemarin lusa. Terhitung sejak ia mulai mengabaikan pesan-pesan itu dengan tak sengaja sejak beberapa hari yang lalu. Jimin sibuk. Jimin terlalu lelah dengan urusannya sehingga ia lebih memilih untuk mengabaikan Taehyung. Jimin terlalu lelah untuk diganggu dengan pesan-pesan Taehyung yang kebanyakan membicarakan hal-hal kosong.

Jimin menghempas kasar tubuhnya ke atas tempat tidur king size nya. Ia menutup matanya menggunakan lengan kirinya. Belum sempat ia terlelap, getaran ponselnya kembali mengganggunya. Jimin mengerang kecil. Dengan malas, ia meraih ponsel yang berada di samping kanannya, dan membuka pesan masuk.

From Taehyung
Jimin-ah, aku benar-benar membutuhkanmu sekarang.
19.27

Jimin memutar kedua bola matanya. Taehyung lagi. Masa bodoh, pikir Jimin. Ia mematikan ponselnya, lalu kembali memejamkan mata. Berharap malam ini, ia dapat tidur dengan tenang tanpa Taehyung yang mulai berubah menjadi pengganggu kecil dalam hidupnya yang melelahkan.

Kim TaehyungWhere stories live. Discover now