Sebelas

1.8K 111 1
                                    

Vote 🌟 sebelum membaca.

Typo bertebaran, kalo bersedia minta tolong ditandai ya.

Terima kasih.

Happy reading!

***

T

ing. Tung.

Perhatian Julian yang tertuju pada Alana yang masih belum sadar teralihkan saat mendengar suara bel apartemennya. Julian mengusap kepala Alana sekilas lantas berjalan menuju pintu apartemennya. Pria itu menatap heran tiga orang tamunya. Ada Damian dan sepasang orang paruh baya disana yang merupakan orang tua Damian. Julian mengenal mereka karena semasa SHS dulu dirinya cukup sering berkunjung ke rumah Damian. Damian adalah adik kelas yang sangat akrab dengan Julian layaknya kakak dan adik sebenarnya.

"Dimana putriku, Julian?" Tanya Kezia, mama Damian.

"Putri?" Tanya Julian memastikan karena setau dirinya Damian adalah anak tunggal.

"Kami mencari Alana, Ian." Sahut Nathan Parker, ayah Damian. Ya, keluarga Damian langsung terbang ke Korea Selatan untuk mencari Alana.

Meskipun masih bingung, Julian menunjukkan keberadaan Alana dan mempersilahkan Nathan serta Kezia untuk menjenguk Alana yang belum sadarkan diri. Tapi Julian mencegat Damian didepan kamar Alana.

"Bagaimana bisa Alana adalah putri keluarga Parker?" Julian menatap Damian tajam.

"Sopir keluargaku yang menabrak Alana sepuluh tahun lalu."

Deg. Jantung Julian serasa berhenti sejenak. Apa lagi ini? "Apa?"

Damian bersedekap. "Ya, Alana menyebrang sembarangan sehingga penabraknya dinyatakan tak bersalah. Kami tidak bisa mengontak keluarganya, saat aku kerumah Alana," Damian menggeleng pelan. "Rumahnya sudah kosong. Lalu keluarga kami membawanya keluar negeri untuk pengobatan. Karena orang tuaku teringat pada adik perempuan kembarku yang hilang dan karena mereka kasihan kepada Alana yang tidak mengingat apapun, orang tuaku memutuskan merawat Alana dan menganggapnya sebagai putrinya."

Julian tersenyum kecut. "Aku menemaninya kerumah sakit saat itu."

"Aku dan keluargaku tidak melihatmu Julian."

"Apa maksudmu? Aku selalu disamping Alana dan terus didepan ruang operasi. Aku hanya-" Julian terdiam sejenak. "Aku hanya meninggalkannya sebentar untuk mengurus data diri Alana. Dan saat aku kembali, Alana sudah tidak ada."

"Sepertinya aku dan keluargaku sampai saat kau pergi sejenak itu."

Julian terdiam. Jadi ini? Inilah yang memisahkannya dengan Alana sepuluh tahun lamanya? Hanya karena dirinya mengurus data Alana. Selama ini Julian sangat tersiksa, ia mengira Alana sudah tiada. Alana. Valenya. Wanita yang dicintainya.

"Julian."

Panggilan dan tepukan dibahunya membuat Julian menoleh. Nathan dan Kezia menghampirinya.

"Apa yang terjadi dengan Alana?" Tanya Kezia.

"Saya sudah memanggil dokter. Kata dokter, ingatan Alana mulai muncul yag menyebabkan kepalanya sakit hingga pingsan."

Kezia menghela nafas. "Ya. Ingatannya akan menyakitinya."

Dada Julian serasa dihantam batu. Ingatan Alana akan menyakiti wanita itu. Memang maksud Kezia adalah menyakiti fisiknya. Tapi berbeda dengan pikiran Julian, ia merasa ingatan Alana akan menyakiti wanita itu, bukan hanya secara fisik namun psikis pula.

Don't Raise Me Up Where stories live. Discover now